cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
Kandai
ISSN : 1907204X     EISSN : 25275968     DOI : -
Kandai was first published in 2005. The name of Kandai had undergone the following changes: Kandai Majalah Illmiah Bahasa dan Sastra (2005) and Kandai Jurnal Bahasa dan Sastra (2010). Since the name of journal should refer to the name that was registered on official document SK ISSN, in 2016 Kandai started publish issues with the name of Kandai (refer to SK ISSN No. 0004.091/JI.3.02/SK.ISSN/2006 dated February 7th, 2006, stating that ISSN 1907-204X printed version uses the (only) name of KANDAI). In 2017, Kandai has started to publish in electronic version under the name of Kandai, e-ISSN 2527-5968.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 16, No 1 (2020): KANDAI" : 10 Documents clear
IKLAN POLITIK DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH BALI 2018: KAJIAN SEMIOTIKA (Political Advertisement of Bali Election: Semiotic Study) Sang Ayu Putu Eny Parwati
Kandai Vol 16, No 1 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i1.1406

Abstract

Penggunaan bahasa pada ranah politik sebagai sarana kampanye bertujuan untuk mempromosikan tokoh politik. Bahasa iklan politik biasanya berisi ungkapan dalam bentuk kalimat imperatif dan deklaratif. Selain itu, iklan politik juga menampilkan tanda-tanda nonverbal yang mengandung mitos yang berkembang di dalam masyarakat. Penelitian ini mengungkap masalah makna tanda pada iklan politik Pilkada Bali 2018 melalui kajian semiotika Ronald Barthes. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan secara lugas makna tanda verbal dan nonverbal pada iklan politik pada Pilkada Bali 2018. Metode yang digunakan adalah metode simak dengan didukung oleh teknik rekam dan catat. Kajian ini menemukan bahwa pesan tanda verbal dan konvensi-konvensi yang ditampilkan pada iklan pilkada 2018 yang ditulis oleh berbagai elemen masyarakat, baik sebagai pendukung pasangan calon maupun lembaga formal di Bali pada umumnya memiliki makna yang hampir sama, yakni bertolak dari sosiokultural dan sosioreligius masyarakat Bali pada umumnya, seperti penggunaan BS, BJK, dan aksara Bali yang pada intinya harapan yang ingin dicapai adalah kedamaian dan keharmonisan Bali pada umumnya. Pada sisi yang lain, makna tanda nonverbal dalam bentuk ilustrasi, logo, warna, dan tokoh yang memiliki kekuatan makna masing-masing yang bersumber pada mitos yang masih dipercaya oleh masyarakat Bali hingga saat ini, seperti tradisi Pengerebongan, warna putih, merah, dan hitam sebagai perlambangan warna dalam Trimurti, serta tokoh pahlawan nasional.The use of language in the political realm as a means of campaigning aims to promote political figures. The language of political advertising usually contains expressions in the form of imperative and declarative sentences. In addition, political advertising also displays nonverbal signs that contain myths that develop in society. This study revealed the problem of the meaning of the sign in the 2018 Bali regional election political advertising through the study of Roland Barthes's semiotics. The aim to be achieved in this research is to describe the meaning of verbal and nonverbal signs in political advertisements explicitly in the 2018 Bali regional election. The method used is the referral method supported by recording and recording techniques. This study found that the verbal signs and conventions displayed in the 2018 regional election advertisement written by various elements of society, both as supporters of the candidate pairs and formal institutions in Bali in general have almost the same meaning, namely from the sociocultural and socioreligious Balinese community in general, such as the use of BS, BJK, and Balinese script which is essentially the hope to be achieved is Balinese peace and harmony in general. On the other hand, the meaning of nonverbal signs in the form of illustrations, logos, colors, and characters who have the power of their respective meanings are based on myths that are still believed by the Balinese to this day, such as the tradition of Pengerebongan, white, red, and black as color symbolization in Trimurti, as well as national hero figures.
IDENTIFIKASI AHOK DAN PESAN SATIRE DALAM CERPEN “KORUPTOR KITA TERCINTA” KARYA AGUS NOOR (Identification of Ahok’s Character and Satire Message in The Short Story “Our Beloved Corruptors” by Agus Noor) Chafit Ulya
Kandai Vol 16, No 1 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i1.1797

Abstract

Lahirnya sebuah karya sastra tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial, budaya, ataupun politik yang melingkupinya karena sastra merupakan mimesis kehidupan. Dalam menyikapi persoalan korupsi, Agus Noor dalam karya cerpennya menghadirkan dimensi lain, yakni realitas korupsi dan aktor politik yang ada di dalamnya dengan muatan humor satire yang khas. Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini ialah mendeskripsikan dan menjelaskan (1) indentifikasi sosok Ahok dalam cerpen KKT karya Agus Noor; (2) pesan satire dalam cerpen KKT karya Agus Noor.Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah deskriptif-kualitatif dengan pendekatan mimesis sastra. Sumber data berupa buku kumpulan cerpen Lelucon Para Koruptor. Data diambil dengan teknik rekam-catat untuk selanjutnya dianalisis dengan model analisis interaktif. Dari hasil kajian, dihasilkan simpulan bahwa (1) Tokoh utama dalam cerpen KKT memiliki identifikasi yang erat dengan sosok Ahok. Identifikasi tersebut didasarkan pada peristiwa yang dialami tokoh dalam cerita dengan realitas Ahok serta melalui karakter keras, lugas, berani, dan bicara ceplas-ceplos apa adanya. (2) Pesan satire dalam cerpen digunakan sebagai media kritik oleh pangarang terhadap realitas korupsi yang dilakukan para koruptor. Pesan satire digunakan oleh pangarang sebagai media alternatif dalam menyampaikan kritik tentang korupsi melalui guyonan “asem” yang segar nan miris.An art work is strongly related to social context, culture, or politic because it reflects the condition of life. For example, in responding corruption problem, Agus Noor in his literary works shows other dimensions such as the reality of corruption and political actors involved inside with the touch of a unique satire humor. The main purpose of this study was to describe and explain (1) the identification of Ahok’s character in the short story “Koruptor Kita Tercinta” (KKT) by Agus Noor; (2) the satire message in short story KKT by Agus Noor. The method used in this study was  descriptive-qualitative method with the main data source was taken from the short story collection  entitled Jokes of The Corruptors. The data were taken by using “recording-noting” technique to be further analyzed using analysis-interactive model. From the study, there were some conclusions: (1) the main character in the short story jokes of the corruptors has a strong identification with Ahok. That identification was based on the  act experienced by the main character in the story which was compared with the reality and also through some characteristics described such as assertive, straightforward, to be brave, and to speak frankly. (2) The satire message contained in the short story was used as the media of critic by the author toward the corruption reality in Indonesia. Satire message was used by the author as an alternative way in conveying critics on corruption in a fresh and ironic way.
MEMORIZING PROPAGANDA OF EQUALITY IN NGULANDARA AND KIRTI NDJOENJOENG DRADJAT, NOVELS OF BALAI POESTAKA (Mengingat Kembali Propaganda Kesetaraan dalam Novel-Novel Balai Poestaka, Ngulandara dan Kirti Ndjoenjoeng Dradjat) Yohanes Adhi Satiyoko
Kandai Vol 16, No 1 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i1.1410

Abstract

Equality of men is a great issue to maintain every country all the time. Indonesia is one of them which should struggle to maintain it so far. Fictional work is one of the aesthetical means to support it. The way of struggle can be memorized through the time of independence era in fictional works of Balai Poestaka publisher. Javanese language novels, Ngulandara and Kirti NdjoendjoengDradjat are two literary works published by BalaiPoestaka that were written in the dominance times of Balai Poestaka activities as commission for people’s reading in Dutch colonial era in Indonesia (Dutch Indies). Kepriyayian (nobility) was the theme of Ngulandara (1936) and Kirti NdjoendjoengDradjat(1924) novels. As seen from propaganda point of view, ideologically the portrayal of priyayi (nobleman) was analogy symbol of Dutch colonial government that ruled social system. Ngulandara and Kirti Njunjung Drajat showed a “struggle” through literary works as portrayed in wong cilik (Javanese: lower class people) who struggled against the existence of the authorities. The struggle emerged in the way of wong cilik behaved intellectually, morally, even mannerly better than the nobles (priyayi). This research used the theory of literature and propaganda using a sociological approach. Those oppositional relationships between deconstruction nobles and the raise of wong cilik in the field of intellectual, moral, and manner show the propaganda of equality of men through the voice of Jasawidagdo and Margana Djajaatmadja.Kesetaraan manusia merupakan isu besar yang harus selalu dijaga di setiap negara. Indonesia adalah salah satu negara yang harus tetap berjuang menjaga isu tersebut. Karya fiksi berfungsi sebagai salah satu peranti estetis untuk mendukung isu tersebut. Cara memperjuangkan isu tersebut ialah dengan mengingat kembali masa kemerdekaan melalui penerbit Balai Poestaka. Novel-novel berbahasa Jawa, Ngulandara dan Kirti Ndjoendjoeng Dradjat ialah dua karya sastra yang diterbitkan oleh Balai Poestaka yang ditulis pada waktu dominasi Balai Poestaka sebagai komisi bacaan rakyat di era kolonial Belanda di Indonesia (Hindia Belanda). Kepriyayian merupakan tema novel Ngulandara (1936) dan Kirti Njoendjoeng Dradjat (1924). Dilihat dari sudut pandang propaganda, penggambaran priyayi merupakan analogi simbol pemerintah kolonial Belanda yang berkuasa mengatur sistem sosial kemasyarakatan. Ngulandara dan Kirti Ndjoendjoeng Dradjat menunjukkan sebuah “perjuangan” melalui karya sastra seperti digambarkan melalui wong cilik yang berjuang melawan kemapanan penguasa. Perjuangan tersebut muncul dengan cara wong cilik tersebut bertindak secara intelektual, bermoral, bahkan bersikap lebih terhormat daripada para priyayi. Penelitian ini menggunakan teori sastra dan propaganda dengan pendekatan sosiologi. Relasi oposisional antara dekonstruksi priyayi dan bangkitnya wong cilik dalam ranah intelektual, moral, dan sikap menunjukkan propaganda kesetaraan manusia melalui suara Jasawidagdo dan Margana Djajaatmadja.  
ELEMENTARY SCHOOL TEACHERS ABILITY IN WRITING INDONESIAN LANGUAGE SENTENCES STRUCTURE (Kemampuan Guru Sekolah Dasar dalam Menulis Struktur Kalimat Bahasa Indonesia) Apri Damai Sagita Krissandi
Kandai Vol 16, No 1 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i1.1260

Abstract

This research aims to describe the Mahakam Ulu District elementary school teachers ability in writing sentence structure of Indonesian language. This research is adescriptive qualitative research. The subject of this study consisted of 20 elementary school teachers in Mahakan Ulu District. The data were collected by surveys. The instrument was in the form of an instruction to make three sentences with structure of: 1) S-P-O; 2) S-P-O-K; 3) K-S-P-O. The data validity was obtained trough triangulation. The results show that the writing ability of teachers in Mahakam Ulu, East Kalimantan is still lacking. This can be seen from the conformity of the sentences produced with the instructions given. The sentences that correspond to the instructions are 36.7%, while the percentage of sentences that do not correspond to the instructions is 63.3%. The instruction is to make sentences with S-P-O, S-P-O-K, and K-S-P-O patterns. Sentences correspond to the S-P-O pattern are 55%, while the percentage of sentences that do not correspond to the S-P-O pattern is 45%. The sentences correspond to the S-P-O-K pattern are 30%, while the sentences that do not correspond to the S-P-O-K pattern are 70%. The sentences correspond to the K-S-P-O pattern are 25%, while the sentences that do not correspond to theK-S-P-O pattern are 75%. Errors made by teachers are: 1) errors in objectfunction; 2) errors in adverbfunction; 3) errors in complementfunction; and 4) errors in punctuations, prepositions, and dictions.Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan menulis guru SD Kabupaten Mahakam Ulu dalam menulis struktur kalimat bahasa Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitiatif deskriptif. Strategi pengumpulan data menggunakan survei. Subjek penelitian ini terdiri atas 20 orang guru SD Kabupaten Mahakan Ulu. Instrumen penelitian berupa soal. Instrumen soal berupa perintah membuat tiga kalimat dengan struktur: (1) S-P-O; (2) S-P-O-K; (3) K-S-P-O. Keabsahan data diperoleh dengan menggunakan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menulis guru-guru Mahakam Ulu, Kalimantan Timur masih tergolong kurang. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian kalimat-kalimat yang diproduksi dengan instruksi yang diminta. Kalimat yang sesuai instruksi sebanyak 36,7%, sedangkan persentase kalimat yang tidak sesuai dengan instruksiberjumlah 63,3%. Persentase kesesuaian kalimat dengan pola (1) adalah 55%, sedangkan kalimat yang tidak sesuai dengan pola sebanyak 45%; persentase kesesuaian kalimat yang sesuai dengan pola (2) adalah 30%, sedangkan yang tidak sesuai adalah 70%; persentase kesesuaian kalimat yang sesuai dengan pola (3) berjumlah 25%, sedangkan yang tidak sesuai berjumlah 75%. Kesalahan yang dilakukan para guru meliputi kesalahan fungsi objek, kesalahan fungsi keterangan, kesalahan fungsi pelengkap, dan 4) kesalahan tanda baca, kata depan, dan diksi.
MAKIAN BAHASA WAKATOBI DIALEK KALEDUPA (Invective Wakatobi Language Kaledupa Dialect) NFN Susiati
Kandai Vol 16, No 1 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i1.1413

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan jenis makian bahasa Wakatobi dialek Kaledupa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan menggunakan metode observasidengan teknik observasi partisipatif moderat, teknik rekam, dan teknik catat. Data dianalisis secara deskriptif sesuai dengan teori makianWijana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis makian bahasa Wakatobi dialek Kaledupa ada lima belas, yakni (1) makian yang bertalian dengan agama/kepercayaan; (2) makian yang bertalian dengan gaib; (3) makian yang bertalian dengan kelamin; (4) makian yang bertalian dengan bagian tubuh; (5) makian yang bertalian dengan fungsi tubuh; (6) makian yang bertalian dengan bentuk tubuh; (7) sinonim kata bodoh; (8) makian yang bertalian dengan nama binatang; (9) makian yang bertalian dengan nama orang dungu; (10) makian yang bertalian dengan kekerabatan; (11) makian yang bertalian dengan profesi rendah; (12) makian yang bertalian dengan suku/etnis; (13) makian yang bertalian dengan  asal daerah terpencil; (14) makian yang bertalian dengan benda abstrak; (15) makian yang bertalian pada penyakit yang menjangkiti subjek. Berbagai jenis makian tersebut ditemukan dalam bentuk piranti linguistik seperti kata, frasa, dan bentuk gramatikal.This study aimed to describe the inverse type of Wakatobi Kaledupa dialect. This research was a qualitative research. Data were collected using observation methods with moderate participatory observation techniques, recording techniques, and note taking techniques. Data were analyzed descriptively according to Wijana's. The results showed that there were fifteen types of Wakatobi language dialects in the dialect, namely (1) invective related to religion/belief; (2) invective related to unseen; (3) invective related to sex; (4) invective relating to parts of the body; (5) invective relating to bodily functions; (6) invective relating to body shape; (7) synonym for the word stupid; (8) invective relating to the name of the animal; (9) invective relating to the name of an ignorant person; (10) invective related to kinship; (11) invective relating to low professions; (12) invective related to ethnicity; (13) invective relating to the origin of remote areas; (14) invective relating to abstract objects; (15) invective related to a disease that affects the subject. Various types of invective are found in linguistic devices such as words, phrases, and grammatical forms. 
SUBJEK PSIKOTIK DALAM CERPEN “KELUARGA M” KARYA BUDI DARMA (Psychotic Subjects in The Short Story “Keluarga M” by Budi Darma) Galih Pangestu Jati
Kandai Vol 16, No 1 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i1.1989

Abstract

Penelitian ini bertujuan menjelaskan pergerakan subjek dalam cerpen “Keluarga M”. Selain itu, penelitian ini juga melihat subjektivitas Budi Darma. Adapun objek material yang digunakan di dalam penelitian ini adalah cerpen “Keluarga M” karya Budi Darma, sedangkan teori yang digunakan adalah teori mengenai subjek dan gaze atau tatapan yang dikembangkan oleh tokoh post-marxist, Slavoj Žižek. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Adapun hasil dari penelitian ini adalah subjek di dalam cerpen “Keluarga M” karya Budi Darma terus mengalami pergerakan. Ia terus-menerus berusaha untuk keluar dari dimensi simbolik dan sosial dan usaha ini pun berhasil. Subjek pun sempat mengalami lack dan mencoba untuk meraih yang imajiner. Akibatnya, subjek sempat mengalami sinis, yakni sadar melakukan hal yang salah, tetapi tetap ia lakukan. Selanjutnya, pada satu saat, subjek sempat masuk dalam momen kosong dan menjadi subjek psikotik karena bisa berjarak terhadap dimensi simbolik dan sosial. Namun, subjek hanya mampu bergerak sampai di situ, ia tidak mampu melakukan tindakan radikal apa pun. Subjek malah kembali kepada dimensi simbolik dan sosial. Kemudian, subjektivitas Budi Darma tampak dari kegagalannya dalam membentuk subjek radikal dan hanya membentuk subjek psikotik.This study aimed to explain the movement of the subject in a short story. In addition, this study also looked at the subjectivity of Budi Darma. The material object used in this study is the short story "Keluarga M" by Budi Darma, while the theory used is a theory about the subject and gaze developed by a post-marxist figure, Slavoj Žižek. The method used in this research is qualitative method. The results of this study showed that the subject in the short story "Keluarga M" by Budi Darma continues to experience movement. He constantly tried to get out of the symbolic and social dimensions and this effort was successful. The subject also had experienced lack and tried to reach the imaginary. As a result, the subject had experienced cynicism, which was conscious of doing the wrong thing, but still he did. Furthermore, at one time, the subject had entered in an empty moment and became a psychotic subject because it could be distance from the symbolic and social dimensions. However, the subject was only able to move there, he was unable to carry out any radical actions. The subject instead returns to the symbolic and social dimensions. Then, Budi Darma's subjectivity appeared from his failure to form a radical subject and only formed a psychotic subject.
NASKAH MANTRA PENGOBATAN: SUNTINGAN, KRITIK, DAN EDISI TEKS (Manuscript of Medication Mantra: Editing, Criticism, and Text Edition) Dede Hidayatullah
Kandai Vol 16, No 1 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i1.985

Abstract

Naskah Mantra Pengobatan (MP) merupakan naskah yang memuat pengobatan baik secara herbal ataupun dengan bacaan, mantra, azimat, dan rajah. Naskah MP ini dimiliki secara perorangan oleh Abu Najib di Teluk Selong Martapura, Kalimantan Selatan. Penyalinan dan penyuntingan teks naskah pengobatan harus dilakukan seteliti mungkin sehingga tidak terjadi penambahan atau pengurangan kalimat-kalimat yang disajikannya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif pada bidang filologi. Data penelitian ini adalah naskah MP yang dimiliki oleh Abu Najib. Penelitian ini membahas suntingan teks dan kritik teks dengan menggunakan edisi standar untuk mendapatkan naskah yang terbebas dari kesalahan dalam penyalinan naskah. Penelitian ini bertujuan  menguraikan suntingan teks dan mengulas kesalahan dalam penyalinan naskah terdapat dalam naskah MP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada tiga buah kesalahan yang ditemukan dalam naskah MP berupa lakuna (lacunae), substitusi (substitution), dan adisi. Kesalahan penyalinan dalam naskah MP ini dapat dibagi dua, yaitu kesalahan dalam pengantar pengobatan dan kesalahan dalam isi pengobatan. Kesalahan dalam pengantar pengobatan yang tidak menyebabkan perubahan makna ini berupa substitusi, sedangkan kesalahan dalam isi yang bisa menyebabkan perubahan makna dan menyebabkan hilangnya daya magis mantra berupa lakuna dan adisi. Kesalahan dalam isi ini bisa mengubah makna.Manuscript of Medication (Mantra Pengobatan; MP) is a manuscript containing herbal medication, mantra, spells, amulets, and rajah (tattoo). This manuscript is privately owned by Abu Najib in Teluk Selong, Martapura, South Kalimantan. The medication manuscript must go through careful text copying and editing; it keeps the sentences on the manuscript from addition or omission. This is a qualitative  philology study.. The data of this study comes from MP manuscripts owned by Abu najib. This study discusses text editing and criticism by using standard edition to get free of errors in the copying process of the manuscript. The objective of this study is to describe text editing and review errors from the copying process of the text of the MP manuscript. The result shows that there are three kinds of errors found in the MP mansucript, namely, lacunae, substitution, and addition. There are two copy errors of this MP manuscript, namely errors in the introduction part of medication and errors in the content part of medication. Errors in the introduction part of medication that do not change the meaning are in the form of substitution, while errors in content that may change the meaning and make the loss of magical power of mantra are in the form of lacunae and addition. Errors in the content may change the meaning.
KEMAMPUAN SINTAKSIS ANAK TUNA RUNGU: STUDI KASUS EZRA (The Syntactic Ability of A Child with Listening Disability: A Case Study of Ezra) Pipiet Palestin Amurwani
Kandai Vol 16, No 1 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i1.1470

Abstract

 Bahasa sebagai instrumen komunikasi berperan dalam menyampaikan pesan dari penutur kepada petuturnya. Salah satu faktor yang mendukung lancarnya komunikasi menggunakan bahasa adalah susunan kalimat atau sintaksis yang benar. Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan sintaksis Ezra setelah menjalani terapi wicara selama satu tahun. Subyek penelitian adalah seorang anak berusia tujuh tahun dengan gangguan pendengaran berat (kanan 95 dB, kiri 85 dB), bernama Ezra.  Data diperoleh dengan cara merekam dan mencatat ujaran-ujaran yang diucapkan Ezra. Data berupa ujaran dianalisis menggunakan teori sintaksis bahasa Indonesia oleh Chaer (2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ezra dapat mengungkapkan keinginan, kemampuan, dan kesukaannya menggunakan pola kalimat dasar S+Adverbial+P, S+Adverbial+P+O, dan S+P+O. Dalam mengungkapan aktivitas yang sudah dia lakukan, Ezra menggunakan pola yang terbalik antara predikat dan adverbial “sudah”. Ezra belum bisa merespon pertanyaan dengan benar. Ini dapat dilihat dari jawaban yang diberikan tidak relevan dengan pertanyaan. Dalam mengungkapkan pertanyaan, Ezra cenderung menggunakan kata benda sebagai pengganti kata kerja.Language as an instrument of communication plays a role in conveying messages from speakers to their listeners. One of the factors that support the smooth communication using language is the correct sentence structure or syntax. This paper aims to describe the syntactic abilities of Ezra after undergoing speech therapy for one year. The study subjects were a 7-year-old child with severe hearing loss (right 95 dB, left 85 dB), named Ezra. Data obtained by recording and recording utterances uttered by Ezra. Data in the form of speech are analyzed using the syntactic theory of Indonesian Chaer (2009). The results showed that Ezra could express his desires, abilities, and preferences using basic sentence patterns S + Adverbial + P, S + Adverbial + P + O, and S + P + O. In expressing the activities that he has done, Ezra uses an inverse pattern between predicate and adverbial "sudah". Ezra hasn't been able to respond to questions correctly. This can be seen from the answers given that are not relevant to the question. In expressing the question Ezra tends to use nouns instead of verbs.
PENANDA KALA ABSOLUT DALAM BAHASA MAKASSAR (Absolute Tense Markers in Makassarese Language) NFN Mustafa
Kandai Vol 16, No 1 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i1.1152

Abstract

Bahasa Makassar, sebagaimana bahasa daerah di Sulawesi Selatan pada umumnya, juga mengenal penanda kala yang digunakan dalam percakapan sehari-hari oleh masyarakat pendukungnya. Penelitian ini membahas kala absolut dalam bahasa Makassar, khususnya mengenai ciri-ciri kala, identifikasi bentuk kala, dan makna yang diungkapkan.  Tujuan penelitian memperoleh deskripsi yang memadai tentang pernyataan kala absolut dalam bahasa Makassar, yang diungkapkan secara leksikal, beserta makna yang dikandung oleh pernyataan kala absolut tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan beberapa tahapan, yaitu (1) pengumpulan data dengan menerapkan teknik wawancara langsung dan seterusnya dengan narasumber kemudian mencocokan dengan bahasa yang dikuasai oleh peneliti sebagai penutur bahasa Makassar, lalu merekam dan mencatat hasil wawancara tersebut, (2) pengolahan data, pertama-tama dilakukan transkripsi data dari bahasa lisan ke bahasa tulis, lalu diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan makna yang dikandungnya, dan (3) tahap penganalisisan data. Data yang sudah dikumpulkan dianalisis dengan menerapkan teknik distribusi untuk menguji keterangan letak antara leksem yang satu dengan leksem yang lainnya, berdasarkan waktu yang ditunjukkan. Sumber data diperoleh dari bahasa lisan dan bahasa tertulis. Bahasa lisan diperoleh dari narasumber (informan) dan bahasa tertulis yang diperoleh dari hasil penelitian dan buku-buku yang relevan dengan penelitian ini sebagai sumber acuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanda kala absolut dibentuk dari adverbia temporal yang dinyatakan dalam bentuk leksikal.The language of Makassarese, as well as regional language in South Sulawesi in general, also recognizes the markers used in conversations by the support community. This study discusses the absolute tense in Makassar language, especially regarding the characteristics of tense, tense identification, aspect, and modalities; as well as form, and meaning expressed. The purpose of this study to obtain an adequate description of the absolute tense makers in Makasarese language, which is expressed lexically, along with the meaning contained in the absolute tense markers. This research uses descriptive method with several techniques. (1) Data is collected by recording the direct interview with language informant then the data collected is matched with the language mastered by the researcher as a native speaker of Makassarese language.(2) The data is then transcribed is the analyzed; based on the from spoken language to written language; the it is classified according to the form and the meaning it contains. (3) The data is then analyzed based on the time it is designated. The data is collected from spoken and written languages. Oral language is derived from informants and written language is obtained from research results and books relevant to this research, i.e. as references. The results show that absolute tense markers are found in the form of temporal adverbs expressed in lexical forms.
PEMBACAAN BERPERSPEKTIF EKOFEMINISME ATAS SAJAK “ISTERI” KARYA DARMANTO JATMAN (Ecofeminism Reading on Darmanto Jatman’s Poem “Isteri”) Dipa Nugraha; NFN Suwondo; NFN Suyitno
Kandai Vol 16, No 1 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i1.1758

Abstract

Pendekatan ekofeminisme di dunia akademia Indonesia sudah mulai marak digunakan oleh beberapa akademisi, tetapi masih terdapat sedikit kerancuan di dalam penggunaannya di dalam kajian sastra. Artikel ini menyuguhkan pembacaan berperspektif ekofeminisme yang menekankan pada kebergantungan konteks dan menolak adanya narasi tunggal ala Warren dan Cheney. Karya sastra yang dipilih adalah sajak “Isteri” karya Darmanto Jatman. Data dikumpulkan dengan pembacaan cermat dan analisis dilakukan menggunakan analisis tekstual. Temuan dari penelitian ini adalah pandangan hidup Jawa yang menempatkan istri sebagai sakti, sumber berkah, sumber rezeki, dan sumber hidup. Di dalam kerangka berpikir patriarkis Jawa, perempuan (istri) dan alam menjadi bagian penting dari eksistensi laki-laki. Konteks sosial dan budaya Jawa yang terdapati di dalam sajak menunjukkan deskripsi relasi gender dalam kehidupan domestik yang berbeda dengan apa yang berlaku di Barat. Temuan penelitian ini memberi pijakan arah bagaimana gerakan ekofeminisme bisa lebih tepat menyesuaikan konteks sistem patriarki Jawa yang berbeda dengan Barat dan kemungkinan bagaimana wacana bangun ulang relasi gender antara laki-laki dan perempuan Jawa dapat digugah jika diinginkan. Temuan penelitian ini menjadi pembuka jalan bagi penelitian lanjutan atas karya-karya sastra pengarang Jawa lainnya.Despite the growing number of Indonesian academia using ecofeminism approach in their literary criticism, some misunderstandings on ecofeminism still exist. This article provides a reference on ecofeminism perspective and gives an example how ecofeminism perspective from Warren and Cheney is applied in literary criticism. A well-known poem entitled “Isteri” (Wife) written by a Javanese poet, Darmanto Jatman, is chosen. Close reading is used to gather data which is relevant to ecofeminism issues. Textual analysis is then used in the analysis. The Javanese men see their wives as their source of power, blessing, wealth, and life. Nature and women, for Javanese men, are parts of men’s existence and cosmic balance. It shows evidence of how ecofeminism criticism, which emphasises diversities on the relation and issues between humans, their environment, and their social contexts, in Javanese context should be applied differently to Western context. The poem displays a gender relation between husband and wife in Javanese household life which is different to the West. The implication of this finding may give a reference and direction towards the possibilities of Javanese ecofeminism further discussions and renegotiation of gender relation between men and women in Javanese society. To have a more comprehensive view of how Javanese patriarchy works, further research on other Javanese literary works is needed.

Page 1 of 1 | Total Record : 10