Penelitian ini mengeksplorasi pola dan pilar pemberontakan dalam konteks peperangan asimetris dengan fokus pada dinamika operasional Satuan Tugas Papua (Satgas Papua) di Indonesia. Konflik bersenjata di Papua memperlihatkan hubungan yang erat antara ketidakpuasan lokal, keuntungan geografis, dan motivasi ideologis yang mendorong perlawanan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengidentifikasi tiga pilar utama dalam insurgensi Papua: pertama, narasi ideologi yang berbasis pada marginalisasi dan ketidakadilan sejarah integrasi Papua ke Indonesia; kedua, pemanfaatan medan geografis yang sulit dijangkau, yang memberikan keunggulan strategis bagi kelompok separatis; dan ketiga, jaringan sosial budaya lokal yang memberikan dukungan logistik dan informasi kepada kelompok bersenjata. Temuan ini menantang pendekatan militer konvensional yang seringkali bersifat represif dan menuntut adanya strategi kontra pemberontakan yang lebih adaptif, berbasis pada pembangunan lokal, rekonsiliasi sosial, dan pemahaman terhadap dinamika sosial masyarakat Papua.
Copyrights © 2025