cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
KALANGWAN
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Jurnal Seni Pertunjukan Kalangwan merangkum berbagai topik seni pertunjukkan, baik yang menyangkut konsepsi, gagasan, fenomena maupun kajian. Kalangwan memang diniatkan sebagai penyebar informasi seni pertunjukan sebab itu dari jurnal ini kita memperoleh dan memtik banyak hal tentang seni pertunjukan dan permasalahannya
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 5 No 1 (2019): Juni" : 7 Documents clear
Patra Dalung, Sebuah Komposisi Karawitan Bali Yang Lahir Dari Fenomena Sosial Di Desa Dalung Putra Adnyana, Made; Yudarta, I Gede; Santosa, Hendra
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 5 No 1 (2019): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (827.203 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v5i1.670

Abstract

Garapan ini bertujuan untuk mentranspormasikan dinamika perubahan dari masyarakat di Desa Dalung menjadi sebuah karya seni karawitan Bali dengan mengangkat kearifan lokal Desa Dalung. Suasana kehidupan sosial di Desa Dalung dituangkan dalam sebuah karya seni karawitan dengan memadukan dua gamelan yaitu gamelan Semaradhana dan gamelan Selonding, melalui pengolahan unsur-unsur karawitan, diharapkan garapan ini dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan karawitan dalam bentuk teknik, komposisi, ornamentasi dan unsur-unsur pengembangannya. Situasi Desa Dalung tempo dulu dan kini penata gambarkan melalui bagian-bagian, yang masing-masing bagian memiliki karakter suasana yang berbeda. Suasana yang terungkap di desa Dalung diimplikasikan melalui dinamika, nada, tempo, dan unsur-unsur musikal lainnya. Tahapan penyusunan komposisi terdiri dari: (1) Kleteg, (2) Pangrancana, (3) Nuasen, (4) Makalin, (5) Ngadungin, (6) Ngerarasin, dan (7) Ngalangin. Struktur garapan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pangawit, pangawak, dan pangecet dengan karakternya masing-masing. Komposisi karawitan “Patra Dalung” diwujudkan dalam bentuk musik karawitan inovatif, yang masih menggunakan pola-pola tradisidengan mendapat pengayaan dan pengembangan, baik dari ornamentasi, unsur musikalitas. Pembagian garapan dimaksudkan agar mempermudah penata dalam penggarapan, penghayatan setiap bagian dari struktur garapan, karena setiap bagian menampilkan suasana yang berbeda-beda, sebagai penggambaran perubahan atau transformasi yang terjadi di Desa Dalung.
Gamelan Palawasan Di Dusun Peninjoan Desa Golong Kecamatan Narmada, Lombok Barat Weka Sajjana, I Nengah; Yudarta, I Gede; Muryana, I Ketut
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 5 No 1 (2019): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1325.565 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v5i1.727

Abstract

Gamelan Palawasan adalah salah satu ensambel tradisional yang hidup dan berkembang pada kalangan masyarakat Bali di Lombok. Gamelan ini memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Bali di Lombok yang berkaitan dengan pelaksaan ritual keagamaan. Berbagai jenis ritual keagamaan yang di iringi oleh gamelan palawasan diantaranya upacara Dewa Yadnya (Pujiawali), Pitra Yadnya (ngaben), Rsi Yadnya, Manusa Yadnya (perkawinan), dan Bhuta Yadnya.Gamelan palawasan yang ada di Dusun Peninjoan ini mempunyai keunikan dimana dipakai untuk mengiringi tarian sakral yaitu Tari Rejang Lilit dan Abuang.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan memakai teori Estetika, teori Organologi, dan teori Fungsi seni yang didukung dengan studi perpustakaan dan informasi-informasi yang diperoleh dari narasumber. Penelitian gamelan Palawasan sekaa gong Werdhi Mandala Peninjoan dengan topik gamelan Palawasan di Dusun Peninjoan Desa Golong Kecamatan Narmada, Lombok Barat dengan mengangkat beberapa permasalahan diantaranya : a) bentuk instrumen gamelan Palawasan di Dusun Peninjoan Desa Golong Kecamatan Narmada, Lombok Barat. b) komposisi tabuh gamelan Palawasan di Dusun Peninjoan Desa Golong Kecamatan Narmada, Lombok Barat. c) fungsi gamelan Palawasan di Dusun Peninjoan Desa Golong Kecamatan Narmada, Lombok Barat. fungsi dari gamelan Palawasan ini dibagi menjadi dua yaitu fungsi primer dan sekunder. Fungsi primernya adalah sebagai pengiring suatu upacara keagamaan baik dari upacara Dewa Yadnya, Manusa Yadnya maupun Pitra Yadnya. Sedangkan fungsi sekundernya adalah sebagai wadah atau tempat untuk melestarikan seni dan budaya yang ada di Lombok.
Greng Sebuah Estetika Dalam Kerampakan Antara Gamelan dan Vokal Saptono, Saptono; Haryanto, Tri; Hendro, Dru
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 5 No 1 (2019): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.167 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v5i1.728

Abstract

ISI Denpasar sebagai lembaga pendidikan tinggi yang berkiprah dalam berbagai cabang seni tentunya memiliki tanggung jawab didalam meningkatkan mutu pelestarian, pengembangan, dan penciptaan seni budaya yang unggul yang berakar dari kearifan lokal nilai-nilai budaya nusantara, termasuk salah satunya seni karawitan. Hal tersebut tercermin pula dalam visi dan misi ISI Denpasar yang telah terpampang dan bisa dilihat diberbagai sudut kampus. Melalui seni, lembaga ISI Denpasar ikut andil dalam menjaga keseimbangan hidup di dalam memperkokoh jati diri bangsa dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan demikian mendorong peneliti dalam penciptaan karya seni karawitan Greng, yaitu garap gamelan ageng untuk memberikan keseimbangan nilai-nilai kearifan lokal budaya nusantara di ISI Denpasar dengan mengacu pada sajian garap tradisi karawitan Jawa. Konsep garap yang ditawarkan adalan penataan dalam karawitan mandiri. Penataan yaitu menyusun gending-gending yang telah ada dari berbagai ragam bentuk, laras, dan pathet. Kebaruan dalam penataan adalah pengolahan garap transisi dari berbagai ragam dan karakter gending yang telah ada, diolah dengan teknik yang mengedepankan tapsir (interpretasi) garap balungan dan garap vokal yang dalam sajiannya menjadi satu garapan yang utuh. Wujud atau bentuk pada dasrnya merupakan pemicu untuk menggugah perhatian terhadap isi yang dikandungnya, yang pada gilirannya telah menyatu ke dalam struktur. Jadi wujud atau bentuk garapan merupakan sarana untuk menuangkan isi sebagai bentuk ungkap pengalaman jiwa yang wigati. Djelantik menjelaskan bentuk (wujud) yang dimaksud kenyataan yang nampak secara konkrit di depan kita (dapat dipresepsi dengan mata dan telinga), dan juga kenyataan yang tidak nampak secara konkrit di depan kita, tetapi secara abstrak wujud dapat dibayangkan. Humardani menyebutkan bahwa bentuk di dalam sajian karya seni adalah wadah yang dapat diamati sebagai sarana untuk menuangkan isi mengenai nilai-nilai atau pengalaman jiwa yang wigati.
Kajian Rekonstruksi Tari Legong Raja Cina Di Puri Taman Saba, Blahbatuh, Gianyar Sebuah Proses Kreatif Andra Krisna Susanti, Ni Nyoman; Seramasara, I Gusti Ngurah; Arshiniwati, Ni Made
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 5 No 1 (2019): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2524.89 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v5i1.729

Abstract

Tari Legong Raja Cina merupakan tari klasik Bali hasil rekonstruksi tahun 2012 yang memiliki tingkat kerumitan gerak dan ekpresi yang sangat kompleks. Tari ini merupakan hasil penuangan gagasan tentang cerita legendaris mengenai kisah asmara Raja Bali (Jaya Pangus) dengan Putri Cina (Kang Cing Wie). Proses rekonstruksi dilakukan oleh I Gusti Ngurah Serama Semadi di Puri Taman Saba, Blahbatuh, Gianyar dan dipentaskan pada ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke XXXIV tahun 2012. Rekonstruksi tari ini mengandung proses kreatif tinggi dalam menuangkan gerak-gerak tari yang memadukan dua budaya berbeda. Penelitian berjudul Kajian Rekonstruksi Tari Legong Raja Cina di Puri Taman Saba, Blahbatuh, Gianyar Sebuah Proses Kreatif ini dipandang penting untuk dilakukan dengan mengangkat tiga masalah yang dikaji, yaitu (1) Bagaimana proses kreatif rekonstruksi Tari Legong Raja Cina; (2) Bagaimana bentuk Tari Legong Raja Cina hasil dari rekonstruksi; dan (3) Nilai apa saja yang dikandung oleh Tari Legong Raja Cina. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang ditinjau dari kajian seni pertunjukan dengan menggunakan teknik observasi partisipsi, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi. Teori yang digunakan untuk membedah tiga masalah di atas adalah teori proses kreatif oleh Alma M. Hawkins, teori estetika yang ditulis oleh Djelantik, dan teori struktural fungsional oleh Talcot Parson. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) proses kreatif rekonstruksi Tari Legong Raja Cina dapat dilihat melalui tiga tahapan yaitu tahap eksplorasi, tahap improvisasi dan tahap pembentukan. (2) Tari Legong Raja Cina berbentuk palegongan yang didasari oleh struktur, tema, gerak, pola lantai, tata rias, tata busana, iringan, tempat pementasan dan penampilan. (3) Nilai yang terkandung di dalamnya adalah nilai estetika, nilai akulturasi, nilai kesetiaan, dan nilai percintaan.
Pertunjukan Wayang Kulit Bali Dari Ritual Ke Komersialisasi Marajaya, I Made
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 5 No 1 (2019): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.634 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v5i1.730

Abstract

Di era global seperti sekarang ini, telah terjadi fenomena baru dalam kancah seni pertunjukan wayang kulit Bali, dimana antara beberapa jenis pertunjukan mulai tradisi, kreasi, kreasi baru, inovatif, dan eksperimental saling merebut hati sanubari para penggemarnya. Sampai saat ini, pertunjukan wayang kulit tradisi, kreasi, dan kreasi baru masih dapat ditonton ketika ada kegiatan ritual upacara keagamaan. Sebuah fenomena menarik yang terjadi selama satu dasa warsa belakangan ini yaitu berupa ruwatan wayang Sapuh Leger massal yang melibatkan 5000 orang yang khusus lahir pada wuku wayang. Sementara itu pertunjukan wayang kulit inovatif dapat ditonton dalam berbagai konteks baik untuk upacara keagamaan maupun sebagai pertunjukan komersial. Dalam konteks komersial pertunjukan wayang Kulit Cenk Blonk bergabung dengan perusahan Kopi ABC, Susu Frisian Flag, Sepeda Motor Yamaha, Obat Antangin JRG, dan lain-lain. Sementara Wayang Kulit Joblar bekerjasama dengan perusahan Sarimi, Kopi ABC, Kopi Luwak, Yamaha, Honda, Yakul, Obat Antangin, Bodrek, sepeda smash, dan lain-lain. Di samping pertunjukan wayang kulit komersial untuk promosi barang dan jasa, selama tiga dekade terakhir ini pertunjukan wayang kulit juga dipentaskan dalam konteks pariwisata. Pertunjukan wayang kulit yang durasinya kurang dari 60 menit ini dikemas sebagai entertainment di sebuah usaha pariwisata yaitu di Oka Kartini Bungalow Ubud dengan dalang I Wayan Deres dan di Kerta Accommodation Ubud dengan dalang I Made Sukadana (Made Gender). I Wayan Peter dari jalan Nangka Denpasar juga pernah melakukan pertunjukan wayang kulit untuk wisata di era 1990-an di beberapa hotel di wilayah Legian dan Kuta Badung. Sementara I Made Wibawa dari Dukuh Pulu Tabanan kerap melakukan pementasan wayang kulit untuk wisata di seputaran hotel yang ada di Nusa Dua Badung.
Pariwisata Dan Budaya Kreatif : Sebuah Studi Tentang Tari Kecak Di Bali Pira Erawati, Ni Made
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 5 No 1 (2019): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.808 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v5i1.731

Abstract

Perkembangan periwisata telah menyebabkan terjadinya transformasi budaya dari budaya agraris menuju pada budaya industri. Proses transformasi budaya itu juga terjadi dalam bidang seni pertunjukan, sehingga muncul kreativitas seni yang dapat dijadikan konsumsi wisata. Pariwisata menjadi arena utuk memperjual belikan kesenian. Dengan memahami perkembangan Pariwisata sebagai arena ekonomi, maka tulisan ini bertujuan untuk mengetahui munculnya tari Kecak, merupakan sebuah budaya kreatif orang Bali dalam menyikapi kebutuhan wisatawan. Perkembangan Pariwisata telah menyebabkan munculnya kemasan tari Sanghyang menjadi tari Kecak sebagai budaya kreatif. Kondisi itu telah memunculkan berbagai permasalahan yang berimplikasi terhadap terjadi pemalsuan seni sakral sebagai seni tradisional yang melekat dengan upacara keagamaan (pseudo tradisional ritual art). Untuk menganalisis permasalahan tersebut dalam tulisan ini digunakan metode perpustakaan dan analisis perubahan sosial budaya. Perubahan sosial budaya tak akan dapat dielakkan sebagai dampak Pariwisata, sehingga terjadi komersialisasi budaya yang berimplikasi pada munculnya berbagai kreativitas. Munculnya berbagai kreativitas yang bersumber pada budaya tradisi, telah menyebabkan kaburnya antara seni sakral dengan seni profan.
Waluku Sebagai Acuan Dalam Garapan Karawitan Bali Aguswin Pradnyantika, I Gede; Sudiana, I Nyoman; Haryanto, Tri
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 5 No 1 (2019): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.019 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v5i1.732

Abstract

Rasi bintang atau konstelasi adalah sekelompok bintang yang tampak berhubungan membentuk suatu konfigurasi khusus dalam ruang tiga dimensi, kebanyakan bintang yang terlihat tidak memiliki hubungan satu dengan lainnya, tetapi dapat terlihat seperti berkelompok pada langit malam. Di dalam ilmu Astronomi, telah ditetapkan 88 buah rasi bintang yang dipisahkan sesuai wilayah dari tiap-tiap rasi bintang tersebut di langit. Dari tahun ke tahun, rasi bintang tidak pernah bergeser dari posisinya di langit. Bahkan hingga waktu berabad-abad tahun rasi bintang tetap berada pada posisinya di langit. Hanya saja akibat rotasi dan revolusi bumi terhadap matahari lah yang menyebabkan rasi bintang terlihat bergeser dari waktu ke waktu. Rasi bintang yang dinamai Waluku/Orion, yang artinya adalah pemburu, rasi bintang ini didedikasikan bagi Orion, putera Neptune, seorang pemburu terbaik di dunia. Orion ini mudah dikenali dengan adanya 3 bintang kembar yang berjajar membentuk sabuk Orion (Orion Belt). Satu lagi yang menarik, dari rasi orion, yaitu adanya bintang Bellatrix dan Betelgeuse pada konstelasinya. Waluku ini penata pakai sebagai judul karya yang menggunakan medium gamelan Semar Pagulingan. Karya seni karawitan Waluku merupakan komposisi musik inovatif yang merupakan aktualisasi dari ide penata tentang rasa keindahan dan imajinasi terhadap bentuk dan pola dari rasi Waluku. Karya ini merupakan pengembangan dari unsur-unsur musikal seperti melodi, tempo, ritme, dinamika, dan harmoni sebagai cerminan dari rasa indah pada pola rasi bintang Waluku. Rasi Bintang memiliki keteraturan system, dimana Rasi Bintang tidak pernah bergeser dari posisinya di langit. Rasi bintang waluku ini adalah terbentuk dari tiga bintang kembar, yang membentuk pola-pola sehingga mudah dibedakan dan dibayangkan dengan rasi bintang lainnya. Rasi bintang waluku ini menginspirasi penata untuk mewujudkannya kedalam sebuah karya musik inovatif, penata berimajinasi merangkai Rasi bintang waluku itu dalam tiga bagian karya musik inovatif.

Page 1 of 1 | Total Record : 7