Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan model pembelajaran STEM dan konvensional. Penelitian kuasi-eksperimental ini menerapkan desain kelompok kontrol pretest-posttest nonekuivalen. Sampel sebanyak 78 siswa diambil dari dua sekolah menengah pertama di Lampung Selatan, Indonesia. Instrumen data menggunakan tes esai keterampilan berpikir kritis yang dinilai menggunakan rubrik. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan, dengan pembelajaran STEM mencapai rata-rata peningkatan kategori tinggi sebesar 0,73, sedangkan model konvensional mencapai rata-rata peningkatan kategori sedang sebesar 0,38. Selain itu, siswa dalam kelompok pembelajaran STEM menunjukkan keterampilan berpikir kritis yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pembelajaran konvensional. Temuan ini menyiratkan bahwa mengintegrasikan model pembelajaran STEM dalam kurikulum dapat secara signifikan meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa, menyarankan perlunya pembuat kebijakan pendidikan dan praktisi untuk mempertimbangkan adopsi pendekatan berbasis STEM untuk meningkatkan hasil pendidikan.
Copyrights © 2024