Sektor pelayaran memegang peran penting dalam perdagangan internasional karena lebih dari 80% volume perdagangan dunia diangkut melalui laut. Selama beberapa dekade, kapal mengandalkan Heavy Fuel Oil (HFO) dan Marine Diesel Oil (MDO) sebagai sumber energi utama. Namun, kedua bahan bakar ini menghasilkan emisi CO?, SOx, NOx, dan partikulat yang berdampak serius terhadap lingkungan dan kesehatan. Seiring diberlakukannya regulasi internasional, khususnya MARPOL Annex VI, kebutuhan akan bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan semakin mendesak. Liquefied Natural Gas (LNG) muncul sebagai kandidat utama karena mampu menekan emisi secara signifikan, meskipun implementasinya menghadapi tantangan teknis dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan performa mesin berbahan bakar LNG dengan mesin berbahan bakar konvensional melalui pendekatan kualitatif deskriptif. Data diperoleh dari wawancara dengan tiga informan, yaitu perwakilan industri, akademisi, dan praktisi permesinan kapal. Analisis tematik digunakan untuk mengkategorikan temuan berdasarkan aspek efisiensi, emisi, biaya, serta tantangan implementasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mesin LNG memiliki efisiensi termal lebih tinggi (45–50%) dibanding mesin diesel konvensional (30–40%), serta konsumsi bahan bakar spesifik lebih rendah (140–180 g/kWh dibanding 180–220 g/kWh). Dari sisi lingkungan, LNG mampu mengurangi emisi CO? sebesar 20–30%, menekan SOx hampir 100%, NOx hingga 90%, dan partikulat hingga 99%. Meski demikian, tantangan seperti methane slip, biaya instalasi awal, serta keterbatasan infrastruktur bunker LNG masih menjadi hambatan. Secara keseluruhan, LNG dinilai memiliki potensi besar sebagai bahan bakar transisi menuju pelayaran berkelanjutan di Indonesia. Keberhasilan implementasi membutuhkan dukungan kebijakan, investasi infrastruktur, serta peningkatan kompetensi sumber daya manusia.
Copyrights © 2025