Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Analisa Efisiensi Penggunaan Bata Merah Dibandingkan Bata Ringan Pada Proyek Pembangunan Gedung Nahdatul Ulama Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Winata, B. F.; Kustiani, I.; Wardono, Herry
Seminar Nasional Insinyur Profesional (SNIP) Vol. 4 No. 1 (2024): Prosiding SNIP Vol.4 No.1 Tahun 2024
Publisher : Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/snip.v4i1.405

Abstract

Seperti kita ketahui bersama bahan material dinding bangunan terus berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan dalam mencapai biaya, waktu dan mutu yang paling efektif dan efisien. Munculnya teknologi bata ringan sebagai material pasangan dinding, cukupmemberikan dampak positif bagi masyarakat pada umumnya dan dunia konstruksi pada khususnya. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan yang diharapkan adalah untuk menganalisa efisiensi biaya penggunaan material batu bata merah dibandingkan dengan bataringan pada Pembangunan Gedung Nahdatul Ulama Kabupaten Ogan komering Ulu selatan. Dengan pelaksanaan penelitian ini beserta batasan-batasan penelitian yang telah ditentukandidapatkan suatu kenyataan perbandingan bahan pasangan dinding atas harga material bata ringan dengan harga material bata merah dapat dipastikan harga bata ringan per satuannya (buah) lebih mahal daripada bata merah. Mahalnya biaya atas material tersebut tidak serta merta akan menghasilkan biaya yang lebih mahal dalam penggunaannya, perlu ditinjau lagi perlu adanya biaya ikutan (biaya pemasangannya) yang diperlukan atas penggunaan materialtersebut pada dinding bangunan. Dalam aplikasi penggunaan atas material bata merah dan bata ringan sebagai pasangan dinding bangunan pada proyek yang diteliti membutuhkan biaya Rp.27.652.389,7 untuk material bata merah dan Rp 36.958.407,3 untuk material bata ringan, biaya ini merupakan biaya material bahan pasangan dinding ditambah dengan biaya tambahan (adonan dan perekat) yang diperlukan untuk pemasangannya. Biaya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk dapat melakukan pekerjaan pasangan dinding bangunan pada proyek yang diteliti membutuhkan biaya Rp 19.559.611,82,- untuk pasangan dinding menggunakan materialbata merah dan Rp. 14.729.422,56 untuk pasangan dinding menggunakan material bata ringan. Biaya yang diperlukan untuk membuat permukaan dinding bangunan menjadi halus dan rata(pekerjaan plestrean) pada proyek yang diteliti memerlukan biaya sebesar Rp 51.582.738,376 untuk material bata merah dan biaya Rp 71.957.431,-untuk material bata ringan. Secara jumlah biaya (biaya total) atas perbandingan penggunaan bahan pasangan dinding dengan menggunakan material bata merah dengan bata ringan pada proyek yang diteliti, untuk bata merah biaya totalnya adalah Rp 92.161.634,196 dan untuk biaya penggunaan bata ringan biayatotalnya adalah Rp 118.408.132,86 Secara umum pada hasil analisa efisiensi atas penggunaan material bahan pasangan dinding menggunakan bata merah dibandingkan dengan bata ringan menghasilkan nilai penghematan biaya sebesar Rp 26.246.498,664 atau dengan hasil analisa efisiensi sebesar 22,17%.
Tinjauan Perbandingan Koefisien Alat Berat Excavator Lapangan Dengan Analisa Harga Satuan Pekerjan {AHSP) 2022 Pada Pekerjaan Normalisasi Sungai Efendi, Z.; Sukmana, I.; Kustiani, I.
Seminar Nasional Insinyur Profesional (SNIP) Vol. 4 No. 1 (2024): Prosiding SNIP Vol.4 No.1 Tahun 2024
Publisher : Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/snip.v4i1.547

Abstract

Pekerjaan teknik sipil berskala besar perlu menggunakan alat berat. Alat berat menurut fungsinya masing-masing antara lain alat penggalian, pemuat, pengangkut, penghampar. Alat harus digunakan secara efisien sehingga pengguna perlu mengetahui kemampuan alat, jenisjenis alat, keterbatasan alat, serta biaya operasional alat. Produktivitas alat berat bergantung pada jenis atau type alat, metode kerja, kondisi medan kerja, serta waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuai hasil analisa secara teori yang tertuang dalam dokumen penawaran kapasitas produksi/jam alat excavator berdasarkan dokumen penawaran dalam 1 jam kemampuan alat exavator di medan dengan katagori medan sedang dan tahun pengunaan ± 5 tahun dengan kondisi baik didapat koofisien = Q1/45.48m3/Jam pada pekerjaan Normalisasi Sungai Belida – Lubuk Makmur Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir. Dari hasil koefisien padadokumen penawaran lama durasi pekerjaan dapat dilaksankan dengan waktu (durasi) kontrak dan kuantitas pekerjaan utama ,Pekerjaan galian berdasarkan dengan dijadwalkan 90 hari kerja dengan kuantitas pekerjaan 72.506,58 m3, dengan uraian 1 jam kerja dengan kondisi normal ± 45.48 m3/jam x rata-rata kerja per hari 7 jam x hari kerja normal 26 hari dalam 1 bulan hanya mampau menyelesaikan pekerjaan = 28,652.40 m3 galian rehab saluran, jadi untuk menyelesaikan pekerjaan di tambah mobilisaisi dan demobilisasi selama 90 hari kerja, exsapator yang di butuhkan 3 unit exsavator dengan kondiri bak. Dengan mengunkan alat berat excavator standart berdasarkan Analisa Q1 alat excavator standart yang di butuhkan 3 unit. Hasil pengamatan kami di lapangan dan kami bandingkan dengan penggunaan alat excavator hanya 2 unit dengan dengan waktu rata – rata 7 jam + lembur 2 = 9 jam / hari dapat diselesaikan dengan waktu 70 hari maka dapat kami hitung realisasi kapasitas produksi/jam excavator Q1 = 57.54 m3/Jam
Identifikasi Luas Fungsional Daerah Irigasi Rawa Mulyaguna Kabupaten Ogan Komering Ilir Menggunakan Sistem Informasi Standing Crop (SisCrop) Dewi, Y. P.; Wardono, H.; Kustiani, I.
Seminar Nasional Insinyur Profesional (SNIP) Vol. 4 No. 1 (2024): Prosiding SNIP Vol.4 No.1 Tahun 2024
Publisher : Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/snip.v4i1.557

Abstract

Di Kabupaten Ogan Komering Ilir hingga saat ini terdapat lebih dari 30 daerah irigasi, yang semuanya merupakan daerah irigasi rawa. Melihat kondisi kontur dan topografi wilayah kabupaten OKI maka sulit untuk menerapkan sistem irigasi teknis, sehingga masyarakat masih mengandalkan sistem tadah hujan dalam sistem pengairan di lahan sawahnya. Perbaikan dan pengembangan jaringan irigasi memerlukan banyak data pendukung, diantaranya luas baku sawah, luas potensial dan luas fungsional. Selama ini pengumpulan data tersebut masih menggunakan sistem manual yaitu dengan mendata langsung dari para pemilik lahan untuk mendapatkan informasi seputar luas lahan sawah dan produktifitas tanaman padi yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi luas fungsional daerah irigasi melalui pemantauan citra satelit Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan software Arc GIS 10.8 dan data Sistem Informasi Standing Crop (Siscrop). Berdasarkan hasil analisis data Siscrop dari bulan Januari sampai Juni 2022 bahwa luas fungsional maksimum Daerah Irigasi Rawa Mulyaguna terjadi di bulan Maret yaitu sebesar 77,88 ha. Luas lahan yang terus menerus berada dalam kondisi air adalah 0,73 ha selebihnya lahan berada pada posisi pasang surut. Sedangkan lahan yang terus menerus berada pada kondisi bera seluas 2,86 ha yang kemungkinan besar tidak teridentifikasi sebagai tanaman padi atau merupakan kondisi padi yang gagal panen.
Asesmen Risiko Rel Patah (Rail Breaks) pada Jalur Kereta Api Sumatera Selatan – Lampung dengan Pendekatan Probabilistic Fault Tree (PFTA) Usman, K.; Putri, V. N. A.; Kustiani, I.; Siregar, A. M.; Iswan; Bayzoni
Prosiding Seminar Nasional Ilmu Teknik Dan Aplikasi Industri Fakultas Teknik Universitas Lampung Vol. 7 (2024): Prosiding Seminar Nasional Ilmu Teknik dan Aplikasi Industi (SINTA) 2024
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Meningkatnya volume angkutan barang di jalur kereta api (KA) Sumatra Selatan-Lampung, yang saat ini menangani sekitar 25 juta ton per tahun, berpotensi menimbulkan dampak pada integritas infrastruktur rel, terutama risiko rel patah (rail breaks). Studi ini menerapkan probabilistic fault tree analysis (PFTA) dalam proses asesmen penyebab utama dari patahnya rel berdasarkan nilai probabilitas (p) aset rel KA. Fault Tree disusun dengan menggabungkan pendapat para ahli (expert opinion) dari operator dan regulator KA. Analisis tersebut mengidentifikasi 23 penyebab utama (basic event) yang dibagi dalam 9 group (intermediate event), termasuk kondisi cuaca ekstrem (B1), kegagalan material (B2), pemuaian posisi rel (B3), anjlokan kereta api (B4), kelelahan material (C1), pemasangan yang tidak tepat (C2), kesalahan dalam perawatan (C3), pemeriksaan terjadwal yang tidak dilakukan (D), kecelakaan atau insiden (E). Analisis tersebut mengidentifikasi ekspansi rel di tikungan (p=0,82%), curah hujan ekstrem (p=0,99%), ekspansi rel di lurusan (p=1,1%), dan mud pumping (p=1,15%) sebagai peristiwa yang paling berisiko berdasarkan kemungkinan terjadinya. Risiko ini dikategorikan menjadi empat faktor risiko tinggi (p>0.80%), enam belas faktor risiko sedang (p=0,4% - 0,8%), tiga faktor risiko rendah (p=0 -0,4%). Oleh karena itu, strategi perbaikan yang diprioritaskan diusulkan untuk menangani faktor-faktor risiko tertinggi yang perlu dilakukan, dengan mempertimbangkan pengkategorian ini. Hasil temuan ini mengindikasikan perlunya intervensi pemeliharaan yang strategis dan terarah demi meningkatkan keselamatan serta keandalan operasional jalur angkutan barang ini.