Articles
566 Documents
ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN JASA PELAYANAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA
Tukiyat, Tukiyat;
Nuryanto, Satyo;
Sundoro, Agung
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 13, No 2 (2012): December 2012
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29122/jstmc.v13i2.2576
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks kepuasan pelanggan (customer satisfaction index - CSI) yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai baseline bagi peningkatan pelayanan jasa TMC dan melakukan pemetaan kebutuhan dan harapan pelanggan.
REKOMENDASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WADUK/ DANAU PLTA DI INDONESIA MELALUI PEMANFAATAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA
Harsoyo, Budi;
Yananto, Ardila;
Athoillah, Ibnu;
Nugroho, Ari
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 16, No 2 (2015): December 2015
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1261.896 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v16i2.1046
Melalui program Sistem Inovasi Nasional (SINas) oleh Kementerian Ristek Dikti telah dilakukan inventarisasi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang ada di seluruh Indonesia melalui penyusunan sistem informasi waduk/danau PLTA berbasis webGIS, yang mampu menyajikan informasi mengenai lokasi, kondisi hidrologi dan cuaca serta karakteristik fisik catchment area untuk masing-masing lokasi PLTA. Dari hasil monitoring data curah hujan serta analisis data hidrologi di setiap lokasi PLTA, diketahui sekitar 80% PLTA yang ada di seluruh Indonesia (kecuali yang ada di wilayah Aceh dan Sumatera Utara) mengalami defisit air akibat berkurangnya curah hujan sejak bulan Mei â Agustus sebagai dampak fenomena El Nino kuat yang mempengaruhi iklim global pada tahun 2015. Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) telah banyak dimanfaatkan untuk menjaga ketersediaan air waduk/danau, baik untuk keperluan irigasi maupun PLTA. Output penelitian ini juga menghasilkan Peta Rencana Waktu Pelaksanaan TMC untuk Mitigasi Bencana Kekeringan di Indonesia dan Peta Rencana Waktu Pelaksanaan TMC untuk Pengisian Waduk/Danau PLTA di Indonesia.Kata Kunci: Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Sistem Informasi, Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC)=Through the National Innovation System (SINas) by the Ministry of Research Technology and Higher Education has conducted an inventory of Hydroelectric Power Plant which exist throughout Indonesia through the development of an information system reservoir / lake Hydroelectric Power Plant based WebGIS, which is able to present information about the location, hydrology and weather as well as physical characteristics of the catchment area for each location Hydroelecric Power Plant. From the results of the monitoring of rainfall data and analysis of hydrological data at each location Hydroelectric Power Plant, known to about 80% Hydroelectric Power Plant that exist throughout Indonesia (except in Aceh and North Sumatra) experienced water deficit due to reduced rainfall since the month of May to August as the impact Strong El Nino phenomena that affect the global climate in 2015. Weather Modification Technology (TMC) has been used to maintain the availability of water reservoirs / lakes Hydroelectric Power Plant, both for irrigation and hydropower. The output of this research also generates Execution Time Plan Map of TMC for Drought Mitigation in Indonesia and Execution Time Plan Map of TMC for filling Reservoir/ Lake Hydroelectric Power Plant in Indonesia.Keywords: Hydroelectric Power Plant, System Information, Weather Modification Technology (TMC)
ANALISIS CUACA SELAMA KEGIATAN TMC REDISTRIBUSI CURAH HUJAN
Mulyana, Erwin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 14, No 1 (2013): June 2013
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (115.381 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v14i1.2677
IntisariPada tanggal 26 Januari sampai dengan 27 Februari 2013 telah dilaksanakan penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk redistribusi curah hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Selama kegiatan tersebut fenomena ENSO dan IOD dalam kondisi normal. MJO menunjukkan adanya peningkatan aktifitas konvektif di wilayah Indonesia pada pertengahan hingga akhir bulan Februari 2013. Temperatur permukaan laut di perairan sekitar Jawa bagian barat sekitar 29-300C. Kelembagan udara pada level 850 mb sekitar 75-80%. Pertumbuhan awan umumnya berada di sebelah barat laut hingga barat daya Jakarta.AbstractApplication of weather modification has carried out to redistribute of precpitiaion over Jakarta and the surrounding during 26 January to 27 February 2013. During this period, ENSO and IOD was normal condition. The MJO shows that the convection enhanched over Indonesia region on mid to late February 2013. The sea surface temperature over west part of Java waters was 29-300C. The 850 mb relative humidity on February 2013 was 75-80%. Cloud development mainly over northwest to southwest of Jakarta,
KARAKTERISTIK INDEX U-3 PADA HARI-HARI DENGAN CURAH HUJAN LEBIH DARI 5mm PADA BEBERAPA DAERAH DI INDONESIA
Haryanto, Untung
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 1, No 2 (2000): December 2000
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (49.661 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v1i2.2127
Telah di bangun suatu indeks U-3 dari data sounding udara yang dapat digunakan untukmemberi gambaran kondisi lingkungan atmosfer dengan rata-rata curah hujan yang besardi Indonesia. Pengujian di Riamkanan (Kalimantan Selatan), Bandung (Jawa Barat), Malang (Jawa Timur), dan Soroako (Sulawesi Selatan) menunjukkan bahwa pada hari-hari dengan rata-rata curah hujan lebih besar dari 5mm, indeks U-3 menunjukkan nilai kurang dari 71, atau 70 persen dari total banyaknya kasus yang diteliti.Base on temperature and wind provile taken from soundimg data the U-3 index have beendeveloped and used it for predict the atmospheric environment potential for cumulus development. Base on 40 sounding cases and area rainfall more than 5 mm have strongrelationship to the low value of U-3, with different range depending on geographic position of sounding point.
THE SIMULATION OF CO- AND CROSS-POLAR CHARACTERS OF RAINFALL DROPLETS AND CHAFF
Aldrian, Edvin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 3, No 2 (2002): December 2002
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (12387.377 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v3i2.2166
The error analyses and simulations of the co- and cross-polar characters of chaff andrainfall have been done. Error analyses include the ZDR distribution, numbers ofscaterers, the orientation and shape dependence, the system DC bias, the channel gainimbalance and the quantification errors. There is no effect of number of scatterers on the noise. The orientation and shape dependence study indicates wider frequency distribution of ZDR from chaff is because of the chaffs needle shape. The orientation of chaff contributes insignificantly to noises The noises has been reduced considerably after eliminating system DC bias and gaining more channel balance. Further possible source of error is the quantification error in data analyses. LDR is more useful than ZDR when both chaff and rain are present. The result suggests a possibility of using chaffâs LDR in tracing air movement.Analisa error dan simulasi sifat co- dan cross-polar dari chaff dan butir -butir hujan telahdilakukan. Analisa error termasuk penyebaran ZDR, jumlah chaff atau bidang pemantul(scatterers), orientasi dan bentuk dari chaff, factor kesalahan DC, keseimbangan keduakanal pada radar dan factor kesalahan kuantitatif unit. Tidak ada sumbangan kesalahandari jumlah scatterers pada noise. Penelitian orientasi dan bentuk menunjukkan lebarnya penyebaran ZDR pada chaff karena bentuknya. Orientasi dari chaff tidak menyumbang factor kesalahan yang berarti. Noise telah dapat dikurangi hingga minimal setelah menghilangkan factor kesalahan system DC dan menyeimbangkan kedua kanal. Faktor kesalahan lainnya yang mungkin adalah kesalahan kuantitatif unit pada analisis data. LDR lebih berguna dari ZDR ketika kedua duanya yaitu chaff dan butir hujan berada. Hasil tersebut menyarankan kegunaan chaff LDR untuk pemantauan pergerakan udara.
ANALISIS KORELASI KERAPATAN TITIK API DENGAN CURAH HUJAN DI PULAU SUMATERA DAN KALIMANTAN
Prayoga, M. Bayu Rizky;
Yananto, Ardila;
Kusumo, Della Ananto
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 18, No 1 (2017): June 2017
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1084.932 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v18i1.2037
IntisariKebakaran hutan dan lahan merupakan bencana yang rutin terjadi di Indonesia. Pulau Sumatera dan Kalimantan menjadi wilayah yang paling sering dilanda kebakaran hutan dan lahan. Munculnya titik api di wilayah Sumatera dan Kalimantan mempunyai pola tersendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara spasial-temporal konsentrasi titik api di wilayah Sumatera dan Kalimantan serta korelasinya dengan curah hujan. Berdasarkan hasil pengolahan data titik api yang bersumber dari hasil perekaman citra MODIS (Satelit Terra & Aqua) tahun 2006-2015, didapatkan bahwa kerapatan titik api di Pulau Sumatera dan Kalimantan akan mencapai puncaknya pada bulan September. Wilayah yang memiliki konsentrasi titik api paling tinggi adalah Provinsi Riau dan Sumatera Selatan di Pulau Sumatera serta Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat di Pulau Kalimantan. Hasil pengolahan data curah hujan bulanan juga menunjukkan bahwa pada bulan September curah hujan di Pulau Sumatera dan Kalimantan mencapai nilai terendah dalam satu tahun, yaitu 25-150 mm/bulan. Selain itu, korelasi antara jumlah titik api dan curah hujan menunjukkan nilai korelasi yang cukup (R = 0,307) dengan pola hubungan yang negatif. Hasil pengolahan terhadap data historis titik api ini bisa menjadi acuan dalam kesiapan penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan yang sering terjadi di Pulau Sumatera dan Kalimantan.  AbstractForest fire is one of disasters that occur regularly in Indonesia. Sumatera and Borneo are regions with the most frequently hit by forest fires disaster through years. The emergence of hotspots in Sumatera and Borneo have it own patterns. This study aimed to figure hotspot density in Sumatera and Borneo spatial-temporally and their correlation with rainfall. Based on the results of data processing hotspots sourced from recording of MODIS satellite (Terra and Aqua) 2006-2015, it was found that the density of hotspots in Sumatra and Kalimantan will reach its peak in September. Riau and South Sumatera Province are the regions that has highest concentration of hotspots in Sumatera island, meanwhile Central Borneo and West Borneo Province become the regions that has highest concentration of hotspots in Borneo island. The processing of monthly rainfall data also shown that in September rainfall in Sumatra and Kalimantan reach its lowest level in a year, which is 25-150 mm/month. In addition, hotspot density and rainfall are correlated enough (R = 0,307). The results of the processing of historical hotspots data in this paper could become a reference for forest fires disaster management that often happens in Sumatera and Borneo.Â
ANALISIS CUACA PADA SAAT PELAKSANAAN PENYEMAIAN AWAN DI WADUK PLTA KOTA PANJANG BULAN APRIL - MEI 2013
Mulyana, Erwin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 15, No 1 (2014): June 2014
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (706.606 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v15i1.2655
ABSTRAKTelah dilakukan analisis cuaca selama pelaksanaan TMC pada bulan April dan Mei 2013 di Waduk PLTA Kota Panjang. Temperatur permukaan laut di daerah Nino 3.4 menunjukkan ENSO netral dengan temperatur rata-rata pada bulan April dan Mei 2013 antara 27.6 s.d 27.7 oC serta nilai anomaly antara -0.03 s.d -0.1 oC. Penjalaran MJO aktif yang menunjukkan terjadinya peningkatan aktifitas konvektif di wilayah Sumatra terjadi pada awal April dan akhir Mei 2013. Arah angin pada level gradient bertiup dari barat daya â barat laut dengan kecepaan 5-15 knot. Siklon Tropis Mahasen di utara Sumatera yang terjadi pada pertengahan bulan Mei berpengaruh terhadap berkurangnya hujan di daerah target. Kecepatan angin yang cukup tinggi di level 700-600 mb pada awal kegiatan mengakibatkan pertumbuhan awan di daerah target tidak berkembang dengan optimal. Dalam kondisi kelembaban rendah masih dijumpai pembentukan awan orografik di sepanjang pegunungan Bukit Barisan bagian barat DAS Waduk PLTA Kota Panjang.
MENGAPA HANYA SEDIKIT AWAN KONVEKTIF YANG TUMBUH DI ATAS DAERAH BANDUNG PADA PERIODE 10 DESEMBER 1999 S.D 04 JANUARI 2000?
Seto, Tri Handoko
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 1, No 1 (2000): June 2000
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (264.972 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v1i1.2106
Dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara ekstensif, Unit Pelaksana TeknisHujan Buatan BPPT melakukan penelitian teknologi modifikasi cuaca untuk antisipasibanjir. Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu musim basah (10 Desember s.d. 04 Januari 2000) di Bandung Jawa Barat dengan harapan dapat diperoleh data yang cukup banyak mengingat setiap data harus memenuhi criteria adanya awan konvektif dengan syarat-syarat tertentu. Akan tetapi dalam kenyataannya, dari 25 hari kerja efektif hanya diperoleh 6 (enam) data yang berarti hanya ada 6 (enam) hari yang dijumpai adanya pertumbuhan awan yang konvektif sesuai persyaratan minimal. Hal ini tentu menjadi pertanyaan yang perlu dijawab secara saintifik. Berdasarkan kajian data meteorologi secara Synoptic nampak bahwa sebenarnya massa udara yang masuk kedaerah target adalah massa udara basah setelah sebelumnya melewati Samudera Hindia. Massa udara ini memasuki wilayah Indonesia dengan membentuk konvergensi untuk kemudian bergerak menuju tekanan rendah di Utara dan Selatan Wilayah Indonesia. Awan-awan konvektif tumbuh didaerah target ketika terdapat depresi-depresi kecil disekitar Pulau Jawa.To develop its technology capability extensively, weather Modification Technical Service Unit (UPT Hujan Buatan) BPPT has done weather modification research forflood anticipation. This research was done on the wet season (December 10 1999 until January 04 2000) in Bandung West Java with hopefully that it be able to be gotten many data because every data has to require criteria existence of convective clouds with many requirements. But in the fact, from 25 effective days, there was only 6 (six) days that were met convective cloud growth according to minimum requirements. The question is what happened at that period? This article tries to answer that question scientifically. Synoptic meteorological data shown that wet air mass come into target area after blow through Hindia Ocean. Those wet air masses come into Indonesia region and form convergence and than blow to low pressure in both of North and South of Indonesia region. Convective clouds grew on the target when there were little depressions around Java Island.
THE SPECTRUM THRESHOLD FILTER METHOD FOR CHAFF AND RAIN
Aldrian, Edvin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 3, No 1 (2002): June 2002
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (440.183 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v3i1.2157
Polarization doppler radar observations of chaff and rain were conducted. At least in thevertical pointing case, the spectrum of chaff is much narrower than that of rain. In dataanalysis a new method of filtering chaff data from noise is used. This filter method, named the spectrum threshold filter method, was also applied for rain data for comparison. Instead of using the average power as in the conventional method this fil ter method utilizes the doppler spectral peak power. Consequently this filter method is able to detect a presence of even a single strong doppler velocity signals. Hence the performance of this filter is better with metallic strips, such as chaff, than raindrops. The variation of the filterâ s threshold will change significantly the filtered rainfall area but not the chaff one. The filter technique is also useful to detect a narrow but strong spectral data.Pengamatan hujan dan chaff dengan memakai radar dengan polarisasi doppler telahdilakukan. Paling tidak pada posisi tegak lurus, spektrum dari chaff lebih sempit daripada pada butir hujan. Dalam melakukan analisa data kita telah mengembangkan sebuah metoda filtering untuk memilah data chaff dari noise sekitarnya. Metoda filter ini, yang disebut metoda filter spectrum threshold, juga diterapkan pada data hujan sebagai perbandingan. Daripada memakai kekuatan rata-rata dengan metoda umumnya, metoda filter ini memakai puncak spektrum. Sehingga metoda filter ini dapat mendeteksi keberadaan dari hanya sebuah puncak kecepatan doppler dalam sinyal. Pada akhirnya kinerja metoda filter ini lebih baik untuk aplikasi pada pita-pita logam seperti chaff daripada butiran hujan. Variasi dari batas ambang (threshold) dari filter ini akan mengubah area hujan yang terfilter secara drastis tetapi tidak pada data chaff. Teknik filter ini juga berguna untuk mendeteksi spektrum doppler yang sempit tetapi kuat.
OBSERVASI PERTUMBUHAN AWAN DI DAS MAMASA SULAWESI BARAT DENGAN RADAR CUACA
Mulyana, Erwin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 12, No 2 (2011): December 2011
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (2289.723 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v12i2.2190
Telah dilakukan pengamatan awan di DAS Mamasa berdasarkan data X-band Mobile Radar untuk mengetahui karakteristik pertumbuhan awan di daerah tersebut. Pengamatan awan dilakukan pada saat kegiatan penyemaian awan tangal 21 Oktober - 19 November 2009. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan awan di DAS Mamasa dipengaruhi oleh proses orografik dan arah angin. Pada saat angin baratan, pertumbuhan awan terkonsentrasi di sisi bagian barat DAS Mamasa. Sebaliknya, pertumbuhan awan terkonsentrasi di sisi bagian timur DAS Mamasa ketika terjadi angin timuran.Study on the characteristic of cloud development at Mamasa catchment area is very important since the water supply for Bakaru hydro-electric power is highly depend on the rain fall over this area. During rain enhancement project on 21 October to 19 November 2009, convective clouds have been analized based on X-band mobile weather radar observation over Mamasa River catchment area. The observation result shows that cloud development in this area are influenced by orographic processes and wind direction. During westerly wind, the clouds developed over the western part of catchment area. On the contrary, the clouds were observed over the east side of cathment area during easterly wind.