Penelitian ini berfokus pada peran pragmatik dalam komunikasi antarbudaya, khususnya di lingkungan universitas di mana para mahasiswa dari berbagai latar belakang budaya berinteraksi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, termasuk wawancara semi-terstruktur dan observasi partisipan, untuk mengeksplorasi bagaimana norma-norma budaya mempengaruhi strategi komunikasi dan pengembangan kompetensi pragmatis. Temuan menunjukkan bahwa kemampuan beradaptasi pragmatis sangat penting untuk interaksi antar budaya yang efektif, dengan para partisipan menekankan pentingnya menyesuaikan penggunaan bahasa dan isyarat non-verbal berdasarkan ekspektasi budaya. Selain itu, penelitian ini menyoroti tantangan yang ditimbulkan oleh komunikasi digital, di mana kurangnya isyarat non-verbal dapat menyebabkan kesalahpahaman, sehingga menggarisbawahi perlunya pelatihan pragmatis baik dalam interaksi tatap muka maupun online. Hasil penelitian ini menganjurkan untuk mengintegrasikan kompetensi pragmatis ke dalam kurikulum komunikasi antarbudaya untuk meningkatkan saling pengertian dalam lingkungan yang semakin mengglobal.
Copyrights © 2024