Pesantren dianggap sebagai lembaga tradisional yang tidak mampu berkembang di tengah arus globalisasi. Faktanya, peran di tengah masyarakat sejak kolonial hingga saat ini tak tergantikan. Sebagai salah satu institusi yang telah sejak pra kolonialisme, pesantren memiliki akar budaya yang terus beradaptasi dengan perubahan masyarakat Indonesia. Bahkan beberapa tahun terakhir, peranya mulai sangat didukung oleh pemerintah. Keistimewaannya ini tentu tidak terlepas pada pola desain birokrasi budaya organisasinya. Penelitian ini fokus pada upaya-upaya manajemen yang dilakukan pesantren dalam merespons perubahan yang terjadi di masyarakat. Fenomena yang diteliti adalah upaya yang dilakukan pesantren Nurul Islam Salatreng Situbondo Jawa Timur. Melalui pendekatan kualitatif studi kasus, penelitian ini fokus mengkaji pola relasi struktur yang terjadi dalam melestarikan budaya pesantren. Hasil penelitian yang dihasilkan menyatakan bahwa manajemen birokrasi pelestarian budaya pesantren dilakukan dengan berorientasi pada penguatan budaya pesantren dan sekaligus merespons inovatif perubahan yang terjadi. Birokrasi pesantren dikembangkan dengan tiga varian struktur yakni inti, internal dan Eksternal. Kyai sebagai struktur inti berhubungan dengan pola hierarki dan klan demi terjaganya budaya pesantren yang luhur. Selain itu, struktur inti juga membangun relasi dengan struktur Eksternal dengan pola market dan adhocracy. Tujuannya guna mengembangkan kerja organisasi yang terbuka dan inovatif dalam merespons dampak globalisasi.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024