Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Bagaimana Perkembangan Istilah “Allah Anak” dalam Sejarah Dogma Kristen dan Perbedaan Arti Teologis Antara “Anak Allah” dan “Allah Anak” Ongirwalu, Epifana; Kus, Benjamin Kusworo; Makienggung, Job; Nesimnasi, Ruben
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 3 (2025): Desember
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini membahas perkembangan historis istilah "Allah Anak" dalam dogma Kristen dan perbedaan arti teologisnya dengan "Anak Allah". Melalui analisis historis-teologis, tulisan ini menelusuri akar biblis dan dogmatis kedua istilah tersebut, serta implikasi doktrinalnya bagi teologi Kristen masa kini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa "Anak Allah" berakar pada Kitab Suci, sedangkan "Allah Anak" merupakan istilah dogmatis yang berkembang pada Konsili Nicea dan Calsedon. Pembedaan ini memiliki relevansi penting bagi teologi masa kini, terutama dalam konteks pluralisme agama dan pastoral. Tulisan ini menyimpulkan bahwa penghayatan iman Kristen atas Yesus Kristus sebagai Anak Allah dan Allah Anak tidak hanya bersifat historis-dogmatis, tetapi juga terus hidup dan dinamis dalam praksis iman Gereja.
Kepemimpinan Musa dan Relevansinya bagi Kepemimpinan Kristiani: Refleksi atas Kepemimpinan Hidup Membiara Ongirwalu, Epifana; Afaradi, Asep
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 3 (2025): Desember
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk merefleksikan kepemimpinan Musa dalam Kitab Suci dan menelaah relevansinya bagi kepemimpinan Kristiani, khususnya dalam konteks hidup membiara. Kepemimpinan dalam tradisi Kristiani tidak dipandang semata sebagai jabatan formal, melainkan sebagai panggilan ilahi yang menuntut kerendahan hati, ketaatan, dan pelayanan. Musa dipanggil Allah melalui peristiwa semak yang menyala untuk membebaskan Israel dari Mesir, suatu misi yang menegaskan bahwa kepemimpinan lahir dari respons terhadap panggilan Allah, bukan ambisi pribadi. Nilai-nilai kepemimpinan Musa—kerendahan hati, doa syafaat, integritas moral, serta keberanian menghadapi tantangan—memberi inspirasi bagi para pemimpin komunitas religius untuk membangun persaudaraan, menjaga kesetiaan Injil, dan menegakkan keadilan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui kajian pustaka terhadap Kitab Suci, literatur teologi, dan dokumen Gereja mengenai hidup membiara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan Musa relevan sebagai model kepemimpinan Kristiani yang berpusat pada pelayanan, doa, dan tanggung jawab moral. Dengan meneladani Musa, kepemimpinan hidup membiara dapat dihidupi secara autentik dalam menghadapi dinamika komunitas dan tantangan zaman modern.
Pemikiran Agustinus tentang Dosa dalam Terang 1 Yohanes 2:16: Sebuah Kajian atas Kejatuhan Manusia Sitinjak, Ferdinand; Prasetyo, Edhi; Ongirwalu, Epifana; Amtiran, Abdon
Metta : Jurnal Ilmu Multidisiplin Vol. 5 No. 4 (2025)
Publisher : Jayapangus Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37329/metta.v5i4.5001

Abstract

Augustine's thinking on sin is one of the pillars of Christian theology, but it is often narrowed down to merely a moral transgression, rather than the existential condition of humanity after the Fall. In the modern context, marked by materialism and an increase in the intensity of worldly desires, this theological understanding needs to be re-examined. This study aims to analyze the relationship between Augustine's theological anthropology and the classification of three forms of sin in 1 John 2:16: the lust of the flesh, the lust of the eyes, and the pride of life. Using a theological-hermeneutic qualitative analysis of patristic and biblical theology literature, this study presents a hermeneutic integration between Augustine's theology and John's hamartology. The results show that Augustine understands sin as misdirected love, namely the reversal of the human heart from God toward oneself (incurvatus in se), in line with the description of epithumia in 1 John. This study concludes that sin is an existential corruption of human nature manifested through disordered love. The novelty of this study lies in its integrative explanation of the relationship between Augustine's ordo amoris and the three categories of desire in 1 John 2:16, which enriches the theological understanding of the existential nature of sin in contemporary theological discourse.