Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

DEIKSIS DALAM MANTRA RITUAL DI TAPAL KUDA: KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK Alifian, Muhammad Afnani; Nurprihardianti, Viga Eka Putri; Farghani, Rizki Farizi; Martutik, Martutik
Jurnal Tradisi Lisan Nusantara Vol 5, No 2 (2025): Volume 5, Nomor 2, September 2025
Publisher : ppjbsip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51817/jtln.v5i2.1586

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membahas macam-macam deiksis yang terdapat dalam mantra di daerah Tapal Kuda. Mantra merupakan jenis karya sastra lama yang saat ini masih banyak digunakan oleh masyarakat di sejumlah daerah di Indonesia. Mantra juga masih eksis digunakan di daerah Tapal Kuda. Tapal kuda merupakan nama geografis yang diistilahkan pada sejumlah kabupaten, diantaranya Lumajang, Situbondo, Bondowoso, Jember, Banyuwangi, Pasuruan, dan Probolinggo. Mantra sebagai ritual yang menggunakan kekuatan kata memiliki sejumlah leksikon linguistik yang salah satunya adalah deiksis atau kata tunjuk. Pengetahuan tentang deiksis yang ada dalam mantra dapat meningkatkan pemahaman terkait fungsi deiksis yang digunakan. Deiksis dalam mantra menarik untuk ditelaah karena berkaitan dengan ujaran kata tunjuk yang digunakan dalam budaya masyarakat khususnya daerah Tapal Kuda. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan antropolinguistik yang menghubungkan antara budaya, bahasa, dan unsur pragmatik. Data penelitian berupa transkripsi ujaran yang terdapat dalam mantra di daerah Tapal Kuda. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan teknik simak catat dalam teks mantra. Teknik analisis data dengan model Miles dan Huberman dimulai dengan langkah pengumpulan, reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada berbagai macam bentuk deiksis yang muncul dalam mantra di daerah Tapal Kuda. Kemunculan deiksis diantaranya deiksis persona sebanyak 9 kali, deiksis waktu tidak ditemukan, deiksis tempat 10, deiksis wacana 5, dan deiksis sosial sebanyak 2. Deiksis persona paling banyak muncul karena mantra yang dipilih lekat dengan tendensi makna untuk sebuah ritual. Deiksis dalam mantra pada beberapa kemunculannya tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap, tetapi sebagai penguat dari wacana teks mantra.
Simbol dan Makna Ngerokat Masyarakat Pandhalungan Jember Farghani, Rizki Farizi; Roekhan, Roekhan; Azizatuz Zahro’
Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra Vol. 11 No. 2 (2025)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/onoma.v11i2.5336

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui simbol dan makna dalam tradisi Ngerokat yang merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Pandhalungan di Jember. Ngerokat, sebagai tradisi lisan yang melibatkan doa dan harapan untuk keselamatan serta keseimbangan hidup, memiliki pengaruh kuat dari ajaran agama Hindu, Buddha, dan Islam. Meskipun telah dipraktikkan sejak masa kerajaan Majapahit, penelitian mengenai Ngerokat dalam konteks masyarakat Pandhalungan masih terbatas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi, yang memungkinkan peneliti untuk terlibat langsung dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan seorang praktisi Ngerokat berusia 73 tahun, Bapak Tris (Muhammad Sholih), serta observasi partisipatif. Proses pengumpulan data melibatkan transkripsi tuturan dari bahasa Pandhalungan (Jawa dan Madura) ke bahasa Indonesia, yang kemudian dianalisis untuk mengidentifikasi simbol dan makna dalam Ngerokat. Simbol dan makna dalam Ngerokat ini, contohnya seperti simbol kesabaran, simbol keteguhan iman, pengorbanan, dan harapan akan pertolongan Tuhan, serta simbol-simbol lainnya yang nantinya terdapat makna. Simbol-simbol tersebut mencerminkan hubungan manusia dengan Tuhan serta tantangan hidup yang harus dihadapi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pemahaman lebih dalam mengenai peran tradisi lisan dalam budaya masyarakat Pandhalungan, serta memperkaya kajian dalam ilmu bahasa dan sastra Indonesia.