MUDRA Jurnal Seni Budaya
AIMS The journal presents as a medium to share knowledge and understanding art, culture, and design in the area of regional, national, and international levels. In accordance with the meaning of the word “Mudra”, which is a spiritual gesture and energy indicator, it is hoped that the journal will be able to vibrate the breath of art knowledge to its audience, both academics, and professionals. The journal accommodates articles from research, creation, and study of art, culture, and design without limiting authors from a variety of disciplinary/interdisciplinary approaches such as art criticism, art anthropology, history, aesthetics, sociology, art education, and other contextual approaches. SCOPE MUDRA, as the Journal of art and culture, is dedicated as a scientific dialectic vehicle that accommodates quality original articles covering the development of knowledge about art, ideas, concepts, phenomena originating from the results of scientific research, creation, presentation of fine arts, performing arts and new media from researchers, artists, academics, and students covering areas of study: Performing Arts: dance, puppetry, ethnomusicology, music, theater,performing arts education, performing arts management Fine Arts: fine arts, sculpture, craft art, fine arts education,fine arts management, including new media arts Design: interior design, graphic communication design, fashion design,product design, accessories and/or jewelry design Recording Media : photography, film, television, documentary, video art, animation,game Culture : linguistic, architecture, verbal tradition, as well as other communal tradition The object of research is explored in a variety of topics that are unique, relevant, and contextual with environmental and sustainability aspects, local wisdom, humanity and safety factors. In addition to that, the topic of research needs to be original, creative, innovative, excellence, and competitive.
Articles
16 Documents
Search results for
, issue
"Vol 35 No 1 (2020): Februari"
:
16 Documents
clear
Pemberian Penghargaan Dalam Pameran Besar Seni Lukis Indonesia dan Biennale Jakarta 1974-1989
Genardi Atmadiredja;
Ira Adriati
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 1 (2020): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v35i1.692
In the history of the development of post-independence Indonesian art, the national award was initiated by Dewan Kesenian Jakarta (The Jakarta Arts Council) through Pameran Besar Seni Lukis Indonesia (PBSLI) or The Great Exhibition of Indonesian Painting in 1974. PBSLI awarded the best work through the judging mechanism. The dynamics occurred after the award gave rise to different perceptions and opinions about how good works of art at the time were. This study examines the impact of PBSLI and Biennale Jakarta, the event’s name was altered in 1982, in terms of artist selection process, judging, social situation, and opinions in the Indonesian arts during 1974-1989. This study uses the qualitative research method with a historical approach. Data were collected through archival research and in-depth interviews. By implementing Artistic Field of Bourdieu, the study demonstrates that the results of PBSLI and Biennale Jakarta bestowed artists a symbolic capital which characterized the taste of arts at that time.
Penerapan Konsep Warna Dingin Pada Tata Artistik Program Televisi Dunia Anak TVRI Bali
Ni Kadek Wina Ferninaindis;
I Komang Arba Wirawan;
Hendra Santosa
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 1 (2020): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v35i1.715
Warna merupakan hal penting dalam memperindah tata artistik sebuah program acara televisi. Pengaplikasian warna juga menjadi hal yang yang patut menjadi perhatian dalam menambah mood pengisi acara didalamnya. Warna dingin sebagai warna dasar dari program Tata Artistik Dunia Anak TVRI Bali telah mengaplikasikan hal tersebut. Warna dingin merupakan warna yang memberikan kesan dingin, menyenangkan, menyejukan, dan kenyamanan di dalam sebuah ruangan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh warna dingin terhadap sebuah tata artistik program Dunia Anak TVRI Bali yang merupakan program khusus untuk anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Untuk mendukung hal tersebut, warna yang diterapkan pada tata artistiknya adalah warna yang bersahabat dengan penglihatan anak. Oleh karenanya pemilihan warna dingin merupakan warna yang sangat sesuai untuk dipergunakan sebagai warna utama dari penataan artistik untuk program anak-anak. Hal ini disebabkan oleh karena pengaruh warna dingin dapat memberikan pengaruh sangat besar bagi psikologi anak dalam menumbuhkan kreatifitas serja imajinasi anak itu sendiri.
“Bade Berodaâ€: Transformasi dan Komodifikasi Budaya dalam Upacara Ngaben di Bali
I Nyoman Yoga Segara
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 1 (2020): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v35i1.810
Artikel ini adalah satu bagian dari hasil penelitian tentang fenomena baru dalam ritual, yaitu “bade beroda†saat mengusung jenazah ke kuburan (setra). Saat ini, baik di perkotaan maupun pedesaan terdapat tren bade di atas pedati beroda. Fenomena ini lalu mendapat beragam respon. “Bade beroda†dianggap sebagai satu bentuk inovasi dan kreativitas masyarakat Bali dalam mengatasi kompleksitas pekerjaan yang sebelumnya agraris dan homogen ke sektor jasa dan industri yang heterogen. Akibatnya, krama adat atau warga terkendala waktu untuk dapat dalam waktu bersamaan mengantarkan jenazah sampai ke kuburan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana masyarakat Bali menghadapi perubahan budaya dan agama. Adapun teori yang menjadi inspirasi untuk menganalisis masalah ini adalah transformasi dan komodifikasi. Pendekatan penelitian menggunakan paradigma fenomenologi dengan metode penelitian kualitatif. Simpulan penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Bali memiliki mekanisme sosial dan budaya yang secara lentur digunakan untuk mempertahankan ritus di tengah perubahan tanpa menghilangkan esensi dari makna bade dan upacara ngaben.
Film Tari; Sebuah Hibridasi Seni Tari, Teknologi Sinema, dan Media Baru
Deny Tri Ardianto;
Bedjo Riyanto
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 1 (2020): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v35i1.856
Film tari telah memiliki sejarah panjang seiring kelahiran film di dunia. Namun demikian kehadirannya tidak serta merta disadari oleh masyarakat dunia. Film tari berkembang dalam sepi di tengah riuhnya film-film popular yang merajai bioskop-bioskop komersial. Kini film tari seakan ingin menampilkan eksistensinya melalui pemutaran dan diskusi di beberapa event festival film tari, pemutaran di kampus-kampus, serta komunitas kesenian. Semakin banyak ruang-ruang pemutaran turut menggiatkan para pembuat film dan koreografer untuk semakin produktif memproduksi film tari. Ditunjang perkembangan teknologi sinema yang secara nominal semakin terjangkau masyarakat, produksi dan distribusi film tari semakin meningkat. Hal tersebut yang menjadi salah satu penanda bangkitnya film tari di dunia. Namun bagaimanakah perkembangan film tari di Indonesia? Potensi film tari berkembang di Indonesia sangat terbuka lebar, karena Indonesia kaya akan tari tradisional yang siap untuk dieksplorasi berhibridasi dengan film/video. Menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, kajian dari tulisan ini diharapkan bisa memberikan wawasan bagaimana perkembangan seni tari dan seni film berkolaborasi dengan beragam dukungan teknologi sinema dan media baru berkembang di Indonesia.
Penerepan PETRUK dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Berbasis Budaya sebagai Upaya Internalisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal
Yeni Agus Tri Puryanti;
Marzuki Marzuki
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 1 (2020): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v35i1.925
The research objectives are to describe:(1)The application of "PETRUK" in culture-based extracurricular activities as an effort to internalize the values ​​of local wisdom.(2)Supporting factors for the application of "PETRUK" in culture-based extracurricular activities as an effort to internalize the values ​​of local wisdom.(3)Factors inhibiting the application of "PETRUK" in culture-based extracurricular activities as an effort to internalize the values ​​of local wisdom. The research approach uses qualitative with descriptive type. This research was conducted at SMP Negeri 3 Banguntapan Bantul. Determination of research subjects is done by purposive method. Data collection is done by field observations, in-depth interviews, and documentation. Test the validity of the data using triangulation techniques, then data analysis using the interactive data analysis model of Miles, Huberman and Saldana. The results of research at SMP Negeri 3 Banguntapan Bantul show (1)Internalization of local wisdom values ​​using the application of "PETRUK" (a)the letter P means modeling, (b)the letter E means empowering, (c)the letter T means teaching, (d)the letter R means reinforcing,(e)the letter U means unique, (f)the letter K means comprehensive. The values ​​of local wisdom internalized in karawitan extracurricular activities are 15 values, batik 10 values, dance 12 values ​​which are guided by DIY PERGUB No. 68 of 2012. (2)Among the inhibiting factors are students' lack of awareness in joining extracurricular activities and students accustomed to modern culture. (3) Supporting factors include, getting support from parents, government and society.
Buku Seni (Artist’s Book) Sebagai Media Diplomasi Budaya Indonesia-Jerman
Agus Dody Purnomo;
Toni Masdiono
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 1 (2020): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v35i1.992
Seni merupakan alat yang ampuh sebagai sarana diplomasi damai (soft diplomacy) dalam pergaulan dunia saat ini. Melalui seni jati diri suatu bangsa dapat dikenal oleh masyarakat dunia. Seni juga dapat menjadi penyeimbang dalam kehidupan yang serba seragam di era global. Buku seni (artist’s book) sebagai salah satu bentuk karya seni rupa dapat menjadi sarana diplomasi budaya dengan negara Jerman. Buku seni merupakan media ungkap ekspresi dari seniman sehingga buku seni memiliki bentuk dan tampilan yang unik. Buku seni juga berbeda dengan buku-buku pada umumnya dimana di dalamnya berisi teks dan ilustrasi. Buku seni juga dicetak dalam edisi terbatas sehingga semakin memberikan kesan ekslusif. Folklor lisan yang berkembang di tanah Sunda menjadi sumber ide untuk isi buku seni. Sedangkan medium buku seni menggunakan kertas Daluang salah satu kertas tradisional yang berkembang di tanah air. Dari aspek isi dan medium kertas yang digunakan mencerminkan kekayaan budaya yang ada di Nusantara. Perlu dipahami bahwa di era global keunikan dan keragaman budaya Nusantara dapat dipakai untuk bersaing dengan bangsa lain. Melalui kegiatan workshop dan pameran buku seni di Berlin, Jerman menjadi salah satu cara memperkenalkan budaya Nusantara ke luar negeri.
Makna Konotasi Rebranding Logo TVRI
Sumbo Tinarbuko
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 1 (2020): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v35i1.993
Tulisan ini dibuat guna memahami makna konotasi pada tanda serta pesan komunikasi visual yang terkandung dalam rebranding logo TVRI. Bagi desainer komunikasi visual, mempelajari dan memanfaatkan semiotika komunikasi visual untuk memahami tanda verbal dan tanda visual serta makna konotasi rebranding logo TVRI menjadi sangat penting. Hal penting lainnya, desainer komunikasi visual sebagai produsen tanda akan lebih kreatif dalam menciptakan tanda verbal dan tanda visual serta pesan verbal dan pesan visual. Tulisan ini dibuat menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mendeskripsikan dan menginterpretasikan makna konotasi rebranding logo TVRI berdasarkan bangunan teori semiotika, teori desain komunikasi visual dan teori branding. Metode analisis semiotika komunikasi visual ditawarkan dan digunakan sebagai metode analisis tanda dan pesan komunikasi visual rebranding logo TVRI. Prosesnya dilakukan dengan memanfaatkan analisis Triadik Sumbo Tinarbuko. Konsep analisis Triadik Sumbo Tinarbuko penulis ciptakan untuk mengidentifikasikan, mendeskripsikan dan memahami makna konotasi tanda verbal dan tanda visual serta pesan verbal dan pesan visual yang terkandung dalam rebranding logo TVRI.
Pendidikan Karakter Dalam Cerita Rakyat Rajapala
Ni Nyoman Karmini
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 1 (2020): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v35i1.994
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pendidikan karakter dalam cerita rakyat Rajapala. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi dengan teknik catat. Data dianalisis dengan metode hermeneutika dan verstehen. Hasil penelitiannya, pendidikan karakter yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional terkandung dalam cerita rakyat Rajapala. Dari penelitian ini diperoleh dua temuan. Pertama, memiliki karakter yang baik akan dijadikan panutan dan dihargai oleh orang lain. Kedua, generasi muda yang mandiri, disiplin, kerja keras, kreatif, tanggung jawab serta arif bijaksana tentu mencapai prestasi puncak, dihargai dan dihormati oleh orang lain (seperti tokoh Durma dalam cerita). Hasil penelitian disajikan secara deskriptif dengan teknik induktif-deduktif.
Religiusitas Sasolahan Sanghyang Bungbung Di Pura Dalem Sindu Sanur (Sebuah Studi Teo – Estetik)
I Nyoman Linggih
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 1 (2020): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v35i1.995
Sesungguhnya Tari Sanghyang merupakan jenis tari peninggalan di zaman Bali kuna, namun salah satu tari Sanghyang yang tergolong langka, sebagai seni tari religious magis terdapat di Pura Dalem Sindu, Kelurahan Sanur adalah; Sanghyang Bungbung, oleh masyarakat disebut Ratu Alit. Sanghyang Bungbung merupakan sebuah tari Wali (Sakral) dengan menggunakan sepotong bungbung (seruas bambu berlubang) sebagai alas Pratima, pralingga (tempat berstananya para Dewa). Pratima atau Pralingga yang dibuat berbentuk muka manusia berjumlah 12, yaitu; 6 buah laki-laki, dan 6 buah wanita dibuat dari pohon jepun yang tumbuh di Pura Dalem Sindu Sanur di masa yang silam oleh Ida Pedanda Gede Rai yang kesah dari Grya Sindu Sidemen Karangasem menetap mendirikan Grya Sindu Sanur, ketika pemerintahan Raja Denpasar, beberapa tahun sebelumnya pecah perang Puputan Badung 20 September 1906. Hingga saat kini Sanghyang Bungbung, dilestarikan sebagai Tari Wali untuk menetralisir yaitu; harmonisasi alam niskala dan sekala. Sanghyang Bungbung sebagai perwujudan Ratu Alit (Widyadara-Widyadari) yang turun dari Kahyangan ke bumi, dengan menari Janger menghibur Ratu Gede Nusa yang bergelar Bapak Poleng dengan iringan 1500 Wong Samar berpakaian serba poleng membawa pedang, tombak, dan sebagainya, untuk mencari manusia sebagai labaan (kurban) pada sasih keenem. Ratu Alit yang bergelar nama bunga yaitu; Sekar Jepun, Sekar Gadung, Sekar Pudak, sekar Sandat, Sekar Jempiring, Sekar Soka, Sekar Madori Putih, Sekar Anggrek Geringsing,Widyadari Tunjung Beru, Widyadari Tunjung Bang, Widyadari Tunjung Putih, dan Widyadari Sang Supraba menari untuk memendak, menghibur Ratu Gede Nusa selama enem sasih, mulai sasih Tilem Kapat hingga Purnama Sasih Ke Dasa. Ratu Alit mapalawatan Sanghyang Bungbung masolah mendak Ida Ratu Gede Nusa setiap Tilem Kapat di Pantai Sindu Sanur, setiap Kajang Kliwon di Pempatan Agung Sindu Sanur, setiap Purnama di Pura Dalem Sindu Sanur. Sasolahan Sanghyang Bungbung merupakan tarian Religus Magis yaitu penuh keaajaiban, dengan kekuatan yang luar biasa menari Janger, tidak hanya membuat penonton terhibur, tetapi juga Ida Ratu Gede Nusa terperangah, terpesona dengan tarian Jangernya Ratu Alit, hingga Ratu Gede Nusa mengurungkan niatnya untuk mencari manusia sebagai labaan (kurban) sasih keenem (Teo-Estetik).
The Study of Lisung-Halu as the Personification of Women in Mythical World In World View of Agrarian Sundanese
Tiara Isfiaty;
Imam Santosa
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 1 (2020): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v35i1.997
Lisung paired with halu is one of the traditional Sundanese farming tools that has a practical function as a pestle/grain pounder into rice. From the perspective of the world view of Sundanese, lisung-halu is a cultural product that is born from the mythical logic of Sundanese. It is the manifestation of the values, norms, characteristics, desires and beliefs of agrarian Sundanese. It is the personification of male and female in world’s top (mythical world). Sundanese are oriented towards awareness of their origins. Men are considered stronger than women. But in the context of lisung-alu, the role becomes reversed. This article is descriptive qualitative by using the theory of psycho-analysis from Carl Gustav Jung to study the physical of lisung-halu (awareness output) as the personification of women in the mythical world (unconscious output) within the framework of the world view of agrarian Sundanese. The approach which is taken in this article is the cultural approach because this article is an attempt to understand the facts that refer to something. This writing is in order to generate insight and knowledge about the values of life and beliefs of the agrarian Sundanese which is contained in lisung-halu through the personification of women in mythical world.