Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Wawasan Al-Qur’an Tentang Kesetaraan Gender Ayu Oktoviasari, Vera; Abubakar, Achmad; Firdaus, Firdaus
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 1 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i1.8362

Abstract

Pembahasan mengenai gender semakin meluas, sementara kesalah pahaman mengenai makna gender masih terus terjadi, khususnya dalam perspektif Islam. Perdebatan mengenai pro dan kontra kesetaraan gender masih sangat diperdebatkan. Tidak sedikit yang menganggap kesetaraan gender dalam Islam dilarang padahal Islam juga menempatkan perempuan pada posisi terbaik. Dalam penelitian ini, penulis mengkaji bagaimana wawasan Al-Qur'an mengenai kesetaraan gender. Tujuan penelitian ini untuk menghilangkan segala bentuk deskriminasi yang sering terjadi pada Wanita dalam lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja, karena Wanita berhak memperoleh hak yang sama dalam aspek Pendidikan. Allah tidak membedakan kedudukan antara Perempuan dan laki-laki dalam meraih kemuliaan di sisi Nya (Qs. Al Hujarat:13). Melalui pendekatan metode kualitatif, peneliti mencoba mengkaji melalui Al-Qur’an dan tafsir permasalahan terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui ayat-ayat Al-Qur’an tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek. Hal ini terlihat dari berbagai pernyataan Al-Qur’an yang selalu menyetarakan kedudukan laki-laki dan perempuan, kaitannya dengan fitrah kemanusiaannya. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan hanya sebatas perbedaan sifat manusia saja. Al-Quran menggunakan beberapa term untuk menunjuk makna gender, yakni al- Rijal dan al-Nisa', al-Dzakar dan al-Untsa serta al-Mar'ah/al-Imru dan al-Mar'ah/al- Imra'ah. Prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan jender dalam tafsir al-Maraghi antara lain memposisikan sama kedudukan laki-laki dan perempuan sebagai hamba Tuhan dan sebagai wakil Tuhan di bumi (khalifah fiy al-ardh), laki-laki dan perempuan diciptakan dari unsur yang sama, ketika Adam dan Hawa sama-sama bersalah yang menyebabkannya jatuh ke bumi. Keduanya bersama- sama berpotensi meraih prestasi di bumi, dan sama-sama berpotensi untuk mencapai ridha Tuhan, di dunia dan di akhirat.
Qath’i Dan Zhanni Terhadap Pemahaman Al Qur’an Dan Al Sunnah Ayu Oktoviasari, Vera; Santalia, Indo; Aderus, Andi
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 1 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i1.8540

Abstract

Ahli ushul fiqh secara umum mengelompokkan dalil ke dalam tiga bentuk, yaitu nas, zahir, dan mujmal. Dalil yang termasuk dalam kategori nas dijelaskan oleh mayoritas pakar ushul fiqh sebagai dalil yang tidak memungkinkan memiliki makna lain. Sementara itu, dalil yang termasuk dalam kategori zahir dan mujmal dianggap sebagai dalil yang bersifat zhanni, karena makna dari dalil tersebut masih membawa kemungkinan adanya makna lain. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis tentang qath’i dan zhanny dalam pemahaman Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Penelitian ini merupakan penelitian Pustaka, dimana peneliti menganalisis berbagai literatur dari artikel, jurnal dan buku. Hasil  penelusuran peneliti menunjukkan bahwa suatu petunjuk hukum atau nas yang pengertiannya dapat dipahami dengan jelas tanpa ada peluang untuk menginterpretasikan dengan yang lain, sedang zanni suatu pentunjuk hukum yang  dapat menerima makna lain. Sedangkan menurut ulama, baik nas yang bersumber dari al-Qur’an maupun hadis jika ditinjau dari segi dalalah-nya maka kedua nya dapat digolongkan   kepada qath’i al-dalalah dan zanni al- dalalah sementara dari segi penulisan atau periwayatannya terdapat perbedaan yang terletak pada nas al-Qur’an yang hanya bersifat qath’i al-wurud.
KEBEBASAN DALAM EKONOMI ISLAM Kartini; Wahab, Abdul; Ayu Oktoviasari, Vera
Sebi : Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Vol. 7 No. 1 (2025): Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam (SEBI)
Publisher : Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37567/sebi.v7i1.3583

Abstract

Islam has economic principles, one of which is the principle of freedom. Freedom in liberal and Islamic economic systems is interesting to study. This research aims to explore the meaning of freedom in the principles of freedom in Islamic economics and how it differs from freedom in the context of liberal economics. This research is library research using a qualitative paradigm. The data comes from various literature such as books, scientific journals and relevant articles. The result of the study in this paper is that freedom in the Islamic view is the freedom for every human being to take all actions necessary to obtain the highest benefit. In its implementation, the principle of freedom can be practiced in various ways, both individually and in groups, in thought and action, and theologically or ushul fiqh.