Kondisi geoteknik dan karakteristik seismik lokal menjadi faktor penting dalam menentukan desain pondasi bangunan radar cuaca. Kajian ini membandingkan dua lokasi pembangunan radar cuaca S-Band di Kepulauan Riau—Natuna dan Tanjung Pinang—yang memiliki perbedaan geotektonik dan komposisi tanah. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara parameter geoteknik (CPT dan SPT) dan parameter seismik (MASW dan SPAC) untuk menentukan kelas situs, kapasitas tanah, serta rekomendasi pondasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa kedua lokasi tergolong kelas tanah sedang (SD) berdasarkan SNI 1726:2019, tetapi Natuna memiliki lapisan tanah lebih kaku dan kedalaman lapisan keras yang lebih dangkal dibanding Tanjung Pinang. Temuan utama menunjukkan bahwa amplifikasi percepatan tanah di Tanjung Pinang (≈1,6 kali) lebih tinggi dibanding Natuna (≈1,16 kali), menandakan kerentanan seismik yang lebih besar, ), sehingga risiko penguatan gelombang gempa lebih dominan pada lokasi tersebut. Implikasi teknis penelitian ini menunjukkan bahwa kedua lokasi direkomendasikan menggunakan pondasi tiang, namun Tanjung Pinang memerlukan kedalaman dan kapasitas tiang yang lebih besar agar beban struktur dapat dialirkan ke lapisan keras serta meminimalkan dampak amplifikasi seismik. Dengan demikian, kajian ini tidak hanya memberikan rekomendasi desain pondasi, tetapi juga mendukung penyusunan standar teknis pembangunan radar cuaca di wilayah rawan gempa. Secara keseluruhan, kajian ini memberikan landasan teknis bagi BMKG dalam pengembangan jaringan radar cuaca yang lebih aman, efisien, dan sesuai karakteristik geologi wilayah kepulauan.
Copyrights © 2026