cover
Contact Name
Fadlan Barakah
Contact Email
fadlanbarakah@usk.ac.id
Phone
+6281329411577
Journal Mail Official
sosiologi.fisip@usk.ac.id
Editorial Address
Gedung Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala, Jln. Tgk Tanoh Abee, Darussalam Banda Aceh, Aceh 23111
Location
Kab. aceh besar,
Aceh
INDONESIA
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi)
ISSN : 22525254     EISSN : 26548143     DOI : https://doi.org/10.24815/jsu
JURNAL SOSIOLOGI USK: Media Pemikiran & Aplikasi is an open access, and peer-reviewed journal. Our main goal is to disseminate current and original articles from researchers and practitioners on various contemporary social and sociological issues. JSU is published two times a year. This journal has been accredited sinta 3
Articles 159 Documents
Dinamika Partisipasi Masyarakat: Transformasi Komoditas Jeruk Untuk Mendukung Pembangunan di Desa Warjabakti, Kabupaten Bandung Putri, Prilia Dwi; Gunawan, Wahyu; Lesmana, Aditya Candra; Firsanty, Farah Putri
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jsu.v19i1.44699

Abstract

AbstrakProgram pembangunan masyarakat di Desa Warjabakti bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan melalui diversifikasi ekonomi lokal, salah satunya dengan transformasi komoditas dari kopi ke jeruk. Namun, implementasi program ini tidak lepas dari dinamika partisipasi masyarakat dan interaksi antar aktor yang memengaruhi keberlanjutan program. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran aktor lokal dan eksternal dalam proses transformasi komoditas jeruk, menganalisis dinamika partisipasi masyarakat, serta mengidentifikasi faktor yang mendukung dan menghambat keberhasilan program. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, memanfaatkan teori Perspektif Aktor Norman Long sebagai pisau analisis. Data primer dikumpulkan melalui observasi non-partisipatoris dan wawancara semi-terstruktur, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun petani mendukung gagasan diversifikasi, rendahnya kepercayaan terhadap bibit, kurangnya pendampingan, serta terbatasnya jalur pemasaran menimbulkan resistensi. Di sisi lain, terdapat aktor lokal yang berupaya mendorong negosiasi dengan pihak pemberdaya untuk merumuskan strategi adaptasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Penelitian ini menegaskan pentingnya pendekatan partisipatifdan dialogis, di mana masyarakat berperan sebagai subjek pembangunan, bukan sekadar objek kebijakan. Temuan ini diharapkan dapat menjadi referensi perbaikan kebijakan pembangunan berbasis relasi struktur dan agensi yang saling bernegosiasi untuk keberlanjutan transformasi komoditas.
Navigating Institutional Pressure and Individual Resistance in Online Game Consumption: Demographic and Playing Characteristics Perspective Mahardika, Andika; Runturambi, Arthur Josias Simon; Revindo, Mohamad Dian
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jsu.v19i1.44958

Abstract

The integration of computing technology and its widespread adoption by society has transformed online games from solitary and individualistic activities into socially embedded environments. This transformation is driven by institutional pressures that shape consumption behavior, while also eliciting varying levels of individual resistance. These patterns of social interaction are significantly influenced by demographic and individual playing characteristics. This study aims to examine how these characteristics affect consumption behavior in online games. Adopting principal component analysis and regression methods based on previous research, the study found that institutional influence is strongly associated with playing duration and the desire to become a professional player. Meanwhile, individual resistance is influenced by age, playing time, and the same desire. Conducted in Jakarta, the findings reveal that structural pressure is primarily shaped by playing characteristics, while resistance is affected by both demographics (specifically age) and individual playing characteristics.
Simulasi Realitas: Phubbing dan Hiperrealitas Pada Generasi Z di Kota Banda Aceh Situmeang, Marini Kristina; Mentari, Mentari; Mawaddah, Mawaddah
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jsu.v19i1.46535

Abstract

This study was conducted to examine the phenomena of phubbing and hyperreality among Generation Z in Banda Aceh, a region with a strong collectivist and religious cultural background. Phubbing, defined as the act of ignoring direct social interactions in favor of engaging with digital devices, was analyzed through the lens of Jean Baudrillards theory of hyperreality, which describes the collapse of boundaries between the real and the simulated in postmodern society. A qualitative phenomenological approach was employed to investigate the subjective experiences of individuals aged 1825. Data were collected through semi-structured in-depth interviews, limited field observations in various social settings (e.g., campuses, cafs, libraries, sports areas, and public spaces), and documentation (field notes and recorded interviews). The data were analyzed using phenomenological thematic analysis and primary data triangulation. The findings revealed that phubbing and hyperreality reflected a significant shift from authentic social reality to a digitally constructed one. Interpersonal relationships and identity formations were increasingly mediated by simulation, including curated social media content and the pursuit of digital validation. These changes were found to contribute to the erosion of face-to-face communication, social alienation, identity disorientation, and the normalization of antisocial behavior. Additionally, fluid and alternative identities were formed through digital self-representations rather than through traditional social interaction. Within Banda Acehs collectivist cultural context, the emergence of phubbing among Generation Z indicated a value conflict between traditional norms of direct engagement and the virtual connectivity offered by digital culture. These findings underscore the need for critical digital literacy, intergenerational dialogue, and the development of balanced digital engagement practices to support healthier social realities for young people in culturally rooted societies.
Persepsi Pengguna Layanan Bus Rapid Transit (BRT) Transjakarta, Batik Trans Solo, dan Trans Jogja Muryanti, Muryanti; E.W, Candraningratri; Mukaromah, Hakimatul; Pradana Putri, Erika
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jsu.v19i1.45593

Abstract

AbstractBus Rapid Transit (BRT) is a vital mode of transportation for urban communities. This study aims to determine the perceptions of TransJakarta, TransJogja, and Batik Trans Solo service users. The theory used to analyze is the risk society put forward by Ulrich Beck. The research method employed is a mixed-methods approach, involving the distribution of questionnaires to bus users, either in printed or online (Google Form) format, as well as conducting observations and interviews with respondents representing various categories. The results of the study showed that the perceptions that emerged related to the use of BRT include, the use of BRT has comfort, security, easy payment with various methods, route/lane coverage, large bus capacity, and a definite bus frequency or schedule. In its development, public transportation needs to innovate, so as to attract users. Some innovations that can be done include: repairing and comforting bus stops, improving the quality of the bus fleet, adding routes, making facilities friendly to the disabled, increasing operational hours at night, sterilizing BRT lanes, improving the BRT lane information system in real-time, adding fleets to shorten waiting times, improving the BRT lane information system in real-time and increasing the friendliness and caution of drivers in driving the fleet. BRT users are part of a society at risk related to the use of technology in driving, the emergence of congestion, accidents, and environmental pollution. This is done to minimize the risks caused by technology by innovating and prioritizing safety for all parties, both drivers and users.AbstrakPenggunaan Bus Rapid Transit (BRT) menjadi bagian penting sebagai transportasi public bagi masyarakat perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana karakteristik dan persepsi pengguna layanan TransJakarta, TransJogja dan Batik Trans Solo. Teori yang digunakan untuk menganalisis yaitu Masyarakat resiko yang dikemukana oleh Ulrich Beck, bahwa Masyarakat pengguna transportasi public tersebut merupakan bagian dari masyarakat resiko dengan berbagai macam keuntungan serta kerugian penggunaannya. Metode penelitian yang digunakan adalah mix methode, dengan melakukan observasi, wawancara serta menyebar kuisioner kepada pengguna bus, dengan kuisioner cetak yang diberikan secara langsung atau pun melalui pengisian melalui google form. Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi yang muncul terkait dengan penggunaan BRT diantaranya, penggunaan BRT memiliki kenyamanan, keamanan, mudahnya pembayaran dengan metode bervariasi, jangkauan rute/ jalur, kapasitas tampungan bus yang banyak serta frekuensi atau jadwal bus yang sudah pasti. Dalam perkembangannya, transportasi publik perlu melakukan inovasi, sehingga menarik masyarakat untuk menggunakannya. Beberapa inovasi yang dilakukan diantaranya: perbaikan halte, peningkatan kualitas armada bus, penambahan rute, membuat sarana ramah difabel, penambahan waktu operasional di malam hari, sterilisasi jalur BRT, peningkatan sistem informasi jalur BRT secara real time, peningkatan fasilitas untuk kenyamanan di halte, penambahan armada untuk memperpendek waktu tunggu, peningkatan sistem informasi jalur BRT secara real time, peningkatan fasilitas ramah difabel, keramahan dan kehati-hatian pengemudi dalam mengemudikan armada. Pengguna BRT ini merupakan bagian dari masyrakat beresiko terkait dengan penggunaan teknologi dalam berkendara, munculnya kemacetan, kecelakaan dan polusi lingkungan. Hal yang dilakukan untuk meminimalkan resiko dengan melakukan inovasi serta mengutamakan keselamatan bagi semua pihak, baik pengemudi atau pengguna.
Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi melalui Sosialisasi bagi Siswa Sekolah Dasar di Pulau Enggano, Bengkulu Azizah, Wafiq; Osira, Yessilia; Agustina, Indria
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jsu.v19i1.46038

Abstract

This study aims to describe the process of reproductive health knowledge socialization among students at SDN 051 Bengkulu Utara, located in Enggano Island, one of the outermost regions of Bengkulu Province, Indonesia, which faces limited access to information, healthcare services, and formal education. A qualitative approach with a case study design was employed. The informants consisted of 35 students from grades I to III and three teachers, selected through purposive sampling. Data were collected through observation, in-depth interviews, focus group discussions (FGDs), and document analysis, and were analyzed using data reduction, data display, and conclusion drawing techniques. The findings reveal that, before the intervention, students had minimal understanding of basic reproductive health concepts. This limited knowledge was attributed to the lack of structured reproductive health education in schools, cultural taboos that discourage open discussion of reproductive topics, and limited parental involvement. Students were unable to identify private body parts accurately, distinguish between appropriate and inappropriate touch, or describe proper hygiene practices. After participating in an interactive and age-appropriate socialization program that included videos, educational songs, and practical demonstrations, students showed significant improvement in cognitive, affective, and psychomotor domains. This study highlights the urgent need for comprehensive reproductive health education at the primary school level, particularly in underserved and remote areas such as Enggano Island. Sustainable educational programs involving teachers, parents, and healthcare workers are essential to build a safe and informed environment for children. The findings provide a foundation for the development of targeted policies and educational interventions aimed at preventing early marriage, reducing sexual violence, and improving children's overall well-being.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses sosialisasi pengetahuan kesehatan reproduksi pada siswa SDN 051 Bengkulu Utara. Sekolah ini terletak di Pulau Enggano, wilayah terluar Provinsi Bengkulu yang mengalami keterbatasan akses terhadap informasi, layanan kesehatan, dan pendidikan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan desain studi kasus. Informan terdiri dari 35 siswa kelas I hingga III dan tiga guru yang dipilih secara purposif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, Focus Group Discussion (FGD), dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan tahapan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum kegiatan sosialisasi dilakukan, mayoritas siswa memiliki pengetahuan yang sangat terbatas mengenai kesehatan reproduksi. Keterbatasan ini disebabkan oleh minimnya edukasi dari lingkungan keluarga, stigma budaya yang menganggap pembahasan topik reproduksi sebagai hal tabu, serta belum adanya program pendidikan kesehatan reproduksi yang terstruktur di sekolah. Anak-anak belum mampu mengenali bagian tubuh pribadi, belum memahami pentingnya menjaga kebersihan alat reproduksi, dan tidak mengetahui batasan sentuhan yang aman dan tidak aman. Setelah sosialisasi dilakukan dengan pendekatan interaktif melalui media video, lagu edukatif, dan praktik langsung, terjadi peningkatan signifikan dalam aspek pengetahuan kognitif, sikap afektif, dan keterampilan psikomotorik. Penelitian ini menegaskan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi perlu diberikan sejak usia dini, terutama di wilayah dengan keterbatasan akses seperti Pulau Enggano. Program edukasi yang kontekstual, berkelanjutan, dan melibatkan peran aktif guru, orang tua, serta tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk membentuk pemahaman dasar anak dalam menjaga diri dan mencegah risiko seperti kekerasan seksual dan pernikahan dini. Temuan ini diharapkan menjadi dasar perumusan kebijakan dan intervensi pendidikan yang lebih tepat sasaran.
Transformasi Makna Tradisi Sen Jujur dalam Perkawinan Masyarakat PALI Sumatera Selatan Aidillah, Elita; Sartika, Diana Dewi; Isyanawulan, Gita; Istiqoma, Istiqoma; Putra, Decka Pratama
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jsu.v19i1.41585

Abstract

The Sen Jujur tradition is a vital component of marriage rituals among the PALI community in South Sumatra, symbolizing respect, social responsibility, and the legitimization of familial bonds. However, amid the tide of modernization, these symbolic meanings have undergone a significant transformation. This study aims to explore the shifting meanings of Sen Jujur, from a cultural emblem to an instrument of social prestige and economic burden in contemporary society. Using a qualitative ethnographic approach, data were collected through participant observation, in-depth interviews, and documentation involving traditional leaders, youth, and families of marriage participants. The findings reveal that Sen Jujur is no longer perceived solely as an expression of honor, but also as a marker of social status, a reflection of women's educational capital, and a site of social negotiation shaped by stratification, patrilocal kinship systems, and the logic of prestige. The study also highlights the practices of Mokon and wedding handshakes (salaman pengantin) as forms of symbolic reciprocity embedded in social exchange systems, as explained in Mauss theory of The Gift. Rather than being a static tradition, Sen Jujur emerges as a dynamic interpretive space continuously negotiated by its actors. This study contributes conceptually to understanding how local traditions adapt, commodify, and respond to social pressures in modern life, while offering a critical reflection on culturally contextualized and sustainable strategies for heritage preservation.AbstrakTradisi Sen Jujur merupakan elemen penting dalam prosesi perkawinan masyarakat Pali, Sumatera Selatan, yang mencerminkan nilai penghormatan, tanggung jawab sosial, serta legitimasi hubungan antar keluarga. Namun, di tengah dinamika modernisasi, makna simbolik tersebut mengalami transformasi signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pergeseran makna Sen Jujur dari simbol adat menuju instrumen prestise sosial dan beban ekonomi dalam masyarakat kontemporer. Melalui pendekatan kualitatif-etnografis, data dikumpulkan melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi terhadap tokoh adat, generasi muda, dan keluarga pengantin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sen Jujur tidak lagi dimaknai tunggal sebagai bentuk penghormatan, tetapi juga sebagai alat afirmasi status, simbol kapitalisasi pendidikan perempuan, bahkan arena negosiasi sosial yang dipengaruhi oleh stratifikasi, sistem kekerabatan patrilokal, dan logika gengsi. Temuan juga menyoroti praktik Mokon dan salaman pengantin sebagai bagian dari sistem pertukaran sosial yang sarat makna dan kewajiban timbal balik, sebagaimana dijelaskan dalam teori The Gift (Mauss). Tradisi ini, alih-alih statis, justru menjadi ruang tafsir baru yang terus dinegosiasikan. Studi ini memberikan kontribusi konseptual dalam memahami bagaimana budaya lokal mengalami adaptasi, komodifikasi, serta tekanan struktur sosial dalam kehidupan modern, sekaligus menawarkan refleksi kritis atas strategi pelestarian adat yang lebih kontekstual dan berkelanjutan.
Dampak Implementasi Kabupaten Layak Anak (KLA) dalam Upaya Perlindungan Anak di Kabupaten Aceh Barat Hanisah, Nur; Maifizar, Arfriani
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jsu.v19i1.43821

Abstract

This study aims to describe the impact of implementing the Kabupaten Layak Anak (KLA) policy on efforts to protect children in Aceh Barat Regency from various threats of violence. The research employs a descriptive qualitative method. Data were collected through observation, interviews, and documentation, then analyzed using the Miles and Huberman model. The findings indicate that the implementation of the Kabupaten Layak Anak (KLA) policy has been highly significant in protecting children from various threats of violence. The presence of the Office for Women's Empowerment, Child Protection, and Family Planning (DP3AKB) in Aceh Barat Regency has greatly facilitated the handling and assistance of cases of violence against children. However, the impact of the implementation of the Kabupaten Layak Anak (KLA) policy on child protection in Aceh Barat Regency remains suboptimal. This is due to the frequent occurrence of violence against children, insufficient socialization of the Kabupaten Layak Anak (KLA) policy in Aceh Barat, limited human resources, inadequate child-friendly school/pesantren and health facilities, the lack of child-friendly information platforms, and the limited availability of child-friendly public spaces.AbstrakPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan dampak dari implementasi Kabupaten Layak Anak (KLA) terhadap upaya perlindungan anak di Kabupaten Aceh Barat dari berbagai ancaman kekerasan. Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian pengumpulan data tersebut diolah menggunakan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Kabupaten Layak Anak (KLA) sangat signifikan terhadap perlindungan anak dari berbagai ancaman kekerasan. Keberadaan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Aceh Barat berdampak positif terhadap penanganan dan pendampingan kasus kekerasan terhadap anak. Namun, dampak implementasi Kabupaten Layak Anak (KLA) terhadap perlindungan anak di Kabupaten Aceh Barat belum optimal. Hal ini karena kasus kekerasan terhadap anak kerap terjadi, kurangnya sosialisasi keberadaan Kabupaten Layak Anak (KLA) di Kabupaten Aceh Barat; keterbatasan sumber daya manusia; fasilitas sekolah/pesantren dan kesehatan ramah anak yang belum memadai; minimnya wadah informasi ramah anak dan masih minimnya ruang publik ramah anak.
Simbol, Makna, dan Solidaritas: Strategi Digital Komunitas Urban di Indonesia dalam Membangun Eksistensi di Instagram Firsanty, Farah Putri; Amanatin, Elsa Lutmilarita; Adiansah, Wandi
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jsu.v19i1.46255

Abstract

Digitalization has spurred the emergence of diverse online communities in urban spaces, however, the dynamics of their existence and sustainability remain underexplored. This study aims to address the question: How are the dynamics of the existence of online communities in Indonesia formed and sustained through digital practices? To answer this, a qualitative approach is employed using netnography, a method specifically designed to observe community practices within digital environments. The research involves observations of six Instagram accounts belonging to social communities actively engaged in poverty alleviation issues: @mataharikecil_id, @satoeatap, @sschildsurabaya, @kpajmakassar, @rmhpelangi, and @ytsb_official.The findings reveal that social media, particularly Instagram, plays a significant role in establishing community presence while also attracting public participation through donations and volunteer recruitment. These communities utilize Instagram as a space for symbolic interaction, crafting a credible and emotionally resonant image that fosters public trust. This image is constructed through a combination of visual content, persuasive narratives, informational transparency, and active engagement with audiences. Through these strategies, the communities are able to forge strong digital social relations and expand their networks of solidarity. This study demonstrates that the presence of digital communities is not solely determined by their online visibility, but also by their ability to construct shared meanings with the public as participatory actors.AbstrakDigitalisasi telah mendorong munculnya beragam komunitas online di ruang-ruang urban, namun dinamika eksistensi dan keberlanjutannya masih jarang dikaji secara mendalam. Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan: bagaimana dinamika eksistensi komunitas online di Indonesia terbentuk dan dipertahankan melalui praktik digital? Untuk itu, studi ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui metode netnografi, yang secara khusus diarahkan untuk mengamati praktik komunitas dalam ruang digital. Observasi dilakukan terhadap enam akun Instagram komunitas sosial yang aktif di isu pengentasan kemiskinan: @mataharikecil_id, @satoeatap, @sschildsurabaya, @kpajmakassar, @rmhpelangi, dan @ytsb_official. Temuan menunjukkan bahwa media sosial, khususnya Instagram berperan signifikan dalam membangun eksistensi komunitas sekaligus menarik partisipasi publik, baik melalui donasi maupun rekrutmen relawan. Komunitas memanfaatkan Instagram sebagai ruang interaksi simbolik untuk membentuk citra yang kredibel dan menyentuh secara emosional, yang pada gilirannya menumbuhkan kepercayaan publik. Citra tersebut dibangun melalui kombinasi konten visual, narasi ajakan, transparansi informasi, serta interaksi aktif dengan audiens. Melalui strategi ini, komunitas mampu menciptakan relasi sosial digital yang kuat dan memperluas jaringan solidaritas. Studi ini memperlihatkan bahwa keberadaan komunitas digital tidak hanya ditentukan oleh kehadiran daring, tetapi juga oleh kemampuan mereka dalam membangun makna bersama dengan publik sebagai aktor partisipatif.
Inklusi Sosial Sebagai Strategi Reintegrasi Tunawisma: Pembelajaran Komparatif Kota Medan dan Pulau Penang Thamrin, Husni; Singh, Paramjit Singh Jamir; Yahaya, Mohd Haizzan; Ridho, Hatta; Mazdalifah, Mazdalifah; Moulita, Moulita
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jsu.v19i1.46879

Abstract

Fenomena tunawisma di wilayah perkotaan terus menjadi isu sosial yang kompleks dan belum tertangani secara efektif melalui pendekatan konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi strategi inklusi sosial sebagai upaya transformasi sosial yang mampu mendorong tunawisma menuju kehidupan mandiri. Rumusan masalah dalam penelitian ini mencakup: faktor-faktor penyebab seseorang menjadi tunawisma, pendekatan konvensional dalam penanganannya, serta bagaimana strategi inklusi sosial dapat diusulkan sebagai alternatif yang berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus komparatif di dua lokasi: Kota Medan (Indonesia) serta Pulau Pinang (Malaysia). Data diperoleh dari wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus (FGD), dan analisis dokumen hukum serta kebijakan terkait. Hasil penelitiannya yakni penyebab utama tunawisma meliputi masalah keluarga, kemiskinan, kehilangan pekerjaan, dan keterbatasan akses terhadap perlindungan sosial. Di Medan, pendekatan yang digunakan bersifat represif dan berorientasi pada penertiban, sementara di Pulau Pinang bersifat karitatif namun temporer. Keduanya belum menyentuh aspek pemberdayaan dan reintegrasi sosial secara menyeluruh. Strategi inklusi sosial yang diusulkan mencakup kolaborasi lintas sektor, pelatihan kerja berbasis kebutuhan, pemulihan relasi sosial, serta penyediaan akses terhadap layanan dasar. Temuan ini memperkuat pentingnya pergeseran paradigma dari pendekatan kontrol dan bantuan darurat ke arah pemberdayaan dan keadilan sosial yang berkelanjutan.
Persepsi dan Pengalaman Siswa SMA tentang Kekerasan Seksual Daring di SMA Swasta Harapan Mandiri, Medan Damanik, Fritz Hotman Syahmahita; Sukmana, Oman; Rianto, Agus; Kauli, Ilham; Salmin, Salmin; Susilo, Rachmad Kristiono Dwi
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jsu.v19i1.45577

Abstract

This study aims to explore students' perceptions and experiences regarding online sexual violence (OSV) at Harapan Mandiri Senior High School in Medan. Employing a qualitative approach with in-depth interviews, the research involved six students and two teachers as key informants. The findings reveal that while most students are familiar with the term OSV, their understanding remains limited and largely shaped by personal experiences or peer observations. Social media platforms such as Instagram, WhatsApp, and TikTok are identified as the most vulnerable spaces for OSV, including inappropriate messages, requests for sexual content, and the non-consensual distribution of images. Although the school has implemented preventive efforts such as seminars and counseling services, students perceive these measures as inconsistent and lacking in depth. Fear of blame, social stigma, and the absence of secure reporting mechanisms have discouraged students from speaking up. This study underscores the need for a comprehensive strategy that includes continuous digital literacy education, psychosocial support, and strengthened communication among students, teachers, and parents. The research offers empirical insights into the realities of OSV among high school students and highlights the urgent need for schools to take a more active and context-sensitive role in protecting students in digital environments.AbstrakPenelitian ini bertujuan mengungkap persepsi dan pengalaman siswa terkait kekerasan seksual daring di SMA Harapan Mandiri Medan. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan teknik wawancara mendalam, penelitian ini melibatkan enam siswa dan dua guru sebagai informan utama. Hasil temuan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah mengenal istilah kekerasan seksual daring, namun pemahaman tersebut masih bersifat terbatas dan banyak diperoleh melalui pengalaman pribadi maupun pengamatan terhadap lingkungan sekitar. Media sosial seperti Instagram, WhatsApp, dan TikTok diidentifikasi sebagai platform yang paling rentan terhadap perilaku kekerasan seksual daring, termasuk pesan yang tidak pantas, permintaan konten seksual, dan penyebaran gambar tanpa persetujuan. Meskipun sekolah telah melakukan upaya preventif melalui seminar dan layanan konseling, siswa menilai pendekatan tersebut belum konsisten dan belum menyentuh akar persoalan. Rasa takut disalahkan, stigma sosial, dan minimnya mekanisme pelaporan yang aman membuat banyak siswa enggan melapor. Penelitian ini menegaskan pentingnya pendekatan menyeluruh yang mencakup pendidikan digital berkelanjutan, dukungan psikososial, serta penguatan komunikasi antara siswa, guru, dan orang tua. Penelitian ini memberikan gambaran empiris mengenai dinamika kekerasan seksual daring di kalangan pelajar serta menunjukkan perlunya peran aktif sekolah dalam membangun sistem perlindungan yang lebih relevan dan kontekstual dengan kehidupan digital siswa.

Page 1 of 16 | Total Record : 159