Sumiwi, Asih Rachmani Endang
Sekolah Tinggi Teologi Torsina

Published : 32 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

Sikap Waspada terhadap Cinta Uang Berdasarkan 1 Timotius 6:9-10 pada Pelaku Investasi Saham Ermiyati Ermiyati; Setya Budi Tamtomo; Asih Rachmani Endang Sumiwi
Angelion Vol 3, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v3i1.319

Abstract

One of the responsibilities of humans towards themselves and their families is to provide for themselves and their families by working to earn money. Another effort that humans make to meet their financial needs is by investing in stocks as savings in the future. Stock investment does promise profits, but on the other hand it can ensnare people to the love of money. By analyzing 1 Timothy 6:9-10 according to hermeneutic principles, this study aims to explain the meaning of love of money according to 1 Timothy 6:9-10 and explain awareness of the love of money based on 1 Timothy 6:9-10 for stock investors. The results of this study, the love of money is inclined towards wealth and means chasing money by justifying all means. Stock investors need to be vigilant when investing in stocks so as not to incline their hearts to the wealth of investment results.Salah satu tanggung jawab manusia terhadap dirinya dan keluarga adalah mencukupi kebutuhan diri maupun keluarganya dengan cara bekerja untuk mendapatkan uang. Usaha lain yang dilakukan manusia untuk mencukupi kebutuhan keuangannya adalah dengan cara melakukan investasi saham sebagai tabungan di masa depan. Investasi saham memang menjanjikan keuntungan, tetapi di sisi lain dapat menjerat orang kepada cinta uang. Dengan menganalisis 1 Timotius 6:9-10 sesuai prinsip-prinsip hermeneutika, penelitian ini bertujuan menjelaskan arti cinta uang menurut 1 Timotius 6:9-10 dan menjelaskan kewaspadaan terhadap cinta akan uang berdasarkan 1 Timotius 6:9-10 pada pelaku investasi saham. Hasil dari penelitian ini, cinta uang adalah mencondongkan hati kepada kekayaan dan berarti memburu uang dengan menghalalkan segala cara. Pelaku investasi saham perlu waspada ketika melakukan investasi saham agar tidak mencondongkan hati kepada kekayaan hasil investasi.
Pengampunan: Penerapan Prinsip-Prinsip Alkitabiah dari Ajaran Yesus dalam Membangun Hubungan dengan Tuhan dan Sesama Asih Rachmani Endang Sumiwi; Joseph Christ Santo; Gabriel Levi Thusiapratama
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.205 KB) | DOI: 10.53674/teleios.v2i1.43

Abstract

Abstract: One of the Bible principles that Jesus taught is forgiveness. The teaching of forgiveness becomes a normative command if it is not accompanied by an applicative explanation. With a descriptive qualitative approach, the author systematically describes the practical application of forgiveness. This study came to the conclusion that forgiveness is an act of accepting and making peace with the person or situation that caused it. The reason for forgiveness is that because a believer has been reconciled to God, he should also live at peace with others. Forgiveness is an active decision to rebuild a relationship that has been damaged, and thus forgiving people is the same as solving problems. Christians must have the willingness to forgive without limits: without being limited in the frequency of mistakes, without being limited in time, and without being limited in the magnitude of the mistakes. Forgiveness has an impact on oneself and in relationships with God and others.Keyword: Forgiveness, Make Peace, Impact of ForgivenessAbstrak: Salah satu prinsip Alkitab yang diajarkan Yesus adalah hal mengampuni. Ajaran tentang pengampunan menjadi sebuah perintah normatif bila tidak disertai penjelasan aplikatif. Dengan pendekatan kualitatif deskriptif, penulis memaparkan secara sistematis aplikasi praktis dari mengampuni. Penelitian ini sampai pada kesimpulan bahwa mengampuni adalah tindakan menerima dan berdamai dengan orang atau keadaan yang menjadi penyebabnya. Alasan mengampuni adalah karena orang percaya telah diperdamaikan dengan Allah semestinya ia juga hidup berdamai dengan sesama. Mengampuni merupakan suatu keputusan aktif membangun kembali hubungan yang sudah rusak, dan dengan demikian orang yang mengampuni sama dengan menyelesaikan persoalan. Orang Kristen harus memiliki kerelaan untuk mengampuni tanpa batas: tanpa dibatasi frekuensi kesalahan, tanpa dibatasi jangka waktu, dan tanpa dibatasi besarnya kesalahan. Pengampunan memberikan dampak bagi diri sendiri maupun dalam relasi dengan Tuhan dan sesama.Kata Kunci: Mengampuni, Berdamai, Dampak Pengampunan
Analisis Biblika Baptisan Roh Kudus Dan Penuh Dengan Roh Kudus Asih Rachmani Endang Sumiwi
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 1, No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.64 KB) | DOI: 10.34081/fidei.v1i1.1

Abstract

Baptisan Roh Kudus dan penuh dengan Roh Kudus adalah istilah umum di kalangan Gereja-gereja Pentakosta dan Karismatik. Namun demikian kedua hal ini kadang-kadang dipertanyakan di kalangan gereja-gereja arus utama, khususnya sehubungan dengan tanda-tanda lahiriah yang menyertai peristiwa baptisan Roh Kudus. Untuk menjawab pertanyaan ini perlu dilakukan analisis biblikal. Analisis biblikal ini meliputi definisi dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Yunani, menginventarisasi bagaimana hal-hal tersebut terjadi dan dituliskan di dalam Alkitab, lalu secara induktif ditarik kesimpulan mengenai baptisan Roh Kudus dan penuh dengan Roh Kudus. Baptisan Roh Kudus memiliki dua pengertian: yang pertama, seseorang dibaptis oleh Roh Kudus ke dalam tubuh Kristus sehingga menjadi bagian dari tubuh Kristus (1 Kor. 12:12 -13); yang kedua, sesorang dibaptis oleh Tuhan Yesus ke dalam Roh Kudus sehingga ia berada dalam penguasaan Roh Kudus (Mrk 1:8). Penuh dengan Roh Kudus adalah keadaan di mana Roh Kudus menguasai atau mengendalikan seluruh segi kehidupan orang percaya tersebut sehingga apa yang dilakukan seperti apa yang Roh Kudus mau.
Spiritualitas dalam Peribadahan Kristen bagi Keharmonisan Umat: Refleksi Efesus 5:18-21 Joseph Christ Santo; Joko Sembodo; Asih Rachmani Endang Sumiwi; Mariani Harmadi
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 4, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34081/fidei.v4i2.277

Abstract

Spiritualitas memiliki definisi yang beragam, dalam lingkup kekristenan spiritualitas dikaitkan dengan roh yang merupakan unsur terdalam dari manusia, yang mana roh manusia ini memiliki relasi dengan Allah yang adalah roh. Pada umumnya spiritualitas merujuk kepada hubungan individu tersebut dengan Tuhan; penelitian ini memaparkan sisi lain yang belum banyak dibahas, yaitu sisi sosial dari spiritualitas. Efesus 5:18-21 membahas spiritualitas dalam ibadah, tetapi beberapa kata yang digunakan dalam nas ini mengandung unsur relasional sehingga muncul pertanyaan bagaimana keterkaitan spiritualitas dalam ibadah dengan hubungan antarwarga jemaat. Hasil penelitian eksegesis menunjukkan bahwa spiritualitas orang Kristen adalah kondisi seorang Kristen yang mampu menguasai diri karena rohnya ada dalam kendali Roh Kudus; spiritualitas dalam peribadahan yang didasari penuh dengan Roh akan membentuk relasi yang baik antarwarga jemaat, dan pada akhirnya menghasilkan keharmonisan umat Allah.
Peran Roh Kudus dalam Menuntun Orang Percaya kepada Seluruh Kebenaran Berdasarkan Yohanes 16:13 Yonatan Alex Arifianto; Asih Rachmani Endang Sumiwi
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 3, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53547/diegesis.v3i1.56

Abstract

Christian faith recognizes the existence of the Holy Spirit as the divine person promised by Jesus. But not all Christians experience the involvement of the Holy Spirit in their lives. Whereas a person who is led by the Holy Spirit will experience spiritual growth, so that he lives according to God's truth and his life bears witness. This study aims to answer the question, what is the role of the Holy Spirit in the lives of believers in leading to all truth? This research is a library research using descriptive analysis method, with the Bible as the main source and support of reliable literature. The conclusion of this research is, first, the Holy Spirit makes the person he leads free from sin and intimidation from the evil one. Second, the Holy Spirit gives wisdom and understanding to know Jesus and live it at every step of the life journey. Third, the Holy Spirit leads to the whole truth of God, so that the person he guides avoids deception.
Makna Kedewasaan Rohani Dalam Ibrani 5:11-14 Maria Demarson Adu; Asih Rachmani Endang Sumiwi; Paulus Purwoto
Miktab: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 1, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.772 KB)

Abstract

Fakta bahwa ada orang Kristen yang sangat mudah beralih keyakinan menimbulkan pertanyaan seputar kedewasaan rohani mereka. Di sisi lain Ibrani 5:11-14 menuliskan tentang perlunya seorang Kristen bertumbuh secara rohani. Hal ini mendorong peneliti untuk menemukan makna kedewasaan rohani dalam Ibrani 5:11-14 dan penerapannya bagi orang percaya pada masa kini. Peneliti menggunakan metode deskriptif melalui studi pustaka untuk menjawab masalah tersebut. Dari penelitian yang dilakukan penulis dapat menarik kesimpulan bahwa orang percaya masa kini dikatakan memiliki kedewasaan rohani jika ia memiliki iman yang kokoh, memiliki karakter Kristus, memiliki kesetiaan dalam pelayanan, memiliki perspektif hidup seperti Kristus, serta berfokus hanya kepada kebenaran Firman Tuhan.
Pengaruh Pemahaman Tentang Gaya Hidup Kristen Menurut Mazmur 15:1-5 Terhadap Perilaku Pergaulan Mahasiswa STT Torsina Hairunisa S; Asih Rachmani Endang Sumiwi; Yusak Sigit Prabowo
Miktab: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 1, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.903 KB)

Abstract

Penelitian ini dibuat dengan tujuan mengetahui kategori pemahaman Mahasiswa STT Torsina tentang Gaya Hidup Kristen menurut Mazmur 15:1-5 dan mengetahui kategori tingkat perilaku pergaulan yang dilakukan oleh mahasiswa STT Torsina serta mengetahui kategori pengaruh pemahaman tentang gaya hidup Kristen menurut Mazmur 15:1-5 terhadap perilaku pergaulan mahasiswa STT Torsina tahun 2020. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei dengan menggunakan skala Likert. Hasil uji statistik deskriptif terhadap variabel Pemahaman tentang Gaya Hidup Kristen menurut Mazmur 15:1-5 (X) menunjukkan kategori tinggi. Hasil uji statistik deskriptif terhadap variabel Perilaku Pergaulan Mahasiswa STT Torsina tahun 2020 (Y) menunjukkan kategori sedang menuju tinggi. Hasil uji regresi sederhana variabel X terhadap variabel Y, diperoleh hasil pemahaman tentang gaya hidup Kristen menurut Mzmur 15:1-5 terhadap perilaku pergaulan mahasiswa STT Torsina tahun 2020 ada pada tingkat berpengaruh kuat.
Pembaharuan Pikiran Pengikut Kristus Menurut Roma 12:2 Asih Rachmani Endang Sumiwi
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 1 (2018): September 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i1.4

Abstract

The existence of Christians in this world cannot be separated from the community in which they are located. When someone is in the midst of a community with a different way of life, it is very possible for him to be similar to his surroundings. Whereas what God wants from the existence of Christians in the world is that they can become bright, not follow the flow around them. Paul once gave a special message to the Romans so that they would not be like this world but changed by renewal of mind. This study focuses on the study of the phrases ἀνακαινώσει τοῦ νοὸς (anakainosei tou noos) from Romans 12: 2, which literally means renewal of the mind. This study aims to find out what is meant by the renewal of the mind, why it is necessary to renew the mind, how the renewal of the mind occurs, and how it applies to the life of Christianity in the present. With the exegesis method, researchers try to find out the meaning of the phrase either through lexical studies or by paying attention to the background of letter writing. Having found the meaning and relation to the context of the phrase, its application is made for Christian life today. The conclusions of this research are as follows: First, the renewal of the mind in Romans 12: 2 is a renewal of one's awareness of the truth which builds understanding of the true meaning of life. Second, followers of Christ need to experience a renewal of the mind because the mind will play a role in determining its life, namely in creating or setting its standard of living. Third, renewal of the mind is a process that occurs continuously every day through the Word of God which is done by the Holy Spirit, so that by this process Christians will understand the will of God, that is what is good, that is pleasing to God and perfectAbstrakKeberadaan umat Kristen di dunia ini tidak dapat dipisahkan dari lingungan masyarakat di mana mereka berada.  Ketika seseorang berada di tengah masyarakat dengan cara hidup yang berbeda, sangat mungkin baginya untuk menjadi serupa dengan sekitarnya.  Padahal yang dikehendaki Tuhan dari keberadaan umat Kristen di dunia adalah agar mereka bisa menjadi terang, bukan mengikuti arus sekitarnya. Paulus pernah berpesan secara khusus kepada jemaat Roma agar mereka tidak menjadi serupa dengan dunia ini tetapi berubah oleh pembaharuan pikiran.  Penelitian ini memusatkan kajian kada frasa ἀνακαινώσει τοῦ νοὸς  (anakainosei tou noos) dari surat Roma 12:2, yang secara literal berarti pembaharuan pikiran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pembaharuan pikiran, mengapa perlu pembaharuan pikiran, bagaimana terjadinya pem­baharuan pikiran, serta bagaimana penerapannya bagi kehidupan kekristenan pada masa sekarang. Dengan metode eksegesis, peneliti mencoba menemukan makna dari frasa tersebut baik melalui studi leksikal maupun dengan memperhatikan latar belakang penulisan surat. Setelah ditemukan makna dan kaitannya dengan konteks dari frasa tersebut, dibuat penerapannya bagi kehidupan kekristen­an sekarang ini. Sebagai kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, pembaharuan pikiran dalam Roma 12:2 adalah pembaharuan kesadaran sese­orang terhadap kebenaran sehingga terbangun pemahaman akan makna hidup yang benar. Kedua, pengikut Kristus perlu mengalami pembaharuan pikiran karena pikiran akan sangat berperan dalam menentukan kehidupan­nya, yaitu dalam mencipta­kan atau menetapkan standar hidupnya. Ketiga, pembaharuan pikiran adalah proses yang terjadi terus menerus setiap hari melalui Firman Tuhan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, sehingga dengan proses ini orang Kristen akan mengerti kehendak Allah yaitu apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan sempurna. 
Tinjauan Roma 15: 5-6 untuk Meningkatkan Kerukunan Intern Orang Percaya Masa Kini Asih Rachmani Endang Sumiwi; Yonatan Alex Arifianto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 2 (2021): Maret 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i2.78

Abstract

Harmony in Christianity is the teaching of Jesus that must be applied in loving others because the love taught by the Lord Jesus is a love that brings peace that can bring good to all people. Perspective review of Romans 15: 5-6 to increase the internal harmony of believers today. By using the Literature literature method, harmony that is built in the community and intern of religious communities can be seen and reviewed from the Bible in Romans 15: 5-6. Because as a basis and understanding and knowledge of harmony, believers unite the voice, heart and all religious components to be a blessing. The theme of perspective is Romans 15: 5-6 to enhance the internal harmony of believers today. It is a study that can be applied to believers how important it is to be light in harmony in the internal religion, so it is hoped that believers must understand and apply the Theological Review of Rome 15: 5-6, then believers have a role, that is, believers must bring harmony and finally believers making harmony among congregations a priority taught in Christian Education.Kerukunan dalam kristenan adalah ajaran Yesus yang wajib diterapkan dalam mengasihi sesama karena kasih yang diajarkan Tuhan Yesus adalah kasih yang membawa damai yang dapat membawa kebaikan bagi semua orang. Tinjauan Roma 15:5-6 untuk meningkatkan kerukunan intern orang percaya masa kini. Dengan menggunakan metode literature pustaka Kerukunan yang dibangun dalam komunitas maupun intern umat beragama dapat dilihat dan ditinjau dari Alkitab dalam Kitab Roma 15:5-6.  Karena sebagai dasar dan pemahaman dan pengetahuan tentang kerukunan maka orang percaya menyatukan suara, hati dan seluruh komponen keagamaan untuk dapat menjadi berkat. Tema Tinjauan Roma 15: 5-6 untuk meningkatkan kerukunan intern orang percaya masa kini. Adalah kajian yang dapat diterapkan bagi orang percaya bagaimana pentingnya menjadi terang dalm kerukunan di intern agama mak diharapkan orang percaya harus memahami dan mengaplikatifkan Tinjaun Teologi Roma 15:5-6, lalu orang percaya memiliki Peran yaitu orang percaya harus membawa kerukunan dan yang terakhir orang percaya menjadikan kerukunan antar jemaat menjadi prioritas yang diajarkan dalam Pendidikan Kristen.
Pembaharuan Pikiran Pengikut Kristus Menurut Roma 12:2 Asih Rachmani Endang Sumiwi
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 1 (2018): September 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i1.4

Abstract

The existence of Christians in this world cannot be separated from the community in which they are located. When someone is in the midst of a community with a different way of life, it is very possible for him to be similar to his surroundings. Whereas what God wants from the existence of Christians in the world is that they can become bright, not follow the flow around them. Paul once gave a special message to the Romans so that they would not be like this world but changed by renewal of mind. This study focuses on the study of the phrases ἀνακαινώσει τοῦ νοὸς (anakainosei tou noos) from Romans 12: 2, which literally means renewal of the mind. This study aims to find out what is meant by the renewal of the mind, why it is necessary to renew the mind, how the renewal of the mind occurs, and how it applies to the life of Christianity in the present. With the exegesis method, researchers try to find out the meaning of the phrase either through lexical studies or by paying attention to the background of letter writing. Having found the meaning and relation to the context of the phrase, its application is made for Christian life today. The conclusions of this research are as follows: First, the renewal of the mind in Romans 12: 2 is a renewal of one's awareness of the truth which builds understanding of the true meaning of life. Second, followers of Christ need to experience a renewal of the mind because the mind will play a role in determining its life, namely in creating or setting its standard of living. Third, renewal of the mind is a process that occurs continuously every day through the Word of God which is done by the Holy Spirit, so that by this process Christians will understand the will of God, that is what is good, that is pleasing to God and perfectAbstrakKeberadaan umat Kristen di dunia ini tidak dapat dipisahkan dari lingungan masyarakat di mana mereka berada.  Ketika seseorang berada di tengah masyarakat dengan cara hidup yang berbeda, sangat mungkin baginya untuk menjadi serupa dengan sekitarnya.  Padahal yang dikehendaki Tuhan dari keberadaan umat Kristen di dunia adalah agar mereka bisa menjadi terang, bukan mengikuti arus sekitarnya. Paulus pernah berpesan secara khusus kepada jemaat Roma agar mereka tidak menjadi serupa dengan dunia ini tetapi berubah oleh pembaharuan pikiran.  Penelitian ini memusatkan kajian kada frasa ἀνακαινώσει τοῦ νοὸς  (anakainosei tou noos) dari surat Roma 12:2, yang secara literal berarti pembaharuan pikiran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pembaharuan pikiran, mengapa perlu pembaharuan pikiran, bagaimana terjadinya pem­baharuan pikiran, serta bagaimana penerapannya bagi kehidupan kekristenan pada masa sekarang. Dengan metode eksegesis, peneliti mencoba menemukan makna dari frasa tersebut baik melalui studi leksikal maupun dengan memperhatikan latar belakang penulisan surat. Setelah ditemukan makna dan kaitannya dengan konteks dari frasa tersebut, dibuat penerapannya bagi kehidupan kekristen­an sekarang ini. Sebagai kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, pembaharuan pikiran dalam Roma 12:2 adalah pembaharuan kesadaran sese­orang terhadap kebenaran sehingga terbangun pemahaman akan makna hidup yang benar. Kedua, pengikut Kristus perlu mengalami pembaharuan pikiran karena pikiran akan sangat berperan dalam menentukan kehidupan­nya, yaitu dalam mencipta­kan atau menetapkan standar hidupnya. Ketiga, pembaharuan pikiran adalah proses yang terjadi terus menerus setiap hari melalui Firman Tuhan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, sehingga dengan proses ini orang Kristen akan mengerti kehendak Allah yaitu apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan sempurna.