cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics)
ISSN : 23033045     EISSN : 2503183X     DOI : -
Core Subject : Health, Education,
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) abbreviated IJND (p-ISSN 2303-3045 and e-ISSN 2503-183X) is a peer-reviewed scientific journal publishing updated research and non-research articles in the area of nutrition and dietetics. This journal is published three times annually (January, May, and September) by Alma Ata University Press in collaboration with Indonesian Nutrition Association (Persatuan Ahli Gizi Indonesia).
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "VOLUME 2, NOMOR 3, SEPTEMBER 2014" : 7 Documents clear
Ketahanan pangan rumah tangga berhubungan dengan stunting pada anak usia 6-23 bulan Masrin Masrin; Yhona Paratmanitya; Veriani Aprilia
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 2, NOMOR 3, SEPTEMBER 2014
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.129 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2014.2(3).103-115

Abstract

ABSTRACTBackground: Food is one of human basic needs. If it is not fullfilled, both in their number and quality in the individual and household level will disturb the achievement of the life quality that are health, active, and sustainable and able to rise various health and nutrition problems. Stunting in children 6-23 monthswas one of chronical nutrition problems that was caused by access and afford to the food still low.Objectives: To analyze the correlation between food security of the household and stunting incidence in children aged 6-23 months in Sedayu Subdistrict, Bantul, Yogyakarta.Methods: This was an observational study with case-control design. The samples of the study were 126 children aged 6-23 months, each for case, and control group. The samples were chosen by total sampling method. Data were analyzed by using univariate, bivariate, and multivariate. Statistic test in bivariate analysis used chi-square test and in multivariate analysis used logistic regression test.Results: Bivariate analysis showed that food security of the household had correlation with stunting incidence in children aged 6-23 months (p=0.04, OR=2.70, 95% CI:0.94-8.77). The confounding variable which had significant correlation with stunting incidence in children aged 6-23 months were mother height (p=0.00, OR=2.03, 95% CI:1.14-3.65) and low birth weigth history (p=0.03, OR=3.02, 95% CI:0.98-11.04). Multivariate analysis by controlling mother height and low birth weigth history in children aged 6-23 months,showed that household food security had correlation with stunting incidence in children aged their 6-23 months (p=0.05, OR=2.62, 95% CI:0.97-7.12).Conclusions: There was significant correlation between household food security and stunting incidence in children aged at their 6-23 months in Sedayu Subdistrict, Bantul, Yogyakarta.KEYWORDS: household food security, stunting, children aged in 6-23 monthsABSTRAKLatar belakang: Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, baik jumlah maupun mutunya pada tingkat individu dan rumah tangga akan mengganggu tercapainya kualitas hidup sehat, aktif, dan berkesinambungan serta dapat menimbulkan berbagai permasalahankesehatan dan gizi. Baduta stunting merupakan salah satu masalah gizi kronis yang disebabkan oleh akses dan keterjangkauan terhadap pangan masih rendah.Tujuan: Menganalisis hubungan ketahanan pangan rumah tangga dengan kejadian stunting pada balita usia 6-23 bulan di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta.Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan case-control. Sampel penelitian adalah baduta usia 6-23 bulan yang berjumlah 126 untuk masing-masing kelompok kasus dan kontrol dengan rasio 1:1. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Analisis data secarabertahap, yaitu analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Uji statistik bivariat menggunakan chi-square dan multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan ketahanan pangan rumah tangga berhubungan dengan kejadian stunting pada baduta usia 6-23 bulan (p=0,04, OR=2,70, 95% CI:0,94-8,77). Variabel luar yang berhubungan signifikan dengan kejadian stunting pada baduta usia 6-23 bulan yaitu tinggi badan ibu(p=0,00, OR=2,03, 95% CI:1,14-3,65) dan riwayat BBLR (p=0,03, OR=3,02, 95% CI:0,98-11,04). Hasil analisis multivariat dengan mengendalikan variabel tinggi badan ibu dan riwayat BBLR baduta menunjukkan ketahanan pangan rumah tangga berhubungan dengan kejadian stunting pada baduta usia 6-23 bulan (p=0,05, OR=2,62, 95% CI:0,97-7,12).Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara ketahanan pangan rumah tangga dengan kejadian stunting pada baduta usia 6-23 bulan di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta.KATA KUNCI: ketahanan pangan rumah tangga, stunting, baduta usia 6-23 bulan
Riwayat asupan energi dan protein yang kurang bukan faktor risiko stunting pada anak usia 6-23 bulan Rahmaniah Rahmaniah; Emy Huriyati; Winda Irwanti
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 2, NOMOR 3, SEPTEMBER 2014
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.593 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2014.2(3).150-158

Abstract

ABSTRACTBackground: Stunting was a chronic nutrition problem that still be a concern in the developing nations include Indonesia. The direct cause of stunting was infectious disease and inadequate food intake such as energy and protein deficiency. In Indonesia in 2010, the prevalence of stunting was 35.7%, inYogyakarta as much as 22.5%, in Bantul District in 2012 was 18.08% and in Sedayu Subdistrict was 30.51%.Objectives: To know the history of energy and protein intake as the risk factors of stunting in children of 6-23 months.Methods: This was an observational study with case-control design. The population were children aged 6-23 months who lived in Sedayu Subdistrict, Bantul. The measurement energy and protein intake used a semi-quantitative food frequency questionnaire and determination of stunting used the WHO standard anthro 2005. Samples were selected by total sampling approachment. Data was analyzed by chi-square and logistic regression test.Results: The result of bivariate analysis showed that birth weight and maternal height had significant association with stunting (p<0.05). While energy and protein intake did not associated with stunting. However, there was a tendency that children with less energy and protein intake had higher risk of stunting. Multivariate analysis showed that maternal height was the dominant variable effect on the prevalence of stunting (OR=2.06).Conclusions: Low energy and protein intakes were not risk factors of stunting in children 6-23 months. Maternal height was dominant variable that influenced the stunting incidence.KEYWORDS: energy intake, protein intake, stunting, childABSTRAKLatar belakang: Stunting merupakan masalah gizi kronis yang masih menjadi perhatian di negara berkembang termasuk Indonesia. Penyebab langsung stunting adalah penyakit infeksi dan asupan makanan yang tidak memadai seperti kurang energi dan protein. Di Indonesia pada tahun 2010 prevalensi stunting sebanyak 35,7%, di Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 22,5%, di Kabupaten Bantul tahun 2012 sebesar 18,08% dan Kecamatan Sedayu 30,51%.Tujuan: Untuk mengetahui riwayat asupan energi dan protein sebagai faktor risiko stunting pada anak usia 6-23 bulan.Metode: Jenis penelitian observasional dengan rancangan case-control. Populasinya seluruh anak usia 6-23 bulan yang ada di wilayah Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul. Pengukuran asupan energi dan protein dengan menggunakan semi-quantitative food frequency questionnaire dan penentuan stunting dengan menggunakan baku standar WHO anthro 2005. Cara pengambilan sampel adalah dengan total sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square dan regresi logistik. Hasil: Berat bayi lahir dan tinggi badan ibu menunjukkan hubungan signifikan dengan kejadian stunting (p<0,05), sedangkan riwayat asupan energi dan protein tidak berhubungan dengan stunting (p>0,05). Secara multivariat, tinggi badan ibu merupakan variabel yang dominan berpengaruh terhadap stunting(OR=2,06).Kesimpulan: Asupan energi dan protein yang kurang bukan merupakan faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan. Tinggi badan ibu merupakan variabel yang dominan berpengaruh terhadap kejadian stunting.KATA KUNCI: asupan energi, asupan protein, stunting, anak
Pola makan dan pantangan makan tidak berhubungan dengan kekurangan energi kronis pada ibu hamil Oktriyani Oktriyani; Muhammad Juffrie; Dewi Astiti
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 2, NOMOR 3, SEPTEMBER 2014
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.464 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2014.2(3).159-169

Abstract

ABSTRACTBackground: Chronic energy deficiency (CED) is a chronic malnutrition in calorie and protein that become a nutritional problem in pregnant women. Prevalence of CED in Indonesia in 2013 is 23.4% and Sedayu Subdistrict is 11.4%. Impact of CED in pregnant women is the risk of low birth weight and its relationship with increase chronic desease in the future. Dietary pattern and food taboo are factor risks of nutritional problem of pregnant women.Objectives: To analyze association between dietary pattern and food taboo with chronic energy deficiencies in pregnant women in Sedayu Subdistrict, Bantul,Yogyakarta.Methods: This was an observational study with cross sectional design with approachment in quantitative and qualitative. Qualitative method used focus group disscussion (FGD) with 14 CED and non CED in pregnant women. Samples were 201 pregnant women in Sedayu Subdisctrict that were collected by total sampling methods. This research was held in April until June 2014. Data were analyzed using univariate analysis (descriptive), bivariate (chi-square and Mann Whitney), and multivariate (multiple logistic regression). Intake of energy and carbohydrate was analyzed by using Nutrisurvey software.Results: Chi-square showed that there was no significant association between dietary pattern and food taboo with CED in pregnant women (p>0.05). A number of 17.91% pregnant women had the risk of CED, 20.99 % had less of source prime energy, and 20.22% had food taboo. Food taboo is food that rich in protein, vitamin and mineral (fruit and vegetable) and energy.Conclusions: There was no significant association between dietary pattern and food taboo with CED in pregnant women.KEYWORDS: dietary pattern, food taboos, pregnant women, chronic energy deficienciesABSTRAKLatar belakang: Kekurangan energi kronis (KEK) merupakan keadaan kekurangan zat gizi terutama energi dan protein yang masih menjadi masalah gizi pada ibu hamil. Prevalensi KEK di Indonesia tahun 2013 sebesar 23,4 % dan Kecamatan Sedayu sebesar 11,4% masih merupakan masalah kesehatan. Ibuhamil yang KEK berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah dan meningkatkan risiko penyakit kronis di masa depan. Pola makan dan pantangan makan merupakan salah satu faktor risiko dari masalah gizi ibu hamil.Tujuan: Mengetahui hubungan antara pola makan dan pantangan makan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta.Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berada di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul. Metode kualitatif dengan menggunakan focus group disscussion (FGD) kepada kelompok ibu hamil yang KEK dan tidak KEK yang berjumlah 14 orang. Penelitian kuantitatif menggunakan metode pengambilan sampel total sampling, yang berjumlah 201 orang ibu hamil. Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2014. Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat (deskriptif), bivariat (chi-square dan Mann Whitney) dan multivariat (regresi logistik). Data asupan energi dan protein dianalisis dengan menggunakan software Nutrisurvey.Hasil: Hasil uji chi-square menunjukkan tidak ada hubungan antara pola makan dan pantangan makan dengan kejadian KEK pada ibu hamil (p>0,05). Sebanyak 17,91% ibu hamil berisiko KEK, 20,99% diantaranya mempunyai pola makan pokok (nasi) yang kurang dan 20,22% masih mempunyai pantangan makan. Makanan yang dipantang yaitu makanan sumber protein, sumber vitamin dan mineral (buah dan sayur), dan bahan makanan sumber energi.Kesimpulan: Pola makan dan pantangan makan pada ibu hamil tidak berhubungan dengan kejadian KEK.KATA KUNCI: pola makan, pantangan makan, ibu hamil, KEK
Tingkat sosial ekonomi tidak berhubungan dengan kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil Indriany Indriany; Siti Helmyati; Bunga Astria Paramashanti
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 2, NOMOR 3, SEPTEMBER 2014
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.043 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2014.2(3).116-125

Abstract

ABSTRACTBackground: Chronic energy deficiency (CED) has been experienced in almost all countries, especially in developing countries such as Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilanka, and Thailand. There are several cause factors of CED, one of them is socioeconomic level such as education, employment, knowledge, and family income.Objectives: To analyze the relationship between socioeconomic level and CED in Sedayu Subdistrict, Bantul,Yogyakarta.Methods: This was an observational study with cross sectional design. Population were all pregnant women in Sedayu Subdistrict. Samples were selected by using total sampling methods with total sample 201 pregnant women. Data were analyzed by using univariate analysis (descriptive), bivariat (chi-square), and multivariat (multiple logistic regression).Results: There were no significant relationship between maternal education (p=0.167, RP=1.55, 95% CI:0.84-2.87), maternal employment (p=0.360, RP=1.33, 95% CI:0.72-2.44), maternal knowledge (p=0.892, RP=0.96, 95% CI:0.49-1.85) and CED in pregnant women at Sedayu Subdistrict. However, there was significant relationship between family income with CED in pregnant woman (p=0.004, RP=2.73, 95% CI:1.31-5.68). Multivariat analysis showed that there was significant relationship between family income with CED in pregnant women (R2=0.08, OR=3.22, 95% CI:1.28-8.11). Low family income had a 3.22 times higher chance to incidence of CED in pregnant women.Conclusions: Sosioeconomic status such as education, employment, knowledge did not associate with CED in pregnant women. However, there was significant association in family income of pregnant women with CED and non CED.KEYWORDS: chronic energy deficiency, maternal education, employment, maternal knowledge, family income ABSTRAKLatar belakang: Kurang energi kronis (KEK) dialami oleh hampir semua negara khususnya di negara-negara berkembang seperti Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilanka, dan Thailand. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi KEK pada ibu hamil adalah tingkat sosial ekonomi seperti pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga.Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara tingkat sosial ekonomi dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta.Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil yang ada di Kecamatan Sedayu. Pemilihan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel 201 ibu hamil. Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat (deskriptif), bivariat (chi-square), dan multivariat (regresi logistik).Hasil: Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu (p=0,17, RP=1,55, 95% CI:0,84-2,87), pekerjaan ibu (p=0,36, RP=1,33, 95% CI:0,72-2,44), dan pengetahuan ibu (p=0,83, RP=0,96, 95% CI:0,49-1,85) dengan kejadian KEK pada Ibu hamil. Namun demikian, terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan KEK ibu hamil (p=0,004, RP=2,73, 95% CI:1,31-5,68). Analisis multivariat menunjukkan bahwa pendapatan keluarga mempunyai hubungan dengan kejadian KEK pada ibu hamil (R2=0,08, OR=3,22, 95% CI:1,28-8,11), pendapatan keluarga yang rendah memiliki peluang 3,22 kali untuk mengalami kejadian KEK pada ibu hamil.Kesimpulan: Tingkat sosial ekonomi seperti pendidikan, pekerjaan, pengetahuan ibu tidak berhubungan dengan KEK pada ibu hamil, namun pendapatan keluarga memiliki hubungan yang bermakna secara signifikan antara ibu hamil KEK dan tidak KEK.KATA KUNCI: kurang energi kronis, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan keluarga
Praktik pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) bukan faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan Hildagardis M.E Nai; I Made Alit Gunawan; Esti Nurwanti
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 2, NOMOR 3, SEPTEMBER 2014
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.143 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2014.2(3).126-139

Abstract

ABSTRACTBackground: Stunting reflects a process of failure to reach linear growth potential as a result of suboptimal health or nutrition conditions. One of causal factors of stunting is inadequate of quality and quantity of complementary foods.Objectives: To identify complementary feeding practices such as introduction age of complementary foods, dietary diversity, and meal frequency as risk factors of stunting among children aged 6-23 months in Sedayu Subdistrict, Bantul, Yogyakarta.Methods: Study design was case-control with ratio (1:1). The study used both quantitative methods as well as case control design and qualitative through interview. Cases were children aged 6-23 months who had length for age z-score <-2SD. Controls were children aged 6-23 months who had length for age z-score ≥-2SD who live adjacent to the case. Data were analyzed by using univariable (descriptive), bivariable (chi-square test), and multivariable analysis (multiple logistic regression).Results: The result of bivariate analysis showed that introduction age of complementary foods (OR=1.07), dietary diversity (OR=1.17), and meal frequency (OR=1.69) were not risk factors of stunting. However, compared with high dietary diversity score, low dietary diversity score (≤2, 3, 4 food groups) associated with increased odds of being stunted among children aged 6-23 months (OR=2.24, 95% CI:1.00-5.01, OR=1.82, 95% CI:0.96-3.45, OR=1.66, 95% CI:0.81-3.46 respectively). The result of multivariate analysis showed that mother’s height (OR=1.86) and story of low birth weight (OR=3.23) were risk factors of stunting.Conclusions: Complementary feeding practices such as age introduction of complementary foods, dietary diversity, and meal frequency were not risk factors of stunting among children aged 6-23 months. Mother’s height and story of low birth weight were risk factors of stunting among children aged 6-23 months.KEYWORDS: stunting, nutritional intake, nutritional status, complementary foods ABSTRAKLatar belakang: Stunting merefleksikan kegagalan proses mencapai potensi pertumbuhan linear sebagai akibat dari kondisi kesehatan dan gizi yang tidak optimal. Salah satu penyebab kejadian stunting adalah kuantitas dan kualitas MP-ASI yang rendah.Tujuan: Untuk mengidentifikasi risiko praktik pemberian MP-ASI seperti usia pengenalan MP-ASI, keragaman MP-ASI, dan frekuensi MP-ASI dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta.Metode: Rancangan penelitian ini adalah kasus-kontrol dengan perbandingan 1:1 dan menggunakan pendekatan kuantitatif-kualitatif model concurrent embedded. Kasus adalah anak usia 6-23 bulan yang memiliki skor-z PB/U <-2SD. Kontrol adalah anak usia 6-23 bulan yang memiliki skor-z PB/U ≥-2SD yang tinggal berdekatan dengan kelompok kasus. Analisis data menggunakan analisis univariat (deskriptif), bivariat (uji chi-square) dan multivariat (uji regresi logistik berganda).Hasil: Analisis bivariat menunjukkan usia pengenalan MP-ASI (OR=1,07), keragaman MP-ASI (OR=1,17), dan frekuensi pemberian MP-ASI (OR=1,69) bukan faktor risiko kejadian stunting (p>0,05). Skor keragaman MP-ASI yang lebih rendah (kelompok makanan ≤2, 3, 4) berhubungan dengan peningkatan risiko kejadian stunting berturut-turut OR=2,24, 95% CI:1,00-5,01; OR=1,82, 95% CI:0,96-3,45; OR=1,66, 95% CI:0,81-3,46. Analisis multivariat menunjukkan faktor risiko kejadian stunting adalah tinggi badan ibu (OR=1,86) dan riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) (OR=3,23,).Kesimpulan: Praktik pemberian MP-ASI seperti usia pengenalan, keragaman, dan frekuensi pemberian MP-ASI bukan merupakan faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan. Faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan yang bermakna adalah tinggi badan ibu dan riwayat BBLR.KATA KUNCI: stunting, asupan makan, status gizi, MP-ASI
Faktor sosiodemografi dan tinggi badan orang tua serta hubungannya dengan kejadian stunting pada balita usia 6-23 bulan Nur Afia Amin; Madarina Julia
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 2, NOMOR 3, SEPTEMBER 2014
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.578 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2014.2(3).170-177

Abstract

ABSTRACTBackground: Stunting is linear growth disturbance indicated by the value of the z-score of TB/U less than -2 SD. There are various factors associated with the incidence of stunting. Social demographics such as low income, low parental education and the number of members in the household, also indirectly related to the incidence of stunting. Parental height is also associated with the incidence of stunting. Short mothers have the possibility of having short baby. The results of the study in Egypt showed that children born from mothers with the height of <150 cm have a higher risk to be stunted.Objectives: To determine whether sociodemographic factors and parental height were risk factors for the incidence of stunting in children aged 6-23 months in Sedayu Subdistrict, Bantul, Yogyakarta.Methods: The design used case-control study. The research was conducted in April-June 2014 in the Sedayu Subdistrict. Number of samples were 252 children aged 6-23 months. The instruments were a questionnaire to determine the identity of children, the identity of respondents, nutritional status, and sociodemographic data. Infantometer used to measure the length of the children body and microtoise to measure the height of parents. Bivariate analysis using chi-square and multivariate logistic regression test.Results: The prevalence of children stunting was 16.20%. Bivariate test showed that the height of mothers significantly associated with the incidence of stunting. Multivariate analysis showed that the most influential factors to the was maternal height, while variables of employment, education, income, expenditure, number of family members, and height of father did not show significant results.Conclusions: Maternal height were the risk factor for the incidence of stunting in children aged 6-23 months in Sedayu Subdistrict, but sociodemographic were not.KEYWORDS: stunting, sociodemographic, parental heightABSTRAKLatar belakang: Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang ditunjukkan dengan nilai skor-z TB/U kurang dari -2SD. Terdapat berbagai macam faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting. Faktor sosial demografi , meliputi pendapatan yang rendah, pendidikan orang tua yang rendah, dan jumlah anggota dalam rumah tangga secara tidak langsung juga berhubungan dengan kejadian stunting. Tinggi badan orang tua juga berkaitan dengan kejadian stunting. Ibu yang pendek memiliki kemungkinan melahirkan bayi yang pendek pula. Hasil penelitian di Mesir menunjukkan bahwa anak yang lahir dari ibu dengan tinggi badan <150 cm memiliki risiko lebih tinggi untuk tumbuh menjadi stunting.Tujuan: Mengetahui faktor sosiodemografi dan tinggi badan orang tua sebagai faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 6–23 bulan di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta.Metode: Desain penelitian adalah case-control. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Kecamatan Sedayu. Besar sampel yang diambil sebesar 252 balita usia 6-23 bulan. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner untuk mengetahui identitas balita, identitas responden, status gizi balita, dan data sosiodemografi. Infantometer digunakan untuk mengukur panjang badan balita dan microtoise untuk mengukur tinggi badan orang tua. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square dan multivariat menggunakan uji regresi logistik.Hasil : Dalam penelitian ini diketahui prevalensi kejadian stunting di Kecamatan Sedayu sebesar 16,20%. Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu tinggi badan ibu (p=0,01) menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap kejadian stunting. Hasil uji multivariat membuktikan bahwa variabel yang paling berpengaruh dengan stunting yaitu tinggi badan ibu. Variabel pekerjaan, pendidikan, pendapatan dan pengeluaran, jumlah anggota keluarga, dan tinggi badan ayah tidak menunjukkan hasil yang bermakna terhadap kejadian stunting.Kesimpulan: Faktor sosioemografi bukan merupakan faktor risiko kejadian stunting, namun tinggi badan ibu merupakan faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 6-23 bulan di Kecamatan Sedayu, Bantul,Yogyakarta.KATA KUNCI: stunting, sosiodemografi , tinggi badan orang tua
Tingkat asupan energi dan ketersediaan pangan berhubungan dengan risiko kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil Yanuarti Petrika; Hamam Hadi; Detty Siti Nurdiati
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 2, NOMOR 3, SEPTEMBER 2014
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.451 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2014.2(3).140-149

Abstract

ABSTRACTBackground: Chronic energy deficiency (CED) is one of nutritional problems in pregnant women. One of the causes is inadequate energy and protein in food consumption, and low household food availability.Objectives: To know association between energy and protein intakes, food availability with CED in pregnant women in Sedayu Subdistrict, Bantul, Yogyakarta.Methods: This was an observational study with cross sectional design. This study was conducted in Sedayu Subdistrict, Bantul, Yogyakarta from March to May 2014 and 201 pregnant women were selected as samples by using total sampling methods. Independent variable was the level of energy intake, protein,and food availability while the dependent variable was the risk of CED in pregnant women. Data were collected by direct interview with questionnaire and direct measurement of mid upper arm circumference (MUAC) with MUAC tape. Data were then analyzed by using univariable analysis (descriptive), bivariable(chi-square), and multivariable (multiple logistic regression).Results: Bivariable test showed a significant association between level of energy intake (OR=3, 95% CI:1.3-6.8) and food availability (OR=2.9, 95% CI:1.1-7.1) with the risk of CED in pregnant women in Sedayu Subdistrict. However, no significant association between level of protein intake and the risk of CED (OR=2.1, 95% CI: 0.9-5.1). In multivariable analysis, level of energy intake had the strongest association with the risk of CED.Conclusions: There was associaton between level of energy intake and food availability with the risk of CED in pregnant women. However, there was no association between level of protein intake and the risk of CED in pregnant women.KEYWORDS: chronic energi deficiency, pregnant women, intake of energy intake of protein, food availabilityABSTRAKLatar belakang: Kekurangan energi kronis (KEK) merupakan salah satu masalah gizi yang terjadi pada ibu hamil. Salah satu penyebab KEK adalah konsumsi makan yang tidak cukup mengandung energi dan protein serta ketersediaan pangan keluarga yang kurang.Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara tingkat asupan energi, tingkat asupan protein, dan ketersediaan pangan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta.Metode: Desain penelitian ini adalah cross sectional yang dilakukan di Kecamatan Sedayu Bantul pada bulan Maret hingga Mei 2014. Populasi adalah seluruh ibu hamil di Kecamatan Sedayu yang diambil dengan metode total sampling dan didapatkan 201 orang. Variabel bebas yaitu tingkat asupan energi,protein, dan ketersediaan pangan, sedangkan variabel terikat adalah risiko KEK pada ibu hamil. Data diambil dengan wawancara langsung menggunakan software kuesioner Commcare dan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dengan pita LILA. Data dianalisis dengan analisis univariabel (deskriptif), bivariat (chi-square), dan multivariat (regresi logistik berganda).Hasil: Analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat asupan energi (OR=3, 95% CI:1,3-6,8) dan ketersediaan pangan (OR=2,9, 95% CI:1,1-7,1) dengan risiko KEK pada ibu hamil. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat asupan protein dengan risiko KEK (OR=2,1, 95% CI:0,9-5,1). Pada analisis multivariat, tingkat asupan energi memiliki hubungan paling kuat dengan risiko KEK dibandingkan dengan variabel lainnya.Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat asupan energi dan ketersediaan pangan dengan risiko KEK pada ibu hamil. Namun tidak terdapat hubungan antara tingkat asupan protein dengan risiko KEK pada ibu hamil.KATA KUNCI: kekurangan energi kronis, ibu hamil, asupan energi, asupan protein, ketersediaan pangan

Page 1 of 1 | Total Record : 7