Tidak seimbangnya antara jumlah kapal yang beroperasi dengan permintaan penyeberangan akan mempengaruhi okupansi kapal, selain itu ketersediaan dan efisiensi penggunaan dermaga juga menjadi faktor penting, dermaga harus mampu menangani frekuensi kapal tanpa menimbulkan kemacetan dan keterlambatan, terutama dengan adanya dua pilihan kelas pelayanan yaitu eksekutif dan reguler. Penelitian ini menerapkan metode analisis statistic dan deskriptif dengan memanfaatkan model diagram radar. Melalui penggunaan diagram radar, dimensi- dimensi yang paling berpengaruh dalam membentuk preferensi responden dapat diidentifikasi. Mendapatkan nilai okupansi kapal dan dermaga penyeberangan Merak – Bakuheni, perlu dihitung menggunakan rumus load factor dan rumus BOR (Berth Occupancy Ratio). Berdasarkan hasil diperoleh, dimensi pembentuk preferensi untuk responden kelas eksekutif adalah kualitas layanan dan untuk kelas reguler adalah biaya perjalanan. Kapal eksekutif dengan tingkat okupasni paling tinggi ada pada kapal SEBUKU yaitu 88% dan paling rendah ada pada kapal JATRA III sebesar 4%. Kapal reguler yaitu kapal WINDU KARSA merupakan kapal dengan tingkat okupansi paling tinggi yaitu 180% dan kapal PANORAMA NUSANTARA paling rendah yaitu 6%. Penggunaan dermaga eksekutif sudah mencapai 91% sehingga perlu dilakukan penambahan jumlah dermaga khusus untuk eksekutif. Tingkat okupansi kapal eksekutif dan kapal reguler tidak merata, terdapat kapal yang memiliki okupansi rendah dan ada pula kapal yang overload. dermaga eksekutif perlu dilakukan pengembangan atau penambahan dikarenakan sudah melebihi angka ideal.