cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 566 Documents
Appendix JSTMC Vol.19 No.1 June 2018 : Author Index & Keyword Index Wirahma, Samba
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 19, No 1 (2018): June 2018
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (36.388 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v19i1.3258

Abstract

UJI AKURASI PRODUK ESTIMASI CURAH HUJAN SATELIT GPM IMERG DI SURABAYA, INDONESIA Azka, Mukhamad Adib; Sugianto, Prabu Aditya; Silitonga, Andreas Kurniawan; Nugraheni, Imma Redha
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 19, No 2 (2018)
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (455.914 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v19i2.3153

Abstract

Curah hujan merupakan parameter meteorologi yang sangat berpengaruh dalam kehidupan. Saat ini, pengamatan secara in situ sangat kurang representatif untuk digunakan sebagai analisis karena jangkauannya yang sangat sempit sehingga memerlukan instrumen pendukung seperti satelit agar dapat memberikan gambaran yang lebih baik terkait distribusi hujan. Namun, data satelit juga belum tentu sepenuhnya benar karena resolusi dan kondisi dari setiap wilayah berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai akurasi, bias, korelasi, root mean square error (RMSE), dan mean absolute error (MAE) data estimasi curah hujan GPM IMERG dengan data curah hujan pengamatan langsung. Penelitian ini dilakukkan di Surabaya dengan menggunakan data estimasi curah hujan GPM IMERG dan data curah hujan pengamatan langsung dari Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Surabaya selama tahun 2017 mewakili musim hujan, musim kemarau, dan periode transisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data curah hujan produk GPM IMERG memiliki korelasi yang sangat baik untuk memperkirakan akumulasi curah hujan bulanan. Sedangkan, untuk akumulasi harian, memiliki korelasi yang sangat rendah. Sementara itu untuk akumulasi sepuluh harian, data curah hujan produk satelit GPM IMERG memiliki korelasi yang baik terutama di periode musim hujan dan musim kemarau, akan tetapi memiliki korelasi yang rendah selama periode transisi dari musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Pada umumnya, produk ini sangat bagus dalam menentukan ada atau tidaknya hujan, tetapi performanya sangat rendah dalam menentukan besarnya intensitas curah hujan.
PERBAIKAN PREDIKSI CUACA NUMERIK KEJADIAN CURAH HUJAN LEBAT TERKAIT DENGAN KEJADIAN LONGSOR DI BANJARNEGARA MENGGUNAKAN ASIMILASI DATA SATELIT Mulsandi, Adi; Kristianto, Aries; Zakir, Achmad
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 19, No 2 (2018)
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1426.319 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v19i2.3127

Abstract

Wilayah Banjarnegara terekspos dengan kejadian tanah longsor yang terjadi hampir setiap tahun. Hujan lebat merupakan salah satu faktor penting pemicu terjadinya longsor yang paling mungkin untuk diprediksi, sehingga prediksi hujan lebat yang akurat sangat dibutuhkan dalam sistem peringatan dini longsor. Namun demikian, keterbatasan peralatan pengamatan cuaca di Banjarnegara memberikan kendala tersendiri sehingga dibutuhkan teknik lain dalam pembuatan informasi prediksi cuaca di wilayah ini. Penelitian ini dibuat untuk memberikan kontribusi landasan ilmiah dalam membuat prakiraan cuaca menggunakan model Weather Research and Forecasting (WRF) dengan mengintegrasikan data pengamatan satelit menggunakan WRF Data Assimilation (WRF-DA) untuk memperbaiki kualitas data awal model. Hasil penelitian menunjukan bahwa prosedur asimilasi data satelit cuaca dapat memperbaiki data awal kandungan uap air di atmosfer (+60%) beberapa jam sebelum kejadian hujan lebat. Sehingga hasil prediksi model cuaca numerik dengan menggunakan asimilasi data satelit (DA-SAT) menjadi lebih baik dibandingkan dengan yang tidak menggunakan asimilasi data (Non_DA). Hal ini ditunjukan dengan nilai bias model yang mengecil (-32%) jika dibandingkan dengan data pengamatan penakar hujan stasiun. Hasil perbandingan data series waktu akumulasi curah hujan antara DA-SAT dan Non-DA memperlihatkan adanya perbedaan waktu tercapainya hujan maksimum dan juga perbedaan intensitasnya dimana skema Non-DA lebih lambat (+5 jam) dengan bias (-40%) sementara DA-SAT lebih lambat 0.5 jam dengan bias (+8%). Dapat disimpulkan bahwa asimilasi data satelit dapat memperbaiki kesalahan prediksi jumlah hujan dan waktu kejadiannya. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi penggunaan asimilasi data satelit dalam pembuatan informasi prediksi cuaca numerik di wilayah Banjarnegara.
Preface JSTMC Vol.19 No.2 December 2018 : Foreword and Acknowledgement Wirahma, Samba
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 19, No 2 (2018)
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (87.357 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v19i2.3268

Abstract

MEAN WIND AND POTENTIAL TEMPERATURE PROFILES IN THE ATMOSPHERIC SURFACE LAYER: FURTHER INVESTIGATIONS Santoso, Edi
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 1, No 2 (2000): December 2000
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.104 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v1i2.2130

Abstract

The surface layer theory will be presented. Monin ? Obukhov similarity theory has played a leading role in most attempts to interpret experimental data on surface layer turbulence. It will also be showed how investigators have modified it for convective conditions. It presents methods for coupling surface layer profiles to profiles higher in the atmospheric boundary layer as well. Most investigators preferred to remain within the classical paradigm that strongly dependent on surface parameters. However, the results based on the classical approach did not merge smoothly into the uniform layer. The new results that considered parameters above surface layer gave better matching to the whole profile.Di dalam tulisan ini akan disajikan perkembangan teori lapisan permukaan. Teorikemiripan Monin ? Obukhov memegang peranan penting di dalam setiap usaha untukmenganalisis data turbulen lapisan permukaan dari lapangan. Juga akan dibahasbagaimana para peneliti memodifikasi teori tersebut untuk kondisi atmosfir yang konvektif. Berbagai metoda dikembangkan untuk menggabungkan profil dekatpermukaan dengan profil di bagian atasnya. Sebagian besar para peneliti tetapberpegang pada teori klasik yang mempertimbangkan secara kuat parameter-parameterpermukaan. Pendekatan lebih baru yang mempertimbangkan parameter-parameter yang ada di lapisan lebih atas memberikan hasil yang lebih baik.
KARAKTERISTIK CURAH HUJAN BERDASARKAN RAGAM TOPOGRAFI DI SUMATERA UTARA Prasetyo, Budi; Irwandi, Hendri; Pusparini, Nikita
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 19, No 1 (2018): June 2018
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (715.498 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v19i1.2787

Abstract

Wilayah Sumatera Utara (Sumut) memiliki kondisi geografis dan topografi yang beragam, mulai dari pesisir, dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan, serta kepulauan. Hal ini dapat menyebabkan variabilitas curah hujan semakin beragam. Untuk itu, kajian ini akan membahas mengenai variabilitas curah hujan Sumut di beberapa wilayah dengan kondisi geografi dan topografi yang berbeda. Data curah hujan bulanan dari 17 pos hujan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan periode 1986-2016 (31 tahun) digunakan dalam kajian ini. Metode analisis deskriptif, statistik sederhana berupa perata-rataan, standarisasi anomali, dan interpolasi pembalikkan bobot jarak digunakan dalam kajian ini. Letak pos hujan dibagi berdasarkan kondisi geografis dan topografinya sehingga diperoleh enam wilayah yaitu Pesisir Timur, Lereng Timur, Pegunungan, Lereng Barat, Pesisir Barat, dan Kepulauan Nias. Hasil yang diperoleh yaitu variabilitas curah hujan Sumut dalam skala bulanan, antar musiman dan antar tahunan di keenam wilayah topografi berbeda satu sama lain. Curah hujan rata-rata Sumut umumnya menurun dari wilayah Barat ke Timur sehingga menyebabkan perbedaan yang cukup signifikan antara wilayah Timur dan Barat. Curah hujan tertinggi terjadi di wilayah Pesisir Barat yaitu 230-570 mm/bulan atau 4550 mm/tahun sedangkan terendah terjadi di Pesisir Timur yaitu 100?150 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Puncak musim hujan Sumut umumnya terjadi pada bulan November, kecuali wilayah Pesisir dan Lereng Timur yang terjadi pada bulan Oktober. Curah hujan tahunan wlayah topografi Sumut umumnya menunjukkan nilai anomali standar negatif pada tahun 90-an dan menunjukkan anomali positif setelah tahun 2000, kecuali di wilayah Lereng Timur dan Kepulauan.
ANALISIS KLIMATOLOGI INDEKS OSILASI SELATAN (SOI) UNTUK PENDUGAAN MUSIM TIGA-BULAN KE DEPAN MENGGUNAKAN REGRESI LINIER: PENDUGAAN SOI MUSIM JFM TAHUN 2002 Haryanto, Untung
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 3, No 1 (2002): June 2002
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (41.88 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v3i1.2155

Abstract

Telah dilakukan analisis terhadap data klimatologi SOI untuk periode tahun 1900 - 2000guna mengetahui tingkat peramalannya, serta peristiwa besar yang diakibatkannya .1200 data bulanan SOI ini di stratifikasi menjadi data musim (season) dua-bulanan dantiga-bulanan. Hasil analisis auotokorelasi menunjukkan bahwa dua deret musiman iniberkaitan erat, dengan korelasi 0,71. Dari hasil ini, dilakukan analisis regresi linier untukmemformulasikan model training, dan kemudian dilakukan validasi. Validasi silang tigalipatan (three fold cross validation) menunjukkan bahwa model M3 = 1.027 M2 + - 1.12merupakan model training yang menunjukkan kinerja paling baik, berdasarkan dengantingkat korelasi antara SOI-musim hasil dugaan (predicted) dengan SOI -musim hasilpengamatan yang memiliki tingkat korelasi sebesar 0,9. Dengan hasil ini maka modeltraining terpilih digunakan untuk melakukan prediksi SOI-musim tiga bulanan ke depan.Dengan data musim ND tahun 2001, hasil model menunjukkan bahwa musim JFM tahun 2002 adalah normal.Climatology of Southern Oscillation Index (SOI) within period of 1900 - 2000 was out toanalyzed to find out its predictability, and possibility impacts might follow. Total of 1200monthly SOI data was stratified into new series , namely 2-month SOI -season and 3-month SOI-seson. The result of auto -correlation analysis indicates that this two serieshave strong lag-correlation ie 0,71. Base on this result , linear regression analysis wasapplied to formulate a model training, and then to validate its model. Three-fold CrossValidation of model training indicates that model training M3 = 1.027 M2 - 1.12 has better performance, because correlation between SOI -season prediction and SOI real data, is 0.9. Therefore the model may be used in forecasting activity to predict three SOI- season ahead. Based on SOI season ND 2001 the model says that JFM SOI season is normal.
STUDI MODEL UNTUK PENINGKATAN PRESIPITASI AWAN KONVEKTIF DENGAN BUBUK GARAM M. V, Belyaeva; A.S, Drofa; V.N, Ivanov; Kudsy, Mahally; Haryanto, Untung; Goenawan, R Djoko; Harsanti, Dini; Ridwan, Ridwan
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 12, No 2 (2011): December 2011
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1121.003 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v12i2.2188

Abstract

Sebuah studi tentang penggunaan garam serbuk polidispersi sebagai bahan semaitelah dilaksanakan dengan memakai model 1-dimensi. Dalam studi ini pengaruhpenambahan serbuk garam tersebut terhadap distribusi tetes awan dan jumlah penambahan presipitasi telah dilakukan, serta hasilnya telah dianalisa dan dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada pemakaian partikel higroskopis yang diperoleh dari flare piroteknik. Kondisi awan yang dipelajari terdiri dari beberapa macam ketinggian, updraft dan konsentrasi inti kondensasi atmosfer semula. Hasil studi menunjukkan bahwa bubuk garam polidisperse dapat dipakai untuk menghasilkan presipitasi dari awan marginal yang biasanya tidak mampu menghasilkan presipitasi.A study of use of polydisperse salt as seeding agent in cloud modification was conducted using 1-dimensional model. In this study the effects of introduction of the salt powder to cloud droplet distribution and the amount of precipitation enhancement were analyzed and compared to the results obtained by introduction of hygroscopic particles from pyrotechnic flares at various cloud media conditions such as cloud thickness, updraft, and original atmospheric condensation nuclei. This study reveals that polydisperse salt powder is usable to obtain precipitation from marginal cloud that usually can not produce precipitation.
ANALISA PENGARUH DEBIT AIR LIMPASAN CURAH HUJAN DI DAS KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR TERHADAP JUMLAH TITIK PANAS/TITIK HOTSPOT PADA BULAN JUNI - NOVEMBER 2014 Sibarani, Rini Mariana; Prayoga, M. Bayu Rizky; Muttaqin, Alfan
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 16, No 1 (2015): June 2015
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1217.231 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v16i1.2636

Abstract

INTISARITitik panas / titk Hotspot merupakan indikator kebakaran lahan dan hutan yang selalu menjadi masalah pada saat kondisi udara kering. Rendahnya intensitas curah hujan di suatu wilayah mengakibatkan jumlah titik panas ini meningkat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah debit limpasan curah hujan di suatu wilayah. Pada tahun 2014 di Kabupaten Ogan Komering Ilir terditeksi jumlah titik panas terbanyak. Dimana ada 4 Daerah Aliran Sungai dengan luasan daerah yang cukup besar. Daerah aliran ini mengalami jumlah titik panas terbanyak pada bulan September hingga dasarian kedua bulan November 2014. Selain disebabkan karena debit limpasan dan intensitas curah hujan, jenis lahan dan kelembapan udara juga menjadi faktor penyebab pertambahan jumlah titik panas.ABSTRACHotspot is an indicator of land and forest fires which were always a problem when the dry air conditions. The low intensity of rainfall in the region resulted in the number of hotspots is increasing. It can be seen from the amount of runoff discharge rainfall  in a region.  In 2014 in Ogan Ogan Ilir detected a fairly high the amount of hotspots. Where there are 4 Watershed with an area large enough. In This flow area detected a fairly high the amount of hotspots in September until second dasarian November 2014. In addition due to the discharge of runoff and the intensity of rainfall, type of soil and the humidity also become a factor increasing hotspots.
LIGHTNINGS & THUNDERS HIT SOROAKO ON 27 APRIL 2000 Karmini, Mimin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 1, No 1 (2000): June 2000
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (993.195 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v1i1.2104

Abstract

Soroako is a small town in South Sulawesi closed to lake Matano. Based on its rainfallhystorical data, April has the highest rainfall amount in Soroako and the vicinity. Rainoccurs mostly during night hours in April. Lightnings and thunders hit Soroako thevicinity and struck the telephone lines in the INCO?s dormitory on 27 April 2000. Even itwas not the highest rainfall event, let?s take a look closely the weather condition based on several data on the day. The clouds developed rapidly at late afternoon and produced an intense thunders and lightnings at early evening. The rain itself was not too hard and the rainfall amount was only 28.3 mm (the average of the area). This paper will discuss the weather condition in Soroako and the vicinity on 27 April 2000.Soroako merupakan kota kecil di Sulawesi Selatan berdekatan dengan danau Matano.Berdasarkan data curah hujan historis, bulan April mermpunyai nilai curah hujan tertinggi di wilayah Soroako dan sekitarnya. Hujan kebanyakan terjadi pada malam hari di bulan April. Kilat dan guntur menerjang Soroako dan sekitarnya dan mampu merusak saluran telepon di Dormitory milik PT. INCO pada tanggal 27 April 2000. Meskipun hujan yang terjadi pada tanggal 27 April bukan yang paling deras, marilah kita pelajari kondisi cuaca berdasarkan beberapa data pada hari itu. Awan-awan berkembang sangat cepat pada sore hari dan menimbulkan kilat dan guntur yang bertubi-tubi pada petang hari. Hujannya sendiri tidak terlalu deras dan tercatat hanya sebesar 28,3 mm (merupakan rata-rata wilayah). Tulisan ini akan membahas kondisi cuaca di Soroako dan sekitarnya khususnya pada tanggal 27 April 2000.

Filter by Year

2000 2022


Filter By Issues
All Issue Vol. 23 No. 2 (2022): December 2022 Vol. 23 No. 1 (2022): June 2022 Vol. 22 No. 2 (2021): December 2021 Vol. 22 No. 1 (2021): June 2021 Vol. 21 No. 2 (2020): December 2020 Vol. 21 No. 1 (2020): June 2020 Vol 20, No 2 (2019): December 2019 Vol. 20 No. 2 (2019): December 2019 Vol. 20 No. 1 (2019): June 2019 Vol 20, No 1 (2019): June 2019 Vol 19, No 2 (2018): December 2018 Vol. 19 No. 2 (2018): December 2018 Vol 19, No 1 (2018): June 2018 Vol. 19 No. 1 (2018): June 2018 Vol 19, No 1 (2018): June 2018 Vol 19, No 2 (2018) Vol. 18 No. 2 (2017): December 2017 Vol 18, No 2 (2017): December 2017 Vol 18, No 2 (2017): December 2017 Vol 18, No 1 (2017): June 2017 Vol 18, No 1 (2017): June 2017 Vol. 18 No. 1 (2017): June 2017 Vol. 17 No. 2 (2016): December 2016 Vol 17, No 2 (2016): December 2016 Vol 17, No 2 (2016): December 2016 Vol 17, No 1 (2016): June 2016 Vol. 17 No. 1 (2016): June 2016 Vol 17, No 1 (2016): June 2016 Vol 16, No 2 (2015): December 2015 Vol. 16 No. 2 (2015): December 2015 Vol 16, No 2 (2015): December 2015 Vol 16, No 1 (2015): June 2015 Vol. 16 No. 1 (2015): June 2015 Vol 16, No 1 (2015): June 2015 Vol 15, No 2 (2014): December 2014 Vol. 15 No. 2 (2014): December 2014 Vol 15, No 2 (2014): December 2014 Vol 15, No 1 (2014): June 2014 Vol. 15 No. 1 (2014): June 2014 Vol 15, No 1 (2014): June 2014 Vol 14, No 2 (2013): December 2013 Vol. 14 No. 2 (2013): December 2013 Vol 14, No 2 (2013): December 2013 Vol 14, No 1 (2013): June 2013 Vol 14, No 1 (2013): June 2013 Vol. 14 No. 1 (2013): June 2013 Vol. 13 No. 2 (2012): December 2012 Vol 13, No 2 (2012): December 2012 Vol 13, No 2 (2012): December 2012 Vol 13, No 1 (2012): June 2012 Vol 13, No 1 (2012): June 2012 Vol. 13 No. 1 (2012): June 2012 Vol. 12 No. 2 (2011): December 2011 Vol 12, No 2 (2011): December 2011 Vol 12, No 2 (2011): December 2011 Vol 12, No 1 (2011): June 2011 Vol 12, No 1 (2011): June 2011 Vol. 12 No. 1 (2011): June 2011 Vol 11, No 2 (2010): December 2010 Vol 11, No 2 (2010): December 2010 Vol. 11 No. 2 (2010): December 2010 Vol 11, No 1 (2010): June 2010 Vol 11, No 1 (2010): June 2010 Vol. 11 No. 1 (2010): June 2010 Vol 3, No 2 (2002): December 2002 Vol. 3 No. 2 (2002): December 2002 Vol 3, No 2 (2002): December 2002 Vol. 3 No. 1 (2002): June 2002 Vol 3, No 1 (2002): June 2002 Vol 3, No 1 (2002): June 2002 Vol 2, No 1 (2001): June 2001 Vol. 2 No. 1 (2001): June 2001 Vol 2, No 1 (2001): June 2001 Vol 1, No 2 (2000): December 2000 Vol 1, No 2 (2000): December 2000 Vol. 1 No. 2 (2000): December 2000 Vol. 1 No. 1 (2000): June 2000 Vol 1, No 1 (2000): June 2000 Vol 1, No 1 (2000): June 2000 More Issue