Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Implikasi Hukum Adat Terhadap Pembatalan Pertunangan Adat Sikka (Studi Putusan PN Maumere No. 42/Pdt.G/2015/PN Mme) Martinelli, Imelda; Leeland, Deryl; Matondang, Matthew Mikha Sebastian; Jonatan, Frangky
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities Vol 8, No 4 (2025): Oktober, Social Issues and Problems in Society
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jr.v8i4.50667

Abstract

Pertunangan dalam masyarakat hukum adat Sikka bukan hanya dipahami sebagai janji menuju pernikahan, tetapi juga merupakan hubungan sosial dan moral yang melibatkan dua keluarga besar. Prosesi adat seperti Lue Leron, Tung Olang Nelar, dan Wua Taa dilakukan sebagai bentuk penegasan ikatan tanggung jawab, penghormatan, serta kesepakatan bersama. Nilai sakral dari pertunangan tersebut terletak pada keterlibatan keluarga dan masyarakat adat sebagai pengawas moral, sehingga pembatalan pertunangan tidak hanya berdampak pada pasangan, tetapi juga menyentuh martabat dan keharmonisan hubungan kekeluargaan. Dalam konteks ini, pembatalan sepihak dipandang sebagai pelanggaran terhadap norma adat yang dikenal sebagai Wain Nair Met Lee apabila dilakukan oleh pihak laki-laki dan Lain Nair Met Lee apabila dilakukan oleh pihak perempuan. Istilah ini menunjukkan adanya pelanggaran terhadap keseimbangan sosial dan rasa hormat antar keluarga. Hal tersebut tampak dalam Putusan Pengadilan Negeri Maumere Nomor 42/Pdt.G/2015/PN Mme, di mana hakim menilai tindakan mengusir calon istri setelah pertunangan adat masuk dalam kategori Wain Nair Met Lee. Meskipun tidak terdapat pengembalian belis dalam perkara tersebut, penggunaan konsep adat ini memperlihatkan bahwa hukum adat Sikka berfungsi sebagai mekanisme yang menjaga kehormatan dan stabilitas hubungan sosial melalui sanksi moral yang bersifat simbolik.
Predatory Pricing in Indonesia’s Digital Trade Ecosystem: An Analysis of Inhibiting Factors and the Ideal Model for Equitable Regulation: Predatory Pricing dalam Ekosistem Perdagangan Digital di Indonesia: Analisis Faktor Penghambat dan Model Ideal Pengaturan yang Berkeadilan Leeland, Deryl; Adam, Richard C.
Indonesian Journal of Law and Economics Review Vol. 20 No. 4 (2025): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21070/ijler.v20i4.1385

Abstract

General background: Indonesia’s rapidly expanding digital trade ecosystem has transformed market structures and intensified competition. Specific background: Within this environment, predatory pricing as a strategy of selling goods or services below cost to weaken competitors has become increasingly difficult to regulate due to digital platforms’ unique cost structures, cross-subsidization, and algorithmic pricing. Knowledge gap: Indonesian competition law lacks clear benchmarks for determining below-cost pricing, exclusionary intent, and recoupment, creating uncertainty in enforcement, especially against foreign digital actors. Aims: This study analyzes normative and practical barriers to enforcing predatory pricing rules in e-commerce and proposes an equitable regulatory model. Results: The findings show unclear cost definitions, limited data transparency, dynamic promotional practices, jurisdictional constraints, and the absence of technical guidelines, all of which impede consistent legal assessment. Novelty: This research offers a multidimensional regulatory framework informed by comparative practices from the United States, European Union, and China, incorporating algorithmic transparency, structural market effects, and temporal indicators of exclusion. Implications: A more adaptive and comprehensive regulatory structure is needed to strengthen legal certainty, protect SMEs, prevent digital-market exclusion, and promote a fair and sustainable competitive environment in Indonesia’s digital economy. Highlights: The study exposes major gaps in Indonesia’s legal standards for identifying below-cost pricing in digital markets. Enforcement is hindered by limited data access, dynamic promotional models, and cross-border platform operations. A new multidimensional regulatory model is proposed to ensure fairness, SME protection, and sustainable digital competition. Keywords: Predatory Pricing, Digital Trade, Competition Law, E-Commerce Regulation, Legal Certainty