Masyarakat Hindu di Bali dikenal memiliki seni, budaya dan adat istiadat yang tidak terlepasdari adanya upacara. Upacara berarti jalan untuk menghubungkan diri dengan Ida Sang HyangWidhi Wasa dengan tulus ikhlas disebut yajña. Landasan dilaksanakan yajña karena adanya TriRna, seperti upacara mabyakala pada hari penampahan galungan yang memiliki keunikantersendiri karena ditatab oleh laki-laki yang telah melaksanakan upacara ngrajasingha/menekkelih hingga kaum laki-laki lansia saja pada hari penampahan galungan di Desa TumbakBayuh. Dalam tulisan ini akan membahas tentang prosesi, fungsi dan nilai-nilai pendidikanagama Hindu yang terkandung dalam upacara mabyakala pada hari penampahan galungandengan menggunakan metode deskripsi kualitatif dan teori religi, teori fungsional struktural danteori nilai. Sejarah upacara ini dilihat dari konteks historis desa dan sastra dengan prosesinyadiawali persiapan pembuatan banten, pelaksanaannya dilakukan dengan natab pabyakalan,prayascita dan tebasan pebersian, hingga pada tahap akhir yakni ngelebarin. Dalam upacaraini memiliki fungsi peningkatan keyakinan atas adanya siklus pralina dari kekuatan negatif,fungsi penyucian diri dari ahamkara dan gangguan Sang Kala Tiga Wisesa, fungsikeharmonisan dalam konsep Tri Hita Karana dan fungsi pelestarian kebudayaan melaluipembinaan persiapan hingga tahap pelaksanaan. Upacara ini juga kental akan nilai-nilaipendidikan agama Hindu yang terdiri dari nilai material yakni bahan dalam pembuatan banten,nilai vital yakni banten yang digunakan dan nilai kerohanian yang terbagi lagi atas nilaikebenaran akan upacara mabyakala, nilai keindahan yang terdapat dalam reringitan dantetandingan banten serta seha/mantra, nilai kebaikan yang merupakan pengimplementasianajaran Tri Kaya Parisudha dan nilai religius atas keyakinan dalam pelaksanaan upacara
Copyrights © 2021