Pernikahan dini masih menjadi fenomena yang kuat dalam budaya masyarakat Madura, terutama ketika dipengaruhi oleh nilai-nilai lokal seperti pamali dalam penolakan lamaran. Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui dinamika psikologis konseli yang mengalami pernikahan dini karena tekanan budaya, serta pendekatan konseling yang efektif dalam menangani permasalahannya. Pendekatan yang digunakan adalah konseling dengan teknik Emotionally Focused Therapy (EFT) dan pendekatan multikultural, mengingat latar belakang budaya konseli sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan dan dinamika rumah tangga. Hasil dari proses konseling menunjukkan bahwa konseli mengalami tekanan emosional, keterbatasan dalam pengembangan diri, serta konflik rumah tangga yang kompleks akibat dominasi nilai patriarki dan kurangnya dukungan emosional dari pasangan. Pendekatan EFT membantu konseli mengenali dan mengekspresikan emosinya secara sehat, sedangkan pendekatan multibudaya memungkinkan konseli memahami pengaruh budaya terhadap pengambilan keputusan hidupnya. Konseling ini memberikan hasil positif dalam meningkatkan kesadaran diri, keberdayaan emosional, serta strategi adaptif dalam menghadapi tekanan budaya dan konflik relasi.
Copyrights © 2025