Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Between Germany and Indonesia: The Difference of Green City Discourse in Freiburg and Surabaya Nugroho, Rio Satria; Nirmala, Lintang Wahyusih
Jogjakarta Communication Conference (JCC) Vol. 2 No. 1 (2024): The 5th Jogjakarta Communication Conference (JCC)
Publisher : Jogjakarta Communication Conference (JCC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Green City as a form of environmental sustainability has been implemented in several cities including Freiburg, Germany and Surabaya, Indonesia. This paper discusses the comparison of green city discourse applied in the two cities. Even though it is not an equal comparison, acknowledging the difference in context and cultural nuances between Surabaya and Freiburg is crucial for understanding the significance comparison. It offers valuable insights into the diverse ways in which environmental communication is practiced and perceived across different cultural settings. This paper aims to see the differences in the promotion of green city discourse in the two cities that have been awarded as Green City in each country. It reflects on how these two cities are implementing the practice of green city values. On a larger scale, it can be used to review environmental issues and responses in the two cities. This research used comparative case studies to see the discourse in Freiburg and supported by observation for the application in Surabaya. The discourse framework was obtained from John Dryzek, environmental discourse. The delivery of green city discourse in Freiburg is seen as more massive and continuous by implementing environmental values in city regulations and policies, while the promotion of green city discourse in Surabaya has not gone that far. The echo of communication between community groups about the environmental crisis is routinely held in Freiburg through several actions or programs that have not been found in Surabaya. It is expected that this paper can be a spark for further research in looking at communication practices and the realization of green cities, especially in Indonesia.
MENGGALI KEBUTUHAN DIFABEL DALAM KEBENCANAAN: UPAYA MEMBANGUN MASYARAKAT INKLUSIF TANGGAP BENCANA DI SURABAYA Nirmala, Lintang Wahyusih; Wisnuyana, Biandro; Putri, Rizky Sugianto; Hendrawati, Lucy Dyah; Santoso, Pudjio; Oktafenanda, Rachmat Dimas
Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 8, No 3 (2025): Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kumawula.v8i3.59768

Abstract

Aksesibilitas terhadap pengetahuan dan mitigasi bencana harus dapat dimiliki oleh semua lapisan masyarakattermasuk bagi kelompok difabel. Artikel ini memaparkan kebutuhan kapasitas kebencanaan pada kelompokdifabel sekaligus hasil kerjasama instansi pemerintahan, akademisi dan lembaga sosial untuk meningkatkankemampuan pengetahuan kelompok difabel di Surabaya. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untukmemberikan akses pengetahuan yang sama, mendorong partisipasi, dan meminimalisir stigma ketidakberdayaankelompok difabel dalam masyarakat. Bentuk kegiatan berupa seminar dengan menghadirkan tiga narasumberutama diantaranya Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, BPBD Jawa Timur, dan BK3S Jawa Timur serta diikuti oleh65 peserta yang terdiri dari berbagai kelompok difabel, relawan, dan akademisi. Pre-test dan post-test digunakandalam pengumpulan data yang harus diisi peserta kelompok difabel serta pengumpulan data melalui wawancarapada narasumber dan perwakilan peserta. Data yang didapatkan ditampilkan dengan word cloud generator untukmengetahui kebutuhan kelompok difabel terkait kebencanaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhanyang diperlukan dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tanggap bencana diantaranya, akses terhadapinformasi, pelatihan dan simulasi, bantuan dan pendampingan, serta jejaring komunitas difabel. Dalam penangananbencana dibutuhkan sinergitas peran akademik pada persiapan pra-bencana, peran BK3S pada kesejahteraan sosial,peran BPBD pada penanggulangan bencana daerah, serta peran Dinas Sosial yang berfokus pada penanganan danpemenuhan kebutuhan penyintas bencana. Keterlibatan instansi lintas sektor pada pogram pengabdian masyarakatini menjadi salah satu upaya dalam mewujudkan SDGs Leave No One Behind dan membangun masyarakatinklusif.