cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
PRABANGKARA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 21 No 2 (2017): Pabangkara" : 5 Documents clear
Kajian Konsep, Estetik dan Makna pada Ilustrasi Rangda Karya Monez BAYU SEGARA PUTRA, GEDE; ARTAYASA, I NYOMAN; SWANDI, I WAYAN
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 21 No 2 (2017): Pabangkara
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.887 KB)

Abstract

Dalam era postmodern, ilustrator cenderung mengedepankan kebebasan dalam mengekspresikan diri dalam berkarya, mereka cenderung tidak ingin terpaku pada suatu kaidah atau tatanan standar yang berlaku. Monez merupakan seorang ilustrator dengan pemikiran postmodern yang khas. Ilustrasi karya Monez kerap tampil dengan objek-objek fantasi yang dideformasi dari imajinasi atas bentuk atau peristiwa yang pernah dilihat maupun dialami sebelumnya. Gaya ilustrasi khas Monez cenderung menampilkan objek dengan wujud imajinatif dalam bentuk yang distorsi. Monez adalah cerminan seorang postmodernis dengan metode berpikir intitutional. Ilustrasi bertema rangda merupakan karya Monez yang sangat kental dengan nuansa postmodern. Ilustrasi yang diciptakan dengan 3 seri, pertama kali di publikasikan kepada publik pada Ajang Popcon Asia 2015 dalam media poster dan postcard. Pengaruh postmodern pada ilustrasi rangda, terlihat pada penggayaan-penggayaan yang diberikan pada unsur visualnya. Oleh karena itu, penelitian ini membantu menjelaskan permasalahan konsep, estetika dan makna ilustrasi rangda karya Monez sebagai sebuah karya seni berlatarbelakang postmodern. Fokus penelitian ini adalah memahami konsep, idiom estetik serta makna yang terdapat pada ilustrasi rangda karya Monez. Untuk itu, peneliti merumuskan beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut: 1). Bagaimana konsep yang diterapkan pada ilustrasi rangda karya Monez ?; 2). Bagaimana estetika postmodern dari ilustrasi rangda karya Monez ?; dan 3). Apakah makna yang terkandung pada ilustrasi rangda karya Monez ?. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data primer yang digunakan untuk menunjang penelitian ini diperoleh dari studi lapangan, wawancara dengan Monez sebagai informan utama. Untuk melengkapi data primer, peneliti memperoleh informasi berbagai sumber berupa buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian, dan sumber kepustakaan lainnya. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan teori estetika postmodern dan teori semiotika. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa ilustrasi rangda karya Monez menerapkan konsep imajinatif dalam penciptaannya. Konsep imajinatif diwujudkan melalui penggayaan berlebih pada visualisasi bentuk ilustrasinya. Di dalam postmodern, penggayaan merupakan ciri dari idiom camp.Makna yang muncul dari ilustrasi rangda karya Monez sebagai sebuah karya dengan penggambaran realita secara berlebihan (hiperealitas), antara lain: makna ekonomi, makna budaya dan makna ekspresi.In the postmodern era, illustrators do not prioritize freedom in expressing themselves in the work, they do not want to be fixated on a standard rule or standard order. Monez is an illustrator with distinctive postmodern thought. The illustrations of Monez’s work often come with fantasy objects deformed from imagination or forms never seen before. The typical illustration style Monez likes to display objects with imaginative shapes in distorted form. Monez is a reflection of a postmodernist with the think intitutional method. Rangda-themed illustrations are Monez’s highly viscous work with postmodern nuances. Illustrations created with 3 series, first published to the public at Popcon Asia 2015 Event in posters and postcard media. Postmodern influences on illustrations rangda, seen in penggayaan-given on the visual element. Therefore, this study helps to explain the concept, aesthetic and meaning of illustrations rangda Monez works as a work of art postmodern background The focus of this research is understanding the concepts, aesthetic idioms and meanings that exist in the illustrations rangda by Monez. For that, the researchers formulate some questions as follows: 1). How does the concept applied to Monez’s illustration rangda? 2). How is the postmodern aesthetic of Monez’s illustration rangda? And 3). What is the significance of Monez’s illustration rangda?. This research is a qualitative research. The primary data used to support this research is the result of field studies, interviews with Monez as key informants. To complement the primary data, researchers obtained information on various sources of books, scientific journals, research reports, and other literary sources. The data obtained are then analyzed by postmodern aesthetic theory and semiotics theory. The result of this research is the illustration rangda by Monez applying imaginative concept in the making. The imaginative concept is manifested through excessive styling on the visualization of its illustrative form. In postmodern, styling is the hallmark of camp idiom. The significance of Monez’s illustration ranges as a work with exaggerated portrayal of reality (hypereality), among others: economic meaning, cultural meaning and the meaning of expression.
Kajian Estetika Fotografi pada Kartu Pos Pariwisata Bali Karya Sujana Tahun 1970-1990an BAYU PRAMANA, I MADE
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 21 No 2 (2017): Pabangkara
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.315 KB)

Abstract

Kartu pos atau Postcard adalah salah satu benda pos berupa lembaran kertas bergambar ilustrasi atau foto untuk menulis kabar yang bersifat terbuka. Kartu pos pertama kali diluncurkan pada 1 oktober 1869 di Austria dengan nama Correspondez karte. Sujana adalah orang Bali dan sekaligus seorang fotografer, antara tahun 1970-1990an mengkomunikasikan kreativitas fotografisnya dengan mengangkat tema tentang fenomena di Bali dari perspektif medium fotografi yang diungkap dalam karya kartu pos. Terkait dengan hal tersebut, maka tujuan penulisan ini ingin mengetahui pandangan tentang perubahan alam, manusia, arsitektur, pakaian dan beragam hal yang sangat mendasar di Bali yang diungkap pada kartu pos. Metode yang digunakan dalam mengkaji karya kartu pos yang diciptakan oleh Sujana adalah metode deskritif. Ruang lingkup pembahasan terfokus pada uraian tentang nilai-nilai estetika fotografi terkait fenomena pariwisata di Bali pada karya kartu pos Sujana.Postcard is one of the postal items in the form of illustrated papers or photographs to write open news. The postcard was first launched on 1 October 1869 in Austria under the name Correspondez karte. Sujana is a Balinese and a photographer, between 1970 and 1990 he communicated his photographic creativity with the theme of the phenomenon in Bali from the perspective of photographic medium expressed in postcards. Related to this, the purpose of this writing is to know the views about changes in nature, people, architecture, clothing and various things that are very basic in Bali are revealed on postcards. The method used in studying the postcard work created by Sujana is the descriptive method. The scope of the discussion focused on the description of the aesthetic values of photography related to the phenomenon of tourism in Bali on Sujana postcard work.
Transformasi Prasi Tantri Carita Dalam Animasi Prasimotion BUDIAPRILLIANA, LUH; UDIANA NINDHIA PEMAYUN, TJOKORDA; SUARDINA, I NYOMAN
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 21 No 2 (2017): Pabangkara
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.974 KB)

Abstract

Penciptaan ini dilatarbelakangi ketertarikan pencipta terhadap prasi. Prasi mulai ditinggalkan generasi muda. Seni prasi merupakan seni menoreh gambar di atas daun rontal. Dalam prasi terkandung unsur seni visual berupa gambar ilustrasi serta seni sastra berupa naskah-naskah lontar yang mengandung nilai moral. Pada tulisan ini dirumuskan tiga masalah yakni, bagaimanakah menciptakan media yang sesuai untuk pengenalan prasi kepada remaja?, bagaimana mentransformasikan prasi ke dalam bentuk animasi digital?, bagaimana bentuk/wujud prasi digital? Tujuan dari penciptaan ini yaitu merancang media pembelajaran untuk mengenal prasi. Sasaran dari penciptaan ini adalah remaja usia 12-18 tahun (siswa SMP dan SMA) di Buleleng. Pada penciptaan ini melalui tiga tahapan yakni eksplorasi, eksperimentasi, dan proses perancangan. Adapun teori yang digunakan pada penciptaan ini meliputi teori simulasi, transformasi, dan semiotika. Hasil Cipta pada penciptaan ini terdiri dari karya utama dan karya pendukung. Karya utama yaitu berupa karya animasi Prasimotion dengan judul Kacarita Pedanda Baka. Karya animasi tersebut merupakan animasi 2D yang visualisasinya dibuat seakan-akan animasi tersebut terjadi di atas daun rontal. Selain karya utama terdapat juga karya pendukung berupa animasi slideshow dengan mengambil cerita fabel lain dari rangkaian fable dalam Tantri Carita. Media ini dirancang untuk dapat dibawa ke berbagai tempat dengan hanya mengaksesnya dari gadget saja. Selain karya pendukung berupa animasi slideshow ini juga akan dibuat media pendukung berupa poster, X-banner, dan prototype prasi dalam bentuk printout.This creation is motivated by the creator’s interest in prasi. Prasi began to be abandoned by the young generation. Art prasi is the art of incised images on the leaf rontal. In the prasi contained elements of visual art in the form of illustrations and literary arts in the form of lontar (manuscripts) that contain moral values. In this paper formulated three problems namely, how to create appropriate media for the introduction of prasi to adolescents?, how to transform the prasi into the form of digital animation ?, how is the form of digital prasi ?. The purpose of this creation is to design learning media to introduce prasi. The targets of this creation are adolescents aged 12-18 years (junior and senior high school students) in Buleleng. At this creation through three stages of exploration, experimentation, and the design process. The theory used in this creation includes the theory of simulation, transformation, and semiotics. The Creative results in this creation consist of the main works and the supporting works. The main work is in the form of Prasimotion animation with the title Kacarita Pedanda Baka. The work of the animation is a 2D animation that the visualization is made as if the animation took place on the leaf rontal. In addition to the main work there is also a supporting work in the form of slideshow animation by taking another fable story from a series of fables in Tantri Carita. This medium is designed to be brought to various places by only accessing it from the gadget. In addition to supporting works in the form of animation slideshow will also be made supporting media in the form of posters, X-banner, and prototype of prasi in the form of printout.
Fotografi Decopauge Keindahan dan Fenomena Subak Bali di Daerah Gianyar dan Bangli SATRIA, CHRISTOFER; UDIANA NINDHIA PEMAYUN, TJOKORDA; SUTEJA, I KETUT
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 21 No 2 (2017): Pabangkara
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.22 KB)

Abstract

Penciptaan ini dilatarbelakangi oleh ketetarikan pencipta terhadap keindahan dan fenomena subak diBali khususnya daerah Gianyar dan Bangli. Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang mengatursistem pengairan sawah, yang digunakan untuk bercocok tanam padi di Bali. Subak biasanya memilikipura yang dinamakan Pura Uluncarik yang diperuntukan untuk “Dewi Sri” (dewi kemakmuran dan kesuburan). Penciptaan ini difokuskan pada fotografi decopuage keindahan dan fenomena subakBali khususnya daerah Gianyar dan Bangli. Berorientasi dari keindahan dan fenomena subak di Bali, pencipta ingin mengungkapkan ke dalam sebuah karya fotografi decopauge, dengan menggunakandua teknik yang berbeda menjadi satu kesatuan, sehingga kesan foto akan lebih berbeda dan mengikuti tekstur batu yang digunakan. Berdasarkan hal tersebut pencipta menggunakan teori transformasi, untuk perubahan dari karya asli ke-dalam karya baru dan teori semiotika, sebagai pembuatan karya untuk melihat komposisi foto dan tekstur batu yang digunakan. Metode yang digunakan adalah metode observasi dan metode dokumentasi, yang difokuskan didaerah Gianyar dan Bangli. Pencipta berharap dengan adanya perancangan ini, dapat memberikan dampak baik terhadap Subak di Bali terutama daerah Gianyar dan Bangli, dan dapat menjadi media yang menarik untuk memelihara dan menjaga Subak di Bali.This creation is motivated by the creator’s attractiveness of the beauty and phenomenon of subak in Bali, especially the area of Gianyar and Bangli. Subak is a community organization that regulates the irrigation system of paddy fields, which is used to grow rice in Bali. Subak usually has a temple called Uluncarik Temple which is intended for “Dewi Sri” (goddess of prosperity and fertility). This creation is focused on photography decoupage beauty and phenomenon of subak in Bali especially area of Gianyar and Bangli. Oriented from the beauty and phenomenon of subak in Bali, the creators want to express into a photography decopauge work, using two different techniques into one unity, So the impression will be more different photos and follow the texture of the stone used. Based on that the creator used the theory of transformation, for a change from the original work into the new work and the theory of semiotics, as a work to see the composition of photographs and texture of stones used. The method used is the method of observation and method of documentation, which focused on Gianyar and Bangli areas. Creator hopes with this design, can give good impact to subak in Bali especially area of Gianyar and Bangli, and can become an interesting media to maintain and keep subak in Bali.
Kesatuan dan Warna Pada Elemen Interior Gaya Gotik dan Arsitektur Bali Pada Gereja Katolik Roh Kudus Katedral Denpasar EKA JAYA PUTRA, WAYAN; ARTAYASA, I NYOMAN; MUGI RAHARJA, I GEDE
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 21 No 2 (2017): Pabangkara
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (612.236 KB)

Abstract

Prinsip kesatuan (unity) adalah gabungan semua elemen serta saling melengkapi dan berkesinambungan satu dengan yang lain sehingga menghasilkan komposisi yang padu dan serasi. Suatu ruangan dianggap sebagai kesatuan yang harmonis dapat dicapai dengan menerapkan gabungan dari beberapa unsur desain seperti: 1) Garis; 2) Bentuk; 3) Bidang; 4) Ruang; 5) Cahaya, dan; 6) Pola. Kesatuan elemen seperti patung dan relief menjadi bagian penting dalam arsitektur gaya gotik (Eropa) yang menekankan pada kepatuhan, kejelasan dan kejernihan dari pemikiran tentang keseimbangan, proporsi suatu susunan, kontruksi/ struktur tampak pada Gereja Katedral Denpasar. Kesatuan pada gaya arsitektur Bali dapat dilihat di Gereja pada penggunaan bahan alam (bata merah), ornamen Bali serta konsep dari Bhuwana Agung dengan Trilokanya. Warna elemen dan ornamen (ragam hias) yang diaplikasikan di Gereja Katedral Denpasar juga memiliki perbedaan misalnya pada gaya Gotik lebih banyak menggunakan warna cerah (putih, kream, emas) sedangkan gaya arsitektur Bali menggunakan warna alam (cokelat, merah tanah, abu-abu). Gereja Katedral Denpasar ini terletak di jalan Tukad Musi No 1, Denpasar. Konsep arsitekturnya berbasis pada vertikalism, susunan dan keseimbangan yang sempurna, elegan dan mewah namun tetap sesuai dengan arsitektur lokal Bali.The principle of unity is a combination of all elements and complement each other and continuous one another so as to produce a composite and harmonious composition. A room regarded as a harmonious unity can be achieved by applying a combination of several design elements such as: 1) Lines; 2) Shape; 3) Fields; 4) Space; 5) Light, and; 6) Patterns. The unity of elements such as sculptures and reliefs becomes an important part of gothic architecture (Europe) which emphasizes the obedience, clarity and clarity of the thought of balance, the proportion of an arrangement, the construction / structure seen in the Cathedral Church of Denpasar. Unity on Balinese architectural styles can be seen in the Church on the use of natural materials (red brick), Balinese ornaments and the concept of Bhuwana Agung with its Triloka. The color of the elements and ornaments applied to the Cathedral Church of Denpasar also has a difference, for example Gothic style uses more bright colors (white, kream, gold) while Balinese architectural styles use natural colors (brown, red, gray). Denpasar Cathedral Church is located on the street Tukad Musi No 1, Denpasar. The architecture concept is based on verticalism, perfect arrangement and balance, elegant and luxurious but still in accordance with the local architecture of Bali.

Page 1 of 1 | Total Record : 5