Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Faktor Penyebab Perilaku Mengemis Dan Memulung Sebagai Bentuk Patologi Sosial Di Jalan William Iskandar, Kec. Medan Tembung, Kab. Deli Serdang Sani Susanti; Fredy Adrian Saragih S; Herman Jaya Waruwu; Ribkah Panjaitan; Jesika Anastasya Sihotang; Desy Verayanti Br Saragih
Sinergi : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 1 No. 2 (2025): Sinergi: Jurnal Ilmiah Multidisiplin
Publisher : PT. AHLAL PUBLISHER NUSANTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to analyze the factors that cause begging and scavenging activities as forms of social pathology in the area of Jalan William Iskandar, Medan Tembung District, Deli Serdang Regency. This research employs a descriptive qualitative approach using observation, in-depth interviews, and documentation involving four informants who work as beggars and scavengers. The findings indicate that begging and scavenging do not arise from free choice, but rather from survival strategies driven by economic pressure, low educational attainment, lack of civil identification documents, limited access to employment, and weak social support. The extremely low and unstable income (ranging from Rp5,000 to Rp40,000 per day) reflects conditions of extreme poverty that intensify the informants’ social vulnerability. All informants expressed a desire to stop these activities if stable and decent employment became available. The study concludes that begging and scavenging represent forms of social pathology influenced by structural poverty, social inequality, and limited access to decent living opportunities, highlighting the need for more responsive public policies and empowerment programs for marginal communities. Keywords: social pathology, begging, scavenging, structural poverty, marginal communities. Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor penyebab munculnya perilaku mengemis dan memulung sebagai bentuk patologi sosial di kawasan Jalan William Iskandar, Kecamatan Medan Tembung, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi terhadap empat informan yang beraktivitas sebagai pengemis dan pemulung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku mengemis dan memulung tidak muncul sebagai pilihan bebas, melainkan sebagai strategi bertahan hidup akibat tekanan ekonomi, rendahnya pendidikan, ketiadaan identitas kependudukan, minimnya akses pekerjaan, serta lemahnya dukungan sosial. Pendapatan yang sangat rendah dan tidak stabil (berkisar Rp5.000 hingga Rp40.000 per hari) mencerminkan kondisi kemiskinan ekstrem yang memperkuat kerentanan sosial para informan. Keempat informan menyatakan keinginan untuk berhenti dari aktivitas tersebut apabila tersedia pekerjaan tetap yang layak. Penelitian ini menyimpulkan bahwa mengemis dan memulung merupakan bentuk patologi sosial yang dipengaruhi kemiskinan struktural, ketimpangan sosial, dan terbatasnya kesempatan hidup layak, sehingga diperlukan intervensi kebijakan dan program pemberdayaan yang lebih responsif bagi masyarakat marginal. Kata Kunci: patologi sosial, mengemis, memulung, kemiskinan struktural, masyarakat marginal.
ANALISIS PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI NILAI FILSAFAT DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI PKBM TAMAN BELAJAR MASYARAKAT Elizon Nainggolan; Michael Yudha Pratama; Christiana Junita Panjaitan; Imely Patrica K Banjarnahor; Novia Riani Pitri; Ribkah Panjaitan; Youlia Opita Sibuea
Journal of Golden Generation Abdimas Vol. 1 No. 2 (2025): Desember : Journal of Golden Generation Abdimas
Publisher : PT. Lembaga Penerbit Penelitian Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.65244/jgga.v1i2.117

Abstract

Penelitian ini bertujuan menggambarkan pemahaman serta penerapan nilai-nilai filsafat pendidikan humanisme, pragmatisme, dan eksistensialisme dalam proses pembelajaran di PKBM Taman Belajar Masyarakat. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus tunggal. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi, dengan satu tutor sebagai informan utama. Temuan penelitian menunjukkan bahwa nilai humanisme tercermin dalam sikap tutor yang menghargai keberagaman warga belajar dan menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman serta mendukung. Nilai pragmatisme tampak melalui metode pembelajaran yang fleksibel dan berorientasi pada pengalaman nyata peserta didik. Adapun nilai eksistensialisme diwujudkan melalui pemberian kesempatan kepada warga belajar untuk mengembangkan kesadaran diri, memilih strategi belajar, dan bertanggung jawab atas proses belajarnya. PKBM berperan sebagai lembaga pendidikan nonformal yang menyediakan akses belajar terjangkau dan berfokus pada pemberdayaan masyarakat. Meskipun masih terdapat kendala, seperti keterbatasan fasilitas dan kebutuhan peningkatan kompetensi tutor, penerapan nilai-nilai filsafat pendidikan di PKBM menunjukkan perkembangan positif menuju pembelajaran yang lebih humanis, kontekstual, dan memberdayakan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan praktik pembelajaran pada lembaga pendidikan nonformal.