cover
Contact Name
Muhammad Syahrir
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
ma.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
Jl. Sungai Musi Km. 09 Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone, Sulawesi
Location
Kab. bone,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Media Akuakultur
ISSN : 19076762     EISSN : 25029460     DOI : 10.15578/ma
Media Akuakultur as source of information in the form of the results of research and scientific review (review) in the field of applied aquaculture including genetics and reproduction, biotechnology, nutrition and feed, fish health and the environment, and land resources in aquaculture.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 8, No 2 (2013): (Desember 2013)" : 10 Documents clear
APLIKASI PERBAIKAN MANAJEMEN DALAM PERBENIHAN TIRAM MUTIARA (Pinctada Maxima) Ida Komang Wardana; Sari Budi Moria Sembiring; Ketut Mahardika
Media Akuakultur Vol 8, No 2 (2013): (Desember 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.109 KB) | DOI: 10.15578/ma.8.2.2013.119-126

Abstract

Tiram mutiara merupakan salah satu komoditas andalan dalam budidaya perikanan laut di Indonesia yang sudah dikembangkan sejak tahun 1918 oleh pihak swasta, dan sudah memproduksi mutiara putih (south sea pearl) yang diakui masyarakat internasional berkualitas baik. Permasalahan utama yang dihadapi budidaya tiram mutiara adalah rendahnya produksi benih. Masa kritis dalam pemeliharaan larva yaitu pada umur 8–19 hari dengan tingkat sintasan (SR) cukup rendah dan masa kritis berikutnya pada saat pemeliharaan di laut, yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan, manajemen pemeliharaan yang kurang tepat, dan kualitas benih itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut maka teknik perkawinan silang dari induk yang berbeda nacre perlu diterapkan agar benih yang dihasilkan diharapkan lebih berkualitas dibandingkan dengan benih hasil perkawinan dari satu populasi. Data kegiatan perkawinan silang ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mendukung perkembangan budidaya tiram jenis Pinctada maxima ke depan terutama dalam hal penyediaan benih yang berkualitas baik. Perbaikan yang difokuskan dalam kegiatan ini antara lain dalam hal pemberian pakan awal larva, peningkatan SR sampai tahap yuwana dan penanganan setelah benih ditebar di laut. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menginformasikan beberapa perbaikan pemeliharaan benih kepada para pembudidaya tiram mutiara. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa perkawinan silang tiram mutiara dari dua populasi berbeda dapat memperbaiki sintasan, keragaan morfologi benih, dan akan sangat membantu bagi pembudidaya tiram mutiara dalam penyediaan benih yang berkualitas baik sebagai calon indukan penghasil mutiara.
ATRAKTAN PADA PAKAN IKAN: JENIS, FUNGSI, DAN RESPONS IKAN Ikhsan Khasani
Media Akuakultur Vol 8, No 2 (2013): (Desember 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.862 KB) | DOI: 10.15578/ma.8.2.2013.127-133

Abstract

Salah satu faktor utama yang memengaruhi laju pertumbuhan dan kesehatan ikan adalah pakan, baik aspek kandungan nutrisi maupun kuantitas. Pakan buatan berkualitas memiliki tingkat palatabilitas, yang tinggi. Ikan cepat merespons pakan yang memiliki senyawa yang merangsang indera penciumannya karena adanya mekanisme kemoreseptor. Senyawa tersebut dikenal sebagai atraktan. Berbagai senyawa yang memiliki sifat atraktan, baik yang bersifat alami maupun sintetis,telah digunakan pada pakan buatan. Penggalian potensi sumber senyawa atraktan terus dilakukan secara intensif. Artikel ini disusun dengan tujuan memberikan gambaran mengenai beberapa jenis bahan atraktan dan penggunaannya pada beberapa komoditas ikan budidaya.
OPTIMALISASI SUMBERDAYA LAHAN UNTUK BUDIDAYA TAMBAK DI KABUPATEN LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN Erna Ratnawati
Media Akuakultur Vol 8, No 2 (2013): (Desember 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (576.718 KB) | DOI: 10.15578/ma.8.2.2013.101-113

Abstract

Kabupaten Luwu Utara (Lutra) memiliki lahan potensial untuk tambak dan perubahan luas lahan tambak yang cukup besar, tetapi produktivitas tambak untuk budidaya udang dan ikan yang rendah. Oleh karena itu, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, Maros telah melakukan serangkaian penelitian yang bertujuan untuk mengetahui luas potensi lahan, kesesuaian lahan, dan kebutuhan faktor lingkungan untuk budidaya rumput laut di tambak Kabupaten Lutra yang hasilnya dirangkum dalam makalah ini. Tambak di Kabupaten Lutra meningkat dari 4.938,84 ha pada tahun 2002 menjadi 7.838,94 ha pada tahun 2005. Potensi lahan tambak di Kabupaten Lutra mencapai 11.299,00 ha yang terdiri atas lahan tambak yang ada seluas 7.838,94 ha dan potensial lahan tambak seluas 3.460,06 ha. Dari luas potensi lahan tambak di Kabupaten Lutra, ternyata 3.527,3 ha tergolong sangat sesuai (kelas S1); 490,9 ha tergolong cukup sesuai (kelas S2); dan 7.280,8 ha tergolong kurang sesuai (kelas S3). Produksi rumput laut yang tinggi dapat diperoleh di tambak Kabupaten Lutra pada tanah dengan pHF lebih besar 6,5; pHFOX lebih besar 4,0; pHF -pHFOX kurang dari 2,5; dan SPOS kurang dari 1,00%. Kandungan Fe tanah yang melebihi 5.000 mg/L dan Al yang melebihi 490 mg/L menyebabkan penurunan produksi rumput laut. Peningkatan kandungan PO4 tanah lebih besar dari 6,0 mg/L dapat meningkatkan produksi rumput laut secara signifikan. Produksi rumput laut tertinggi didapatkan pada salinitas air 25,6 ppt dan rumput laut tumbuh baik pada kisaran pH antara 6,00 dan 9,32; fosfat lebih besar 0,1000 mg/L; dan besi kurang dari 0,1000 mg/L.
PENGARUH MASA TANAM TERHADAP KUALITAS RUMPUT LAUT, Kappaphycus alvarezii Rohama Daud
Media Akuakultur Vol 8, No 2 (2013): (Desember 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (84.201 KB) | DOI: 10.15578/ma.8.2.2013.135-138

Abstract

Budidaya rumput laut memliki peranan yang sangat penting dalam usaha meningkatkan produksi perikanan serta memenuhi kebutuhan pangan dan gizi. Beberapa kendala yang masih dijumpai di lapangan antara lain kualitas hasil panen yang masih rendah akibat pemanenan rumput laut yang lebih awal dari waktu panen yang seharusnya (6-7 minggu), akibat permintaan rumput laut cukup tinggi. Percobaan ini bertujuan untuk memperlihatkan kandungan nilai gizi rumput laut yang dipanen pada masa tanam 10, 20, dan 30 hari. Jenis rumput laut yang ditanam adalah Kappaphycus alvarezii yang dibudidayakan di sekitar perairan Teluk Maumere Desa Kojadoi Kecamatan Alok Timur Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Metode budidaya rumput laut yang digunakan adalah metode tali panjang (long line), dengan panjang tali 35 m sebanyak 750 bentangan. Jarak antara bentangan 1 m, jarak tanam yang diaplikasikan adalah 15 cm, dengan bobot awal bibit 50 g. Setiap 10 hari sampel diambil secara acak untuk dianalisis proksimatnya (kadar air, protein, karbohidrat, serat, dan abu), sehingga diperoleh masa tanam 10, 20, dan 30 hari. Sebelum dianalisis, rumput laut tersebut dijemur selama 3 hari sampai kering. Untuk mengetahui kadar air, abu, lemak, dan serat kasar, rumput laut dianalisis dengan menggunakan metode gravimetrik, sedang kadar protein dan BETN dengan metode trimetri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air, abu, lemak, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) menurun seiring dengan lamanya masa tanam, sedangkan kadar protein dan serat kasar meningkat seiring dengan lamanya masa tanam.
BUDIDAYA LOBSTER (Panulirus sp.) DI VIETNAM DAN APLIKASINYA DI INDONESIA Akhmad Mustafa
Media Akuakultur Vol 8, No 2 (2013): (Desember 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (663.301 KB) | DOI: 10.15578/ma.8.2.2013.73-84

Abstract

Desa Xuan Tun di Kecamatan Van Ninh Kota Nha Trang Provinsi Khanh Hoa merupakan lokasi pertama kegiatan budidaya lobster di Vietnam yang dilakuan pada tahun 1992. Secara umum di Kota Nha Trang, ada tiga jenis lobster yang dibudidayakan yaitu lobster mutiara (Panulirus ornatus), lobster pasir (Panulirus homarus), dan lobster batik (Panulirus longipes), karena benih lobster tersebut mudah didapat pada awalnya, cepat tumbuh, berukuran besar, warna cerah, dan memiliki harga yang tinggi. Kegiatan budidaya lobster pada dasarnya terdiri atas: penangkapan benih lobster, produksi tokolan lobster, dan pembesaran lobster yang masing-masing merupakan segmen usaha tersendiri. Pakan yang digunakan dalam produksi tokolan dan pembesaran lobster adalah berupa udang, kerang, tiram, cumi-cumi, dan ikan rucah, di mana sebagian besar dari pakan tersebut digunakan ikan rucah terutama pada pembesaran lobster. Sebagai akibat penggunaan pakan tersebut dan peningkatan jumlah keramba jaring apung yang cukup signifikan berdampak pada penurunan kualitas perairan yang memicu berkembangya penyakit susu (milky haemolymph disease) sehingga terjadi penurunan produksi. Terkait dengan hasil yang didapatkan tersebut, ke depan diperlukan berbagai kegiatan termasuk untuk dapat diaplikasikan di Indonesia. Kegiatan tersebut meliputi: produksi benih lobster secara buatan di hatcheri dan penggunaan pakan buatan berupa moist pellet. Upaya pencegahan penyakit susu dan perlakuan-perlakuan praktis untuk mencegah perkembangan serangan penyakit susu juga perlu mendapat perhatian. Perkembangan budidaya lobster yang begitu cepat memicu terjadinya penurunan daya dukung lahan. Oleh karena itu, kegiatan untuk menentukan daya dukung lahan dan kesesuaian lahan menjadi penting untuk dilakukan untuk menentukan lokasi dan jumlah keramba jaring apung yang dapat dioperasikan. Penentuan daya dukung lahan dan evaluasi kesesuaian lahan tidak hanya dilakukan pada daerah yang sudah berkembang pesat seperti di Vietnam, tetapi juga pada daerah yang baru memulai pengembangan budidaya lobsternya seperti di Indonesia untuk menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan penurunan produksi dan ketidakberlanjutan usaha budidaya lobster di masa akan datang.
EVALUASI PRODUKSI LARVA BEBERAPA VARIETAS INDUK IKAN NILA UNGGUL Estu Nugroho
Media Akuakultur Vol 8, No 2 (2013): (Desember 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.727 KB) | DOI: 10.15578/ma.8.2.2013.115-117

Abstract

Berbagai varietas induk ikan nila unggul telah dihasilkan oleh anggota Jejaring Pemuliaan Ikan di antaranya adalah Nirwana, BEST, Selfam (Selabintana), dan Central Pertiwi (CP). Kualitas dari benih yang dihasilkan telah menunjukkan tren yang positif dalam pertumbuhan. Peningkatan kualitas ini perlu diimbangi dengan jumlah larva yang dihasilkan sehingga perpaduan antara keduanya dapat menaikkan efisiensi produksi yang merupakan salah satu pilar dalam prinsip “blue economy” yang sekarang sedang dikembangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Evaluasi dilakukan untuk melengkapi informasi tentang ikan nila unggul yang telah dihasilkan. Pasangan NC (jantan Nirwana x betina CP) dan NN (jantan Nirwana dan betina Nirwana) menghasilkan jumlah larva yang paling banyak yaitu 132 ribu dan 104,467 ekor.
KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto
Media Akuakultur Vol 8, No 2 (2013): (Desember 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.061 KB) | DOI: 10.15578/ma.8.2.2013.139-144

Abstract

Ikan bandeng selain berfungsi sebagai komoditas ekspor yang mampu mendatangkan devisa negara, juga berperan penting sebagai penggerak perekonomian rakyat di daerah pesisir. Kabupaten Pati sebagai salah satu sentra produksi ikan bandeng di Provinsi Jawa Tengah, kerap mengalami permasalahan terkait kontinuitas produksi, serta pemasaran hasil budidayanya. Penelitian ini bertujuan untuk menghimpun informasi terkait kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati yang meliputi: potensi lahan budidaya, status teknis budidaya, produktivitas, dan pemasaran, serta permasalahan dan solusi yang diperlukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi lahan budidaya di Kabupaten Pati yang tersebar cukup luas pada beberapa kecamatan, dan terbagi menjadi lahan budidaya ikan bandeng di tambak air payau dan tambak air tawar. Sedangkan teknologi budidaya yang umum diterapkan oleh pembudidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati masih menggunakan pola tradisional dan tradisional plus. Meskipun terjadi kenaikan produksi setiap tahunnya namun belum mampu memenuhi kebutuhan pasar di luar wilayah Kabupaten Pati. Pemasaran produk ikan bandeng hasil budidaya sebagian besar dijual di pasar-pasar lokal untuk memasok pengolah ikan yang berada di sekitar Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Permasalahan yang umum dihadapi para pembudidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati meliputi permodalan, teknologi budidaya, harga pakan, pemasaran, serta diversifikasi produk olahan bagi pengolah ikan bandeng. Sehingga beberapa solusi yang bisa dilakukan di antaranya dengan penyediaan Kredit Usaha Kecil Menengah (KUKM), penyempurnaan teknik budidaya, penyediaan dan pembenahan pasar, diversifikasi produk olahan ikan bandeng, serta penyediaan sarana pendukung lainnya. Kondisi terkini budidaya ikan bandeng dilihat dari beberapa aspek budidaya dan peningkatan produksi, serta pemasarannya di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, memerlukan sentuhan teknologi budidaya yang aplikatif disertai kerja sama yang komprehensif antar pemerintah pusat dan daerah dengan masyarakat pembudidaya ikan bandeng.
MENELUSURI IDENTITAS IKAN LELE DUMBO Bambang Iswanto
Media Akuakultur Vol 8, No 2 (2013): (Desember 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.813 KB) | DOI: 10.15578/ma.8.2.2013.85-95

Abstract

Lele dumbo merupakan salah satu ikan lele unggul yang budidayanya pernah mengalami perkembangan pesat di Indonesia. Secara umum, ikan lele dumbo dipercaya sebagai ikan lele hibrida hasil hibridisasi antara spesies ikan lele Afrika Clarias gariepinus dengan spesies ikan lele Taiwan C. fuscus. Tetapi, secara morfologis tampaknya ikan lele dumbo tidak berbeda dari strain-strain ikan lele Afrika C. gariepinus yang berikutnya diintroduksi ke Indonesia, sehingga para praktisi perikanan juga menduga bahwa ikan lele dumbo sebenarnya merupakan spesies ikan lele Afrika C. gariepinus. Dengan demikian, identitas ikan lele dumbo tetaplah belum jelas. Hal tersebut dikarenakan belum adanya penelitian yang mengeksplorasi karakteristik ikan lele dumbo secara ilmiah. Makalah ini merupakan ulasan penelusuran identitas ikan lele dumbo berdasarkan publikasi-publikasi yang relevan. Berdasarkan tinjauan terhadap beberapa bukti publikasi dalam ulasan ini, terindikasi bahwa ikan lele dumbo bukanlah ikan lele hibrida hasil hibridisasi antara ikan lele C. gariepinus dengan C. fuscus, tetapi tampaknya lebih merupakan spesies ikan lele Afrika C. gariepinus. Namun demikian, hal tersebut masih merupakan suatu indikasi, sehingga diperlukan penelitian-penelitian lebih lanjut untuk memastikan hal tersebut.
APLIKASI VITAMIN E DALAM PAKAN: KEBUTUHAN DAN PERANAN UNTUK MENINGKATKAN REPRODUKSI, SISTEM IMUN, DAN KUALITAS DAGING PADA IKAN Wahyu Pamungkas
Media Akuakultur Vol 8, No 2 (2013): (Desember 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.084 KB) | DOI: 10.15578/ma.8.2.2013.145-150

Abstract

Vitamin E merupakan salah satu mikronutrien yang sangat diperlukan dalam pakan ikan dan berperan penting dalam proses pertumbuhan, reproduksi, kesehatan atau sistem imun, dan kualitas daging ikan. Vitamin E berfungsi sebagai pemelihara keseimbangan intraseluler dan sebagai antioksidan. Sebagai antioksidan, vitamin E dapat melindungi lemak atau asam lemak yang terdapat dalam membran sel agar tidak teroksidasi. Kebutuhan dasar vitamin E untuk ikan bervariasi, bergantung pada beberapa faktor yaitu ukuran ikan, umur ikan, suhu air, persentase pertumbuhan, dan komposisi pakan. Defisiensi vitamin E pada ikan akan menyebabkan muscular dystrophy, exudative diathesis, hematokrit rendah, depigmentasi kulit, penurunan laju pertumbuhan, dan lain-lain. Hipervitaminosis vitamin E dapat menyebabkan laju pertumbuhan yang rendah, reaksi keracunan pada organ hati dan kematian. Tujuan dari penulisan makalah adalah untuk memberikan informasi kebutuhan dan peranan vitamin E dalam pakan untuk meningkatkan reproduksi, sistem imun, dan kualitas daging pada ikan.
PENGARUH TREATMENT UREA TERHADAP KANDUNGAN SERAT KASAR PADA KULIT UBI KAYU UNTUK BAHAN BAKU PAKAN IKAN Erlania Erlania; Mulyasari Mulyasari
Media Akuakultur Vol 8, No 2 (2013): (Desember 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.192 KB) | DOI: 10.15578/ma.8.2.2013.97-100

Abstract

Kulit ubi kayu merupakan salah satu bahan baku alternatif yang sampai saat ini masih diteliti pemanfaatannya sebagai salah satu komponen dalam pakan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan serat kasar pada kulit ubi kayu yang direndam dengan larutan urea. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu konsentrasi larutan urea (3%, 5%, dan 7%) dan waktu perendaman (5 hari dan 9 hari), masing-masing dengan 3 ulangan. Analisis kandungan serat kasar dilakukan sebelum (kontrol) dan setelah perendaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi larutan urea memberikan hasil yang tidak berbeda nyata, sedangkan waktu perendaman memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap penurunan serat kasar pada kulit ubi kayu. Waktu perendaman selama 9 hari memberikan hasil yang terbaik dengan penurunan serat kasar yang paling besar dibandingkan dengan kontrol.

Page 1 of 1 | Total Record : 10