Fenomena tunawisma di wilayah perkotaan terus menjadi isu sosial yang kompleks dan belum tertangani secara efektif melalui pendekatan konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi strategi inklusi sosial sebagai upaya transformasi sosial yang mampu mendorong tunawisma menuju kehidupan mandiri. Rumusan masalah dalam penelitian ini mencakup: faktor-faktor penyebab seseorang menjadi tunawisma, pendekatan konvensional dalam penanganannya, serta bagaimana strategi inklusi sosial dapat diusulkan sebagai alternatif yang berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus komparatif di dua lokasi: Kota Medan (Indonesia) serta Pulau Pinang (Malaysia). Data diperoleh dari wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus (FGD), dan analisis dokumen hukum serta kebijakan terkait. Hasil penelitiannya yakni penyebab utama tunawisma meliputi masalah keluarga, kemiskinan, kehilangan pekerjaan, dan keterbatasan akses terhadap perlindungan sosial. Di Medan, pendekatan yang digunakan bersifat represif dan berorientasi pada penertiban, sementara di Pulau Pinang bersifat karitatif namun temporer. Keduanya belum menyentuh aspek pemberdayaan dan reintegrasi sosial secara menyeluruh. Strategi inklusi sosial yang diusulkan mencakup kolaborasi lintas sektor, pelatihan kerja berbasis kebutuhan, pemulihan relasi sosial, serta penyediaan akses terhadap layanan dasar. Temuan ini memperkuat pentingnya pergeseran paradigma dari pendekatan kontrol dan bantuan darurat ke arah pemberdayaan dan keadilan sosial yang berkelanjutan.
Copyrights © 2025