Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Analisis Lingkungan Pemasaran Rumah Sakit Pemerintah: Studi Deskriptif terhadap Faktor Internal dan Eksternal muharani, Defrika; Yorismanto, Yorismanto; Hartono, Budi; Daud, Alfani Ghutsa
RIGGS: Journal of Artificial Intelligence and Digital Business Vol. 4 No. 4 (2026): November - January
Publisher : Prodi Bisnis Digital Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/riggs.v4i4.3750

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal dan eksternal yang memengaruhi strategi pemasaran rumah sakit pemerintah pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Menggunakan metode Systematic Literature Review (SLR) terhadap publikasi nasional dan internasional periode 2015–2025, studi ini mengidentifikasi bahwa faktor eksternal yang paling dominan adalah regulasi JKN dan mekanisme pembayaran INA-CBGs. Kedua faktor tersebut menuntut efisiensi biaya yang tinggi, membatasi fleksibilitas harga, serta memengaruhi struktur pendapatan rumah sakit. Faktor eksternal lain yang turut berpengaruh mencakup dinamika politik dan hukum, kondisi ekonomi makro, serta perubahan demografi yang mendorong meningkatnya permintaan layanan kesehatan. Di sisi internal, penelitian menemukan bahwa tiga elemen utama sumber daya manusia (People), proses layanan (Process), dan bukti fisik (Physical Evidence) memiliki kontribusi signifikan terhadap kepuasan pasien, masing-masing sebesar 28%, 22%, dan 19%. Temuan operasional menunjukkan bahwa rumah sakit pemerintah mempertahankan Average Length of Stay (AvLOS) rendah, berkisar 2,3–4,0 hari, sebagai upaya adaptasi terhadap tekanan biaya dari sistem INA-CBGs. Pada aspek keuangan, rumah sakit pemerintah cenderung memiliki tingkat likuiditas tinggi namun solvabilitas rendah, yang menunjukkan kemampuan baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendek tetapi sedikit ruang untuk investasi jangka panjang. Secara keseluruhan, penelitian ini menyimpulkan bahwa rumah sakit pemerintah perlu menerapkan strategi dualistik: strategi defensif melalui peningkatan efisiensi biaya, serta strategi ofensif melalui diferensiasi mutu layanan berbasis 3P (People, Process, Physical Evidence) agar tetap kompetitif dan berkelanjutan di bawah sistem JKN.
Analisis Permasalahan dalam Sistem Pengadaan Barang dan Jasa Beserta Solusi Strategis di Rumah Sakit Pemerintah: Pendekatan Deskriptif-Kuantitatif Berbasis Studi Literatur Sistematis Muharani, Defrika; Yorismanto, Yorismanto; Hartono, Budi; Daud, Alfani Ghutsa
RIGGS: Journal of Artificial Intelligence and Digital Business Vol. 4 No. 4 (2026): November - January
Publisher : Prodi Bisnis Digital Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/riggs.v4i4.3819

Abstract

Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) di Rumah Sakit (RS) Pemerintah, khususnya yang berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), merupakan fungsi vital yang menentukan kualitas layanan sekaligus stabilitas finansial. Namun, berbagai penelitian menunjukkan bahwa sistem PBJ di sektor kesehatan masih menghadapi tantangan serius yang berpotensi menurunkan efektivitas operasional rumah sakit. Penelitian ini bertujuan menganalisis permasalahan PBJ di RS Pemerintah Indonesia serta merumuskan rekomendasi strategis melalui Sintesis Literatur Sistematis (SLR) dengan pendekatan Sintesis Deskriptif Kuantitatif (SDQK) terhadap publikasi ilmiah periode 2015–2025. Hasil kajian mengidentifikasi tiga klaster utama permasalahan: risiko tata kelola (agency cost), inefisiensi logistik dalam Supply Chain Management (SCM), dan hambatan proses digitalisasi. Pada aspek tata kelola, ditemukan bahwa risiko moral hazard dan lemahnya kontrol internal berdampak nyata pada keuangan, misalnya akumulasi utang RSUD di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang mencapai Rp 247,97 miliar pada 2025. Rendahnya tingkat pengembalian kerugian negara yang hanya 28% dari total temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebesar Rp 4,77 miliar juga menunjukkan lemahnya akuntabilitas ex-post. Inefisiensi SCM tercermin dari dominasi biaya obat kelompok A yang mencapai 70,82% dari total biaya pengadaan, padahal hanya mencakup 5,78% dari total item obat yang digunakan. Sementara itu, hambatan digitalisasi muncul akibat kurang optimalnya penerapan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Rekomendasi strategis meliputi penguatan regulasi internal BLUD, integrasi SIMRS untuk meningkatkan ketepatan forecasting SCM, serta peningkatan kompetensi SDM PBJ guna menekan risiko moral hazard pada proses digital.