cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 08537291     EISSN : 24067598     DOI : -
Core Subject : Science,
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences (IJMS) is dedicated to published highest quality of research papers and review on all aspects of marine biology, marine conservation, marine culture, marine geology and oceanography.
Arjuna Subject : -
Articles 743 Documents
Cluster Management to Prevent Transmision of White Spot Syndrome Virus in Extensive Giant Tiger Shrimp Farming (Manajemen Klaster Tambak Udang Windu Untuk Mencegah Penularan Virus White Spot Syndrome) Arief Taslihan; Bambang Sumiarto; Kamiso H Nitimulyo
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 18, No 4 (2013): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.418 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.18.4.231-238

Abstract

Telah dilakukan kajian terhadap efektifitas managemen model klaster dengan tambak non-udang sebagai tambak penyanggah untuk mencegah transmisi penyakit bercak putih viral (WSSV) pada budidaya udang windu skala tradisional. Kajian dilakukan di tambak udang tradisional di wilayah kabupaten Demak, provinsi Jawa Tengah. Penelitian dilakukan pada lima petak tambak perlakuan dan tujuh petak tambak sebagai kontrol. Tambak udang pada kelompok perlakuan menerapkan sistem klaster, yaitu tambak dikelilingi dengan petak berisi ikan sebagai komponen biosekuriti untuk mencegah penularan WSSV dari tambak sekitarnya. Tambak kontrol tidak menggunakan petak non-udang sebagai komponen biosekuriti, dan dikelola dengan teknologi yang biasa dilakukan oleh pembudidaya setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tambak yang dikelilingi dengan tambak non-udang dapat dipanen dalam waktu pemeliharaan 105,6±4,5 hari lebih lama secara nyata dibanding tambak kontrol yang dipanen pada hari ke 60,9±16,0 karena wabah penyakit, sintasan (survival rate) yang diperoleh adalah 77,6±3,6 %, lebih besar secara nyata dibandingkan kontrol yang hanya 22,6±15,8 %, serta produksi udang 425,1±146,6 kg.ha-1 jauh lebih tinggi dibandingkan kontrol yang hanya 54,5±47,6 kg.ha-1. Pada kajian tersebut tambak non-udang ditebari dengan tilapia dan kakap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan Better Management Practices (BMP) dengan cara tambak udang dalam model klaster yang dikelilingi dengan tambak non-udang terbukti efektif mencegah penularan WSSV dari tambak tradisional sekitarnya. Kata kunci: budidaya udang tradisional, windu, biosekuriti, manajemen klaster  White spot syndrome virus (WSSV) has become epidemic in Indonesia and affecting shrimp production lost in shrimp farm. Virus has transmitted from one to other ponds, mostly by crustacean, but more often transmit through water from affected pond. A cluster model, consist of two and three ponds surrounded by non-shrimp growing pond as biosecurity has developed. The model aim to prevent white spot virus transmission in giant shrimp extensive pond. The study was conducted in two sites at Demak district, Central Java province. Cluster consist of three shrimp ponds in site I, and cluster consist of two shrimp ponds, each surrounded by non-shrimp growing ponds. As control we also compare to 5 extensive shrimp ponds in site I and other three shrimp grow out ponds in site II, with neither no cluster system nor surrounded by non-shrimp pond as biosecurity. Result of the study shown that cluster of shrimp ponds surrounded  by non-shrimp pond harvested at DOC 105,6±4,5 days significantly longer than that of control that harvested at 60,9±16,0 days because of outbreak, survival rate at 77,6±3,6 %, significantly higher than that of control at 22,6±15,8 % and shrimp production of 425,1±146,6 kg.ha-1 significantly higher than that of control at 54,5±47,6 kg.ha-1. These results suggest that implementation of Better Management Practices (BMP) by arranging shrimp ponds in cluster and surrounding by non-shrimp ponds proven effectively prevent WSSV transmission from traditional shrimp ponds in surrounding area. Keywords: extensive shrimp pond, giant tiger prawn, biosecurity, cluster management
Pengaruh Pemberian Berbagai Kombinasi Pakan Alami pada Induk Udang Windu (Penaeus monodon Fab.) Terhadap Potensi Reproduksi dan Kualitas Larva Haryati Haryati; Zainuddin Zainuddin; Muchlis Syam
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 15, No 3 (2010): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.738 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.15.3.163-169

Abstract

Percobaan dilakukan untuk mendeterminasi pengaruh berbagai kombinasi pakan alami terhadap penampilan reproduksi induk udang windu (Penaeus monodon Fab.) local (dari perairan Siwa) dan membandingkan potensi reproduksi induk udang windu local dengan yang berasal dari Aceh.  Pakan percobaan terdiri dari 50% cumi-cumi dan 50% cacing laut (D1), 30% cumi-cumi, 30% cacing laut dan 40% kerang (D2) , 30% cumi-cumi, 30% cacing laut dan 40% rajungan (D3) serta kombinasi antara cumi-cumi, cacing laut, kerang dan rajungan masing-masing 25% (D4). Potensi reproduksi dievaluasi berdasarkan fekunditas dan daya tetas telur, sedangkan kualitas larva dievaluasi berdasarkan tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan dari stadia nauplii-1 ke stadia zoea-1. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa  fekunditas, daya tetas dan pertumbuhan larva yang berasal dari induk yang diberi pakan kombinasi antara cumi-cumi (50%) dan cacing laut (50%) adalah yang paling tinggi, diikuti oleh cumi-cumi (30%), cacing laut (30%) dan kerang (40%).  Tingkat kelangsungan hidup larva tidak dipengaruhi oleh pakan yang pakan percobaan.  Potensi reproduksi dan kualitas larva induk udang windu local dan yang berasal dari Aceh yang diberi pakan yang sama yaitu 50% cumi-cumi dan 50% cacing laut nampak identik.Kata kunci: Induk udang windu, kombinasi pakan, penampilan reproduksi. Experiments were conducted to determined the effect of various natural diet combination on reproductive performance of local prawn (Penaeus monodon Fab.) broodstock (from Siwa waters) and  to comparing  the potential reproduction of local and Aceh prawn broodstock.  Experimental diet  consisted of 50% squid and 50% sea worm (D1), 30% squid, 30% sea worm and 40% mussels (D2), 30% squid, 30% sea worm and 40% swimming crab (D3), and combination between squid,  sea worm, mussels and swimming crab 25% for each other  (D4). The potential reproduction  were evaluated based on the fecundity and  hatchability,  and larval quality were evaluated based on survival rate and growth from nauplii-1 to zoea-1.  The research indicated that fecundity, hatchability and growth of larvae from broodstock fed combination between squid (50%) and sea worm (50%) diet was higher and following by broodstock fed combination between  squid (30%), sea worm. (30%) and mussels (40%).   Survival rate of larvae not affected by the test diets.  Identical  reproduction potential and larvae quality of local and Aceh prawn broodstock with the same food combination (50%) squid and sea worm  (50%) was showed. Key words: Black tiger broodstock,diet combination, reproductive performance.
Genesa Air Tanah Asin Pada Akifer Dalam di Daerah Pesisir Jakarta Berdasarkan Analisis Isotop Oksigen dan Hidrogen Theopila Listyani; Baskoro Rochaddi
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 7, No 1 (2002): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (558.909 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.7.1.43-50

Abstract

Keberadaan air tanah asin di daerah pesisir Jakarta seringkali dianggap sebagai akibat adanya intrusi air laut pada akifer airtanah. Kandungan isotop oksigen dan hidrogen contoh airtanah yang didukung oleh data TDS airtanah, kondisi geologi dan hidrogeologi dianalisis untuk mengetahui genesa airtanah asin di daerah penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa : Airtanah asin pada Akifer II merupakan air konat. khususnya yang berada di utara garis pantai purba 4.500 tahun lalu. Airtanah yang terletak an tara garis pantai 4.500 dan 40.000 tahun yang lalu merupakan air konat yang sudah dipengaruhi recharge lokal. Sedangkan airtanah yang terletek di selatan garis pantai 40.000 tahun lalu merupakan air konat yang bercampur dengan airtanah yang telah mengalami evolusi.Kata kunci: airtanah asin, lsotop, air konet, evolusi.  Saline groundwater in coastal area of jakarta oftenly belived as a result of sea water intrusion to groundwater aquifer. Oxygen dan hydrogen isotope composition together with data on TDS, geology and hydrogeology have been analyzed to understand the origin of saline groundwater in the research area. Result of this analysis shows that: Saline groundwater in Aquifer II is connate water, especially in the north of paleo coast line of 4,500 years ago. Groundwater between paleo coast line of 4,500 and 40.000 years ago is connate water which has been mixed with local recharge. Whereas, groundwater in the south of paleo coast line of 40,000 years ago is connate water which has been mixed with evolutionary groundwater.Keywords: saline groundwater, isotope, connate water, evolution. 
Cacing Endoparasit Ikan Jeruk (Abalistes stellatus) dari Panfai Pekalongan Desrina Desrina
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 12, No 4 (2007): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (702.807 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.12.4.233-238

Abstract

 Informasi cacing endoparasit ikan di Indonesia masih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profll cacing endoparasit ikan jeruk (Abalistes atellatus), salah satu jenis ikan konsumsi yang banyak ditangkap di perairan Pekalongan. Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan Agustus 2001. Jumlah ikan jeruk yang diperiksa adalah 30 ekor, yang merupakan hasil tangkapan nelayan tradisional dan dipasarkan dalam keadaan segar di Tempat Pelelangan Ikan Batang dan Pekalongan. Pengamatan dilakukan dengan memeriksa organ organ dalam dan mata ikan satu persatu dibawah mikroskop. Parasityang ditemukan diawetkan dalam alkohol 70%. Parasit diidentirikasi pada waktu masih hidup dan setelah diawetkan. Semua ikan yang diperiksa terinfeksi cacing endoparasit. Cacing yang ditemukan terdiri atas 12 spesies Nematoda yaitu Anisakis simplex, Anisakis sp, Porrocaecum sp, Pseudoanisakis sp, Raphidascaris sp, Contracaecum sp, Camallanus sp, Procamallanus sp, Cucullanus sp, Philometra sanguinea, Philometra sp, Gnathostoma hispidium, dan I spesies Acanthocephala Acanthocephalus lucii. Parasit cacing paling banyak jenisnya ditemukan pada saluran pencernaan, diikuti oleh mesenteri dan rongga tubuh, hati, gonad dan dalam rongga mata. Prevalensi infeksi parasit yang tertinggi adalah Anisakis sp yaitu 80%. Intensitas per spesies cacing yang ditemukan relatif rendah berkisar 0,1- 5,85 ekor/ikan. Infeksi cacing tidak mempengaruhi berat gonad (r=-0,064, p<0,01) dan faktor kondisi ikan jeruk (r=0,0354, p<O,OI). jumlah cacing cendrung meningkat dengan bertambahnya berat ikan (r=0,476, p<0,05).Kata kuncl: cacing, endoparasit, ikan jeruk Information on endoparasitic helminths offish in Indonesia is very scanty. The objective of this research was to determine endoparasitic helminthes of trigger fish (Abalistes stellatus) from Pekalongan coast. A total of 30 trigger fish were examined during period April to August 2001. Fresh fish caught by traditional fishermen were obtained from Pekalongan and Batang fish auction. Each of internal organs and eyes cavity were examined for its worm under microscope. Worms found were preserved in 70% alcohol and identified alive as well as after being preserved. All offish examined were infected by worm. Parasites found consisted of 12 species of nematodes namely Anisakis simplex, Anisakis sp, Pseudoaniakis sp Porrocaecum sp, Raphidascaris sp, Contracaecum sp, Camallanus sp, Procamallanus sp, Cucullanus sp, Philometra sanguinea, Philometra sp, Gnathostoma hispidium, and I species Acanthocephala Acanthocephalus lucii. The most infected organs is alimentary tracts, followed by mesentery and body cavity, liver, gonad and eye cavity. Anisakis sp had the highest prevalence (80%). Intensity of each worm species was relatively low, range from 0,1- 5,85 worms/ fish. Worm infection did not affect the gonad weight (r=-0,064, p<0,0\) and fish condition factor (r=0,0354, p<0,01). The number of worms that infects trigger fish tended to increase as the fish weight increase (r=0,476, p<0,05). Key words : helminths, endoprasites, trigger fish
Rumput Laut Jenis Lokal dan Jenis Pendatang di Paparan Terumbu Karang Pulau Pari Jakarta Utara Achmad Kadi
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 14, No 1 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (16.053 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.14.1.1-5

Abstract

Rumput laut yang terdapat di paparan terumbu karang Pulau Pari terdiri dari 2 populasi yaitu jenis lokal dan pendatang. Jenis lokal berasal dari dangkalan Sunda (Indomalaya) dan jenis pendatang berasal dari dangkalan Sahul (Indoaustralis). Metode penelitian yang digunakan survey acak yang dilakukan pada garis transek dengan kuadrat dan koleksi jenis. Identiffkasi jenis lokal dan pendatang berdasarkan monografi, biogeografi jenis rumput laut dari dangkalan Sunda dan Sahul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, kepadatan jenis lokal dan pendatang. Rumput laut yang diperoleh 31 jenis lokal sebanyak 2.214 individu dan 15 jenis pendatang sebanyak 1.435 individu. Dominasi jenis lokal diduduki oleh Gelidium rigidumdan pendatang Padina japonica. Jenis pendatang belum berpengaruh sebagai jenis invasi terhadap jenis lokal.   Kata kunci : Rumput laut, jenis lokal, jenis pendatang, Pulau Pari.
Phylogenetic Analysis of the Darkfin Hind, Cephalopholis urodeta (Serranidae) Using Partial Mitochondrial CO1 Gene Sequences (Analisis Filogenetik Cephalopholis urodeta (Serranidae) Menggunakan Runutan Gen CO1 Mitokondria Parsial) Yanti Ariyanti; Achmad Farajallah; Irma Shita Arlyza
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 20, No 1 (2015): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.879 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.20.1.38-44

Abstract

Cephalopholis merupakan salah satu genera terbesar dalam subfamili Epinephelinae yang memiliki banyak species. Secara fenotip, C. urodeta dewasa mirip dengan juvenil C. sonnerati karena memiliki ciri mencolok yaitu garis yang menyudut pada sirip ekor. Untuk memahami hubungan genetik pada spesies ikan ini, maka dilakukan analisis molekuler menggunakan ruas gen CO1. Sejumlah spesies ikan (famili Serranidae) dikumpulkan dari wilayah Sulawesi Selatan seperti Sinjai dan Kepulauan Selayar. Karakter fenotip diidentifikasi menggunakan buku katalog spesies kerapu dunia FAO, kemudian sampel yang diduga C. urodeta secara morfologi dipisahkan. Jaringan yang digunakan sebagai sumber DNA adalah jaringan otot bagian dorsal. Berdasarkan sebagian runutan gen CO1, diyakini bahwa sampel tersebut adalah C. urodeta. Runutan basa nukleotida dari sampel dibandingkan dengan 22 runutan basa nukleotida C. urodeta dari GenBank. Berdasarkan rekonstruksi pohon filogeni, C. urodeta dari Sinjai dan Kepulauan Selayar mengelompok dengan C. urodeta dari berbagai tempat seperti Polynesia, Mariana Utara, Filipina, pulau-pulau di sekitar Madagascar (Ouest, St. Gilles, Canyon, Cimetiere, Jaune) dan Adaman, sedangkan sampel dari Laut Arab di lepas pantai India berada pada cabang yang terpisah. Penelitian ini menyatakan bahwa C. urodeta yang melibatkan beberapa tempat dari berbagai perairan seperti Samudera Pasifik bagian Selatan (Polynesia), Samudera Pasifik bagian Utara (Northern Mariana), Laut China Selatan (Filipina), Teluk Bengal (Andaman), Laut Laccadive (reunion of Ouest, St. Gilles and Cimetiere), Laut Arab dan Indo Pasifik Barat (Indonesia) memiliki perbedaan jarak genetik yang kecil. Hal ini berimplikasi pada pemahaman pola migrasi spesies tersebut dan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan konservasi. Kata kunci: Cephalopholis urodeta, CO1, filogenetik, Serranidae, Sulawesi Selatan Cephalopholis is one of the largest genera belonging to Subfamilly Epinephelinae, which has various species. Phenotypically, an adult C. urodeta similar to a juvenile of C. sonnerati, since both of them have a striking trait, two white oblique stripes or bands on the caudal fins. This work was conducted to investigate the genetic relationships of this species using CO1 gene segment. Fish were collected from several sampling point in South Sulawesi areas such as Sinjai and Selayar Island. The phenotypic characterizations were identified using the FAO species catalogue of groupers of the world, and the species that seemed to have C. urodeta morphology then separated. Tissue samples from dorsal muscle tissue were used as the source of DNA. Using part of the CO1 gene sequence, it can be confirmed that our samples are exactly C. urodeta species. The 22 C. urodeta sequences from GeneBank compared with our sequences. Interestingly, because based on the phylogenetic tree, our sequences clustered with the other C. urodeta sequences from several part of the world except the Arabian Sea off the coast of India, which is a separate branch. The present study reveals less genetic distance in C. urodeta than some other parts of the ocean as follows; South Pacific Ocean (Polynesia), North Pacific Ocean (Northern Mariana), South China Sea (Philippines), Andaman, west coast of Réunion Island, Arabian Sea and Indo West Pacific (Indonesia). This has implications for understanding the migration pattern of the species and may affect conservation policy decisions. Keywords: Cephalopholis urodeta, CO1, phylogenetics, Serranidae, South Sulawesi
Tracing Sewage Contamination in Urban Tropical Coastal Waters Tony Bachtiar
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 11, No 4 (2006): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.794 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.11.4.221-226

Abstract

Umumnya masyarakat kurang memberikan perhatian terhadap kontaminasi limbah (cair) domestik di perairan pantai perkotaan. Hal ini karena terutama karena kontaminasi limbah domestik umumnya dilaporkan tidak terdeteksi. Pemanfaatan bio-indikator untuk mendeteksi kontaminasi limbah di perairan pantai perkotaan mempunyai permasalahan karena tekanan lingkungan. Untuk dapat memahami dengan lebih baik kontaminasi limbah domestik di perairan pantai perkotaan tropis, 48 sampel sedimen permukaan dasar perairan dansampel air diambil pada musim Timur (Juli 1997) dan musim Barat (Pebruari 1998). Koprostanol, fecal sterol, telah dianalisis untuk mengetahui kontaminasi limbah domestik di perairan pantai perkotaan tropis. Analisis mencakup: a) kandungan koprostanol, b) karakteristik sedimen, dan c) coliform bacteria. Hasil analisis menunjukanbahwa pemanfaatan koprostanol dapat dengan jelas menunjukkan bahwa perairan pantai Semarang terkontaminasi limbah domestik, dimana bila menggunakan bio-indikator fecal coliform tidak terdeteksi.Kata kunci: pantai, kontaminasi, koprostanol, dan limbah domestik.Most people give less attention on sewage contamination in urban coastal waters. It is mainly because sewage contamination in coastal waters mostly was reported not detected. Using bio-indicator for detectingsewage contamination in urban coastal waters has problems because of the environmental stress. To better understand of sewage contamination in urban tropical coastal waters, 48 surface bottom sediment and watersamples of Semarang coastal waters were collected during East monsoon (July 1997) and West monsoon (February 1998). Coprostanol, a fecal sterol, had been analyzed to understand the sewage contamination inurban tropical coastal waters. The analyses included: a) coprostanol contain, b) sediment characteristics, and c) coliform bacteria. The results show that by using coprostanol it was clearly defined that Semarang coastal waters was contaminated by sewage, which by using bio-indicator, fecal coliform, could not be detected.Key words: coastal, contamination, coprostanol, and sewage.
Isolation and Identification of Protease Enzyme Producing Bacteria from Fermentation of Gonad Sea Urchin (Echinothrix calamaris) Siani La Jamaludin; Johanis Fritzgal Rehena; Cecilia Anna Seumahu; Dominggus Rumahlatu
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 23, No 4 (2018): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (652.56 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.23.4.187-198

Abstract

Bekasang of gonad sea urchin is one of the traditional fermentation products which generally involves microorganism spontaneous fermentation. Fermented paste products have a long shelf life and are processed quite easily using protease enzymes. Good exploration of producing protease from bakasang is needed to obtain the protease enzyme-producing microorganism with different characters. The method used in this research is screening with clear zone, measuring the activity of crude extract of protease enzyme characterization of bacteria through gram staining. Identification of potential microorganisms through 16S rRNA sequence. The results showed that there were eight isolates of protease enzyme-producing bacteria (G1, G2, G3, G4, G5, G6, G7, and G8) indicated by clear zones around single-colonic bacterial streaks. Only five bacterial isolates (G1, G4, G6, G7, and G8) were tested for the enzyme activity. These isolates have characteristics of positive gram bacteria. The interpretation of the results of molecular analysis using PCR and BLASTN sequences of 16S rRNA gene from five bacterial isolates, showed the identity of bacteria as: G1 was Staphylococcus piscifermentans strain CIP103958 with 99% similarity; Isolate G4 was Staphylococcus saprophyticus strain ATCC 15305 with 99% similarity; Isolate G6 was Staphylococcus condimenti F-2 strain with 99% similarity; Isolate G7 was Bacillus amyloliquefaciens subsp. plantarum strain FZB42 with 99% similarity; And G8 isolates was Lactobacillus plantarum strain JCM 1149 with 99% similarity.
Morfologi dan Anatomi Cumi-Cumi Loligo duvauceli yang Memancarkan Cahaya Esti Rudiana; Delianis Pringgenies
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 9, No 2 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.716 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.9.2.96-100

Abstract

Setiap makhluk hidup di alam harus mempunyai strategi agar dapat lulus hidup dan strategi tersebut berbedabeda untuk setiap individu. Salah satu strategi cumi-cumi dalam mempertahankan diri dengan cara memancarkan cahaya, oleh karena itu ada beberapa jenis cumi-cumi yang memiliki organ cahaya. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji morfologi dan anatomi cumi-cumi Loligo duvauceli yang dapat memancarkan cahaya. Pemecahan masalah dalam penelitian ini dilakukan melalui aspek cumi-cumi yang ditangkap langsung darilait Jepara dan dianalisis morfologi dan anatominya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis cumi-cumi yang memancarkan cahaya di perairan Jepara dan sekitarnya adalah Loligi duvauceli yang memiliki sepasang organ cahaya menempel pada dorso-lateral kantung tinta. Organ cahaya cumi berbentuk bulat, sebagian terdapat pada permukaan dan sebagian terbenam pada dinding kantung tinta. Organ cahaya terdiri atas lensa yang terletak pada permukaan luar kantung tinta, dan kantung organ cahaya (terbenam pada dinding kantung tinta) yang mempunyai saluran penghubung kantung dengan rongga mantelKata kunci: cumi-cumi (Loligo duvauceli), morfologi, anatomi, organ cahayaEvery organism in nature has a strategy in order to survive and that strategy may be deferent on each organism. Squids escape from predators by emitting lights; therefore, squids have to develop an organ in order to be able to emit light. Squids were collected from Jepara water and adjacent, the observation was done by analyzing of morphology and anatomy of squid. Results from identification of squids live in Jeparawaters and the adjacent is Loligo duvauceli. This species has a pair of light organs attached at the dorsalateral of the ink sac. The light organ of the squid has a rounded shape, which is partly emerge on the surfaceand the other part was submerge in the wall of the ink sac. Light organ consists of a lens situated on the outer part of the ink sac and it has a connecting canal to the mantel holeKey words : squid (Loligo duvauceli), morphology, anatomy, light organ
Distribusi Vertikal Gerombolan Ikan pada Perairan Pantai Sekitar Mangrove di Desa Bahoi, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara Wilhelmina Patty
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 13, No 3 (2008): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.35 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.13.3.153-158

Abstract

Untuk memperjelas pemahaman hubungan antara tingkah laku ikan dengan faktor lingkungan maka dibuat penelitian akustik di perairan pantai sekitar hutan mangrove di desa Bahoi, Kabupaten Minahasa Utara. Tiga transek dilakukan dalam tiga periode waktu yang berbeda untuk menyatakan variasi spatial temporal dari distribusi gerombolan ikan. Pada saat yang sama diamati juga faktor lingkungan dan dilakukan operasi penangkapan ikan dengan Gill Net. Data kedalaman masing-masing gerombolan ikan yang dideteksi dengan fish finder dianalisa frekwens ipenyebarannya pada masing-masing tingkat kedalaman perairan. Data dan hasil analisa menunjukan bahwa distribusi vertikal gerombolan ikan bervariasi secara temporal yang terhubung dengan, suhu air permukaan dan pasang surut. Kata kunci: Distribusi vertikal, gerombolan ikan, Mangrove, kabupaten Minahasa Utara

Filter by Year

2001 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 30, No 3 (2025): Ilmu Kelautan Vol 30, No 2 (2025): Ilmu Kelautan Vol 30, No 1 (2025): Ilmu Kelautan Vol 29, No 4 (2024): Ilmu Kelautan Vol 29, No 3 (2024): Ilmu Kelautan Vol 29, No 2 (2024): Ilmu Kelautan Vol 29, No 1 (2024): Ilmu Kelautan Vol 28, No 4 (2023): Ilmu Kelautan Vol 28, No 3 (2023): Ilmu Kelautan Vol 28, No 2 (2023): Ilmu Kelautan Vol 28, No 1 (2023): Ilmu Kelautan Vol 27, No 4 (2022): Ilmu Kelautan Vol 27, No 3 (2022): Ilmu Kelautan Vol 27, No 2 (2022): Ilmu Kelautan Vol 27, No 1 (2022): Ilmu Kelautan Vol 26, No 4 (2021): Ilmu Kelautan Vol 26, No 3 (2021): Ilmu Kelautan Vol 26, No 2 (2021): Ilmu Kelautan Vol 26, No 1 (2021): Ilmu Kelautan Vol 25, No 4 (2020): Ilmu Kelautan Vol 25, No 3 (2020): Ilmu Kelautan Vol 25, No 2 (2020): Ilmu Kelautan Vol 25, No 1 (2020): Ilmu Kelautan Vol 24, No 4 (2019): Ilmu Kelautan Vol 24, No 3 (2019): Ilmu Kelautan Vol 24, No 2 (2019): Ilmu Kelautan Vol 24, No 1 (2019): Ilmu Kelautan Vol 23, No 4 (2018): Ilmu Kelautan Vol 23, No 3 (2018): Ilmu Kelautan Vol 23, No 2 (2018): Ilmu Kelautan Vol 23, No 1 (2018): Ilmu Kelautan Vol 22, No 4 (2017): Ilmu Kelautan Vol 22, No 3 (2017): Ilmu Kelautan Vol 22, No 2 (2017): Ilmu Kelautan Vol 22, No 1 (2017): Ilmu Kelautan Vol 21, No 4 (2016): Ilmu Kelautan Vol 21, No 3 (2016): Ilmu Kelautan Vol 21, No 2 (2016): Ilmu Kelautan Vol 21, No 1 (2016): Ilmu Kelautan Vol 20, No 4 (2015): Ilmu Kelautan Vol 20, No 3 (2015): Ilmu Kelautan Vol 20, No 2 (2015): Ilmu Kelautan Vol 20, No 1 (2015): Ilmu Kelautan Vol 19, No 4 (2014): Ilmu Kelautan Vol 19, No 3 (2014): Ilmu Kelautan Vol 19, No 2 (2014): Ilmu Kelautan Vol 19, No 1 (2014): Ilmu Kelautan Vol 18, No 4 (2013): Ilmu Kelautan Vol 18, No 3 (2013): Ilmu Kelautan Vol 18, No 2 (2013): Ilmu Kelautan Vol 18, No 1 (2013): Ilmu Kelautan Vol 17, No 4 (2012): Ilmu Kelautan Vol 17, No 3 (2012): Ilmu Kelautan Vol 17, No 2 (2012): Ilmu Kelautan Vol 17, No 1 (2012): Ilmu Kelautan Vol 16, No 4 (2011): Ilmu Kelautan Vol 16, No 3 (2011): Ilmu Kelautan Vol 16, No 2 (2011): Ilmu Kelautan Vol 16, No 1 (2011): Ilmu Kelautan Vol 15, No 4 (2010): Ilmu Kelautan Vol 15, No 3 (2010): Ilmu Kelautan Vol 15, No 2 (2010): Ilmu Kelautan Vol 15, No 1 (2010): Ilmu Kelautan Vol 14, No 4 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 14, No 3 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 14, No 2 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 14, No 1 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 13, No 4 (2008): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 13, No 3 (2008): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 13, No 2 (2008): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 13, No 1 (2008): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 12, No 4 (2007): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 12, No 3 (2007): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 12, No 2 (2007): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 12, No 1 (2007): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 11, No 4 (2006): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 11, No 3 (2006): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 11, No 2 (2006): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 11, No 1 (2006): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 10, No 4 (2005): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 10, No 3 (2005): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 10, No 2 (2005): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 10, No 1 (2005): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 9, No 4 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 9, No 3 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 9, No 2 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 9, No 1 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 7, No 3 (2002): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 7, No 2 (2002): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 7, No 1 (2002): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 6, No 4 (2001): Jurnal Ilmu Kelautan More Issue