Bahasa daerah akhir-akhir ini menjadi permasalahan karena cukup banyak yang telah ditinggalkan penuturnya, terutama generasi muda. Mereka menggantikan bahasa daerahnya dengan bahasa lain (terutama dengan lingua franca atau bahasa pengantar) sehingga bahasa daerahnya mulai dan terus tergerus. Padahal, bahasa daerah mencirikan identitas dan mencerminkan budaya. Untuk itu, membangun kesadaran generasi muda sebagai pewaris bahasa daerah identik dengan membangun kecintaan generasi muda akan bahasa daerahnya. Dengan melihat korelasi timbal baliknya dengan pendidikan, maka dalam membangun kecintaan berbahasa daerah yang bermuara pada pelestariannya, maka penelitian menyangkut pelestarian bahasa Tulehu berbasis sinergitas masyarakat dan sekolah di Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan situasi kebahasaan di tengah masyarakat penutur bahasa Tulehu dan mengidentifikasi ranah-ranah penggunaan bahasa Tulehu. Dengan pendekatan kualitatif, metode yang dimanfaatkan untuk mengumpulkan data adalah observasi, survei, dan wawancara. Sumber data penelitian adalah para responden dan para informan dari generasi muda (GM), generasi transisi (GT), dan generasi lanjut usia (GL) yang berprofesi tenaga edukatif, pensiunan, petani, pedagang, juga tukang bangunan, serta generasi muda yang berstatus pelajar dan mahasiswa. Hasil penelitian memberi gambaran bahwa penggunaan bahasa Tulehu masih berlangsung pada ranah keluarga, ranah transaksi, dan ranah adat dengan tingkat kekerapan di bawah 50%. Di samping itu, kosakata yang dimiliki oleh para penutur pun sudah sangat mengerucut dalam perbandingan antara penutur GL, GT, dan GM.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2021