cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara
ISSN : 25023896     EISSN : 25812254     DOI : -
Core Subject : Social,
Arjuna Subject : -
Articles 123 Documents
Kontroversi Islam Revisionis : David S. Powers, Zayd Ibn H}a>rithah dan Tertutupnya Pintu Kenabian Mu’ammar Zayn Qadafy
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1320.353 KB) | DOI: 10.32495/nun.v4i1.36

Abstract

Artikel ini mendeskripsikan kontroversi buku David S. Powers yang berjudul “Muhammad is Not the Father of Any of Your Men: The Making of The Last Prophet”, salah satu masterpiece dari seorang akademisi yang ingin merevisi sejarah Islam dari versi yang biasa dipahami umat Islam. Buku ini juga menjadi salah satu karya revisionis yang mendapatkan paling banyak atensi berupa pujian sekaligus kritik. Review-review atas buku Powers tersebut juga dijadikan referensi utama dalam artikel ini.Dengan menguraikan dasar argumentasi Power beserta tanggapan para pemerhati sejarah Islam awal, artikel ini ingin menunjukkan bahwa dalam asumsinya yang paling mendasar sekalipun, karya Powers -dan karya revisionis lain- memiliki kelemahan metodologis: (1) asumsi dasar Powers tentang “genealogi kenabian” dan “doktrin tertutupnya pintu kenabian dalam Islam” muncul dari keyakinannya tentang adanya pola khas yang sama di antara agama-agama samawi. Usahanya untuk menemukan pola khas ini menjadikan Power apatis terhadap reliabilitas sumber Islam tradisional dan secara membabi buta menganggap semuanya fiksi dan fabula; (2) Percobaan intertekstualisasi yang dilakukan Powers terlalu absurd dan tidak apple to apple karena menggunakan dokumen sejarah di millennium kedua sebelum masehi untuk membaca sejarah di abad ke-7 Masehi; (3) rekonstruksi kodikologis Powers terhadap kata kallah vis a vis kala>lah gagal menjelaskan logika kebahasaan di balik amnesia leksikografik massal terhadap kata pertama dan muncul dengan tiba-tibanya kata kedua. Powers juga mengenyampingkan temuan lain bahwa kata kala>lah sudah dipakai sejak zaman Pra-Islam dan bahwa perbaikan manuskrip al-Qur’an yang ia temukan semata-mata hanyalah sejenis haplografi saja.
Penerapan Hukum Allah : Studi Pribumisasi HAMKA terhadap QS. Al-Ma>’idah: 44, 45, dan 47 dalam Tafsir Al-Azhar Munawir Munawir
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (846.447 KB) | DOI: 10.32495/nun.v4i1.37

Abstract

Penerapan hukum-hukum Allah adalah dua satu isu problematik dalam konteks hubungan antar agama dan negara bagi umat Islam Indonesia. Letak problematiknya adalah, agama (tekstualitas Al-Qur’an) menyeru umatnya untuk berhukum dengan hukum Allah, akan tetapi negara (sekalipun mayoritas penduduknya beragama Islam) dalam perundangannya justru tidak menggunakan hukum (Syari’at) Islam, melainkan UUD 1945. Bagaimanakah HAMKA -sebagai seorang muslim Indonesia- merespon dan menjawab problematika tersebut? Melalui telaah penafsirannya terhadap ayat-ayat penerapan hukum Allah dalam Tafsir al-Azhar, diperoleh jawaban bahwa umat Islam memang, semuanya wajib menerapkan hukum Allah, akan tetapi Indonesia (negara bangsa) adalah bentuk terbaik untuk umat Islam Indonesia. Negara ini menjamin setiap warganya bebas melaksanakan ajaran agama dan kepercayaannya masing-masing, prinsip ini tidak bertentangan dengan spirit hukum Islam ‘mendatangkan manfaat dan menolak bahaya’. Dengan ini umat Islam bisa menjadi muslim yang baik, sekaligus menjadi warga negara yang baik pula.
Posisi Al-Qur`an DalamIntegrasi Ilmu : Telaah Terhadap Pemikiran Kuntowijoyo dan M. Dawam Rahardjo Wardani Wardani
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1180.577 KB) | DOI: 10.32495/nun.v4i1.38

Abstract

The integration of knowledge has become a central issue emerging among scholars in Indonesian Islamic universities. Some ideas have been proposed to make “bridge” between religious and secular knowledge, as we can see, for instance, in the thought of Kuntowijoyo on “prophetic social sciences”, M. Dawam Rahardjo on “decolonization of social sciences”, M. Amin Abdullah on “spider web of knowledge”, and Mulyadhi Kartanegara on “holistic reconstruction of knowledge”.The researches conducted so far have not touched the core problem in all these proposed ideas yet, namely the place of the Qur`an as a revelation in the integration of knowledge. In fact, the Qur`an constitutes a source of knowledge and, at the same time, an inspiring and guiding scripture, for Moslem’s beliefs, praactices, and thought. Therefore, neglecting the Qur`an in constructing Moslem’s thought on the integration of knowledge will make our understanding the issue artificial. The present article is aimed at studying the thought of Kuntowijoyo and M. Dawam Rahardjo by focusing the discussion on main points: firstly, on the place the Qur`an in the integration of knowledge (as inspiration,source of knowledge, or starting point in building theory) (and the present author will describe data as they are); secondly, intellectual and social background that play important role behind the ideasand modes of use of the Qur`an for intellectual enterprises (and the present author will go into deep analysis on factors or contexts in which the ideas formed); thirdly, the originality, strength, and weakness of the ideas (and the present author will examine the ideas in accordance with some standards).
Pandangan Abdullah Saeed Pada Konsep Nasikh Mansukh Aavi Lailaa Kholily
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (780.735 KB) | DOI: 10.32495/nun.v4i1.39

Abstract

Teori nasikh mansukh dari masa klasik hingga sekarang masih menjadi perdebatan antara ulama’ terkait kesepakatan dan penolakan. Dan di antara ulama’ yang sepakat adanya konsep nasikh mansukh dalam Alquran pun masing-masing memiliki kreteria sendiri-sendiri dalam menentukan konsep nasikh. Salah satu di antara ulama’ yang sepakat adalah Abdullah Saeed, beliau seorang mufasir kontemporer yang menawarkan metode baru dalam menafsirkan Alquran yakni metode kontekstualis sehingga pada makalah ini peneliti tertarik mengkaji konsep nasikh mansukh menurut Saeed, alasan Saeed sepakat dengan adanya konsep nasikh mansukh dan relavansi nasikh mansukh menurut Saeed dalam menafsiri dan memahami teks-teks Alquran. Hasil dari kajian ini, peneliti menemukan beberapa hal, yakni: konsep nasikh menurut Saeed adalah pencabutan hukum dengan hukum yang datang setelanya, alasan Saeed setuju dengan adanya nasikh mansukh dalam Alquran adalah sebagai bentuk kemudahan yang Allah berikan kepada umat sesuai dengan kondisi dan situasi kebutuhan umat, kemudian untuk relevansi nasikh menurut Saeed dalam menjadi pijakan untuk menafsiri ulang Alquran yang sudah tidak relevan agar bisa memenuhi kebutuhan umat yang sesuai dengan kondisi dan situasi.
Tafsir Esoterik Kiai Shaleh Darat Tentang Salat Ahmad Aly Kaysie; Indal Abror
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (879.619 KB) | DOI: 10.32495/nun.v3i2.43

Abstract

Menjadi satu dari tiga ulama-pejuang kepercayaan Pangeran Diponegoro dan mendapat gelar “guru para ulama Jawa” dengan tiga muridnya menjadi pahlawan nasional (Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Ahmad Dahlan, Raden Ajeng Kartini) menjadikan Kiai Shaleh Darat tokoh yang penting dikaji (untuk kemudian diteladani) pemikirannya. Dari sekian banyak karya beliau, Faid} al-Rah}ma>n fi> Tarjamah Kala>m Malik al-Dayya>n dan Kitab Lat}a>if al-T}aha>ra wa Asra>r al-S|ala>h adalah dua kitab yang menjelaskan salat secara sufistik-lokalistik. Dikatakan sufistik karena terdapat usaha serius untuk mengungkap makna isyari, dan lokal karena ada ungkapan ‘atine ... ingdalem pasar’ dan beberapa lainnya dalam usaha melakukan ‘pembumian’ makna ayat. Terlebih lagi, kedua kitab tersebut ditulis dengan aksara pegon yang jika dihubungkan dengan track record beliau baik dalam penyebaran Islam dan perlawanan kolonialisme akan memunculkan indikasi vernakularisasi dan penumbuhan anti-kolonialisme. Dengan itu, penulis memiliki beberapa pertanyaan untuk ditindak lanjuti; bagaimana pemikiran Kiai Shaleh Darat mengenai salat? Bagaimana dinamika pemikiran beliau dalam memaknai salat? Dalam menjawab keduanya, penulis akan dibantu oleh teori Hermeneutika Filosofis
Ishlah dalam Pandangan Ibn Asyur dan Signifikansinya dalam Upaya Deradikalisasi (Telaah Penafsiran Q.S al-Hujurat: 9 dalam Kitab Al-Tahrir wa Al-Tanwir) Alif Jabal Kurdi
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (848.621 KB) | DOI: 10.32495/nun.v3i2.49

Abstract

Permasalahan radikalisme masih menjadi trending topic yang menghiasi wajah keberagaman umat Islam. Kesalahpahaman dalam memaknai ayat-ayat Alquran masih menjadi permasalahan utama yang melahirkan pemahaman yang radikal (radikalisme) dan tindakan yang destruktif (terorisme). Maka penting untuk menggali lebih dalam nilai-nilai perdamaian dalam Alqurandengan mengeksplor ayat-ayat yang mencerminkan jati diri ajaran Islam sebagai din al-salam. Q.S al-Hujurat[49]: 9 merupakan salah satu representasi ayat Alquran yang menegaskan bahwa Islam adalah agama yang solutif bukan provokatif. Melaui penafsiran salah satu cendekiawan muslim kontemporer yang masyhur dengan teori maqashidnya, Ibn ‘Asyur, penulis akan berusaha menemukan cara pandang baru dalam membaca ishlah dari kacamata tafsir maqashidi. Selain itu, tulisan ini juga diproyeksikan untuk melihat konsistensi teori maqashid Ibn ‘Asyur dalam tafsirnya serta mengambil intisari metodologis dan konten penafsirannya sebagai perwujudan bagi upaya menghadirkan penjelasan Islam yang rahmah dan menanggulangi radikalisme.
Telaah Kitab Tafsir Firdaus Al-Na’im Karya Thaifur Ali Wafa Al-Maduri Moh Azwar Hairul
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1028.519 KB) | DOI: 10.32495/nun.v3i2.44

Abstract

This article aimed to describe one of the Tafsir which compiled by Ulama Madura named Thaifur Ali Wafa. He is the son of famous Ulama Madura named KH. Ali Wafa. Thaifur’s capacity as the Ulama could not be doubted. Inherited the expertise of his father, now he has produced a number of books. One of His magnum opus is Tafsir Firdaus al-Na’im. The Tafsir classified as the unpublished tafsir, so that his Tafsir considerend unnoticed on the studies of The Alquran in Indonesia. Tafsir Firdaus al-Na’im consist complete commentary of Alquran within 30 Chapter and written by Arabic language. It took approximately three year to complete his written. The Methodology of the Tafsir is using the Tahlili method. althought that, the way its explanation not totally as the same Tahlili ways. It viewed with the aspect of interpretation using ijmali analysis with simple explanation, it’s feature interpretation could not be affilated to any special pattern. The existance of the Tafsir Firdaus al-Nai’m in the modern era showed the dynamics development of interpretation of the Alquran in Indonesia. at least, this Tafsir could add the treasury of literature interpretation of the Alquran in Nusantara.
Karakteristik Manuskrip Mushaf H. Abdul Ghaffar Di Madura Tati Rahmayani
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1280.358 KB) | DOI: 10.32495/nun.v3i2.45

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik manuskrip mushaf Alquran H. Abdul Ghaffar baik dari segi kodikologi maupun tekstologi. Bagian penting yang akan dibahas adalah aspek rasm, qirā’at, tanda baca, waqaf dan juga aspek pernaskahan. Rasm yang digunakan dalam mushaf kuno biasanya menggunakan rasm imlai dibandingkan dengan rasm Utsmani. Dalam mushaf kuno masih banyak yang belum menggunakan simbol – simbol untuk menunjukkan tanda waqaf. Sedangkan Qira’at yang digunakan kebanyakan mengunakan Qira’at Hafs. Selain dari aspek teksnya dari aspek naskah, banyak naskah kuno yang ditulis di atas kulit pohon ataupun kulit binatang. Seluruh gambaran tersebut dapat diperoleh dengan menggunaka metode deskriptif analisis dan juga komparasi. Dari sanalah dapat diperoleh gambaran mengenai karakteristik sebuah mushaf kuno.
Polemik Alquran Berwajah Puisi: Tinjauan Terhadap Alquran Karim Bacaan Mulia Karya H. B. Jassin Fatikhatul Faizah
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (812.965 KB) | DOI: 10.32495/nun.v3i2.46

Abstract

Keberagaman karya tafsir tidak akan pernah lepas dari metode dan pendekatan yang digunakan sang mufasir. Metode dan pendekatan yang digunakan, menjadikan masing-masing karya penafsiran maupun terjemahan memiliki ciri khas. Salah satunya adalah Alquran berwajah puisi karya H. B. Jassin yang merupakan literatur terjemahan karya umat Muslim Indonesia yang terbit pada tahun 1977. Terjemahan Alquranpuitis yang dikarang oleh H.B. Jassin ini menuai berbagai kontroversi. Sebagian pembaca menilai bahwa terjemaha AlquranH.B. Jassin lebih tepat dari pada terjemah yang disusun oleh Kemenag, adapun sebagian lainnya menilai bahwa Jassin tidak sepantasnya menerjemahkan Alqurandengan melangkahi terjemahan AlquranKemenag, yang dinilai sebagai standar terjemahan di Indonesia, sebab dari sisi intelektual H.B. Jassin tidak memiliki perangkat-perangkat keilmuan yang memadai untuk menerjemahkan Alquran. Tulisan ini akan mencoba mendiskusikan lebih dalam mengenai polemik-polemik yang terjadi seputar terbitnya karya “AlquranKarim Bacaan Mulia” karangan H. B. Jassin.
Menakar Hermeneutika Fusion of Horizons H.G. Gadamer dalam Pengembangan Tafsir Maqasid Alquran Rahmatullah Rahmatullah
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (845.861 KB) | DOI: 10.32495/nun.v3i2.47

Abstract

Gadamer merupakan salah satu tokoh hermeneutika yang cukup populer dengan gagasannya fusion of horizons. Tawaran tersebut menjadi salah satu tawaran alternatif untuk memahami teks secara proporsional dan dapat diaplikasikan untuk memahami setiap teks termasuk teks kitab suci. Tulisan sederhana ini mencoba memahami gagasan fusion of horizons dan hubungannya dengan penafsiran Alquran. Melalui pembacaan hermeneutika Gadamer, sikap terbaik untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif adalah pertama, kemauan terbuka untuk menerima gagasan dan wawasan baru. Hal ini penting untuk memperluas cakrawala seseorang sehingga ia dapat menjangkau hal-hal yang lebih luas lagi. Kedua, menghasilkan pemahaman baru atau memproduksi sesuatu yang baru. Meski demikian, perlu digarisbawahi bahwa kebaruan gagasan tidak dapat diperoleh tanpa memahami sejarah masa lampau. Ketiga, pemahaman yang efektif bukanlah pemahaman yang berdiri sendiri, justru pemahaman yang valid adalah pemahaman yang bersumber dan ditopang dari horizon-horizon yang beragam. Semakin luas horizon, semakin luas pula pemahamannya. Keempat, semangat fusion of horizon dapat dikembangkan dalam konteks memahami Alquran dengan menggunakan tafsir maqasid Alquran, sehingga nilai-nilai Alquran dapat selaras dengan waktu dan tempat, shalih li kulli zaman wa makan.

Page 3 of 13 | Total Record : 123