cover
Contact Name
Endang Sriyati
Contact Email
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
ISSN : 08535884     EISSN : 25026542     DOI : -
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia accepts articles in the field of fisheries, both sea and inland public waters. The journal presents results of research resources, arrest, oceanography, environmental, environmental remediation and enrichment of fish stocks.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008)" : 9 Documents clear
BIOLOGI REPRODUKSI DAN GENETIK POPULASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger brachysoma, FAMILI SCOMBRIDAE) DI PANTAI UTARAJAWA Achmad Zamroni; Suwarso Suwarso; Ainun Mukhlis
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1597.985 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.2.2008.215-226

Abstract

Biologi reproduksi ikan dan genetik populasi merupakan hal yang penting dalam manajemen perikanan. Penelitian tentang ikan kembung (Rastrelliger brachysoma) dilakukan berdasarkan pada pengamatan secara visual terhadap gonad dan mengukur indeks gonad. Contoh genetik ikan kembung (Rastrelliger brachysoma) diperoleh dari 5 lokasi penangkapan, yaitu perairan utara Jakarta, Eretan Wetan (Indramayu), Pekalongan, Rembang, dan Pasuruan (Selat Madura). Analisis restriction fragment length polymorphism mitochondria-DNA ikan contoh menggunakan 5 jenis enzim restriksi yaitu Alu I, Hae III, Nde II, Taq I, dan Hind III. Hasil pengamatan terhadap 1.024 spesimen ikan menunjukkan bahwa ikan contoh dominan dalam keadaan belum matang (tingkat kematangan gonad I, II, dan III). Dugaan musim pemijahan ikan kembung (Rastrelliger brachysoma) terjadi pada musim timur karena nilai indeks gonad pada musim timur rendah. Ukuran ikan yang matang (tingkat kematangan gonad IV) berkisar antara 19 sampai dengan 20 cm (FL) dengan nilai indeks gonad 0,49 sampai dengan 6,98. Hasil analisis restriction fragment length polymorphism mitochondria-DNA menunjukkan pola pemotongan yang diperoleh adalah sama (satu pola pemo Reproductive biology and population genetic of fish provide the important point in the fisheries management. A study on short mackerel (Rastrelliger brachysoma) was based on visual observations to the ovary and the measurement of gonado somatic index. Genetic sample of short mackerel (Rastrelliger brachysoma) were collected from 5 catch location i.e. northern Jakarta, Eretan Wetan (Indramayu), Pekalongan, Rembang, and Pasuruan (Madura Strait). Analysis restriction fragment length polymorphism mitochondria-DNA were used 5 kind restriction enzyme Alu I, Hae III, Nde II, Taq I, and Hind III. Observations on 1,024 specimen showed that the sample was dominated in immature stage (stage I, II, and III). Spawning season of short mackerel (Rastrelliger brachysoma) was supposed in the east wind due to the fact that gonado somatic index is lower in east wind season. The size of ripe (stage IV) specimen was about 19 to 20 cm fork length, with gonado somatic index value range from 0.49 to 6.98. The result of analysis restriction fragment length polymorphism mitochondria-DNA showed has the same digestion model (one digestion model) therefore no significant differences in fish sample gonotip.
PENGAMATAN KUALITAS AIR UNTUK MENDUKUNG PERIKANAN DI WADUK CIRATA, JAWA BARAT Sri Endah Purnamaningtyas; Didi Wahju Hendro Tjahjo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.164 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.2.2008.173-180

Abstract

Pengamatan kualitas air di Waduk Cirata (luas: 6.200 ha, rata-rata kedalaman (z):34,9 m, dan ketinggian 225 m dpl) dilakukan mulai bulan Maret sampai dengan Desember 2006. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi lingkungan perairan Waduk Cirata dalam mendukung kegiatan perikanan. Penelitian dilakukan dengan metode survei dan pengambilan contoh air menggunakan kemmerer bottle sampler” Pengambilan contoh air dilakukan di 6 stasiun pengamatan dengan kedalaman 0,5; 2; 4,5; dan 8 m serta dasar perairan. Dari hasil pengamatan yang di peroleh selama penelitian menunjukkan bahwa kualitas air diWaduk Cirata cukup mendukung untuk kegiatan perikanan tangkap, seperti suhu berkisar antara 27,1 - 31,5°C, pH 6,5 - 8,5, O2 terlarut 0,44 - 4,72 mg per L, CO2 0 - 11,48 mg per L, N-NO2 0 - 0,259 mg per L, N-NO3 0,054 - 9,841 mg per L, NH4 0,0171 - 3,351 mg per L, NH3 0 - 3,17 mg per L, PO4 0,024 - 7,154 mg per L, dan total bahan organik 0 - 27,2 mg per L. Berdasarkan pada hasil dari analisis konsentrasi oksigen terlarut telah mengalami stratifikasi, dan klasifikasi tingkat kesuburan perairan berdasarkan pada konsentrasi fosfat, perairan ini sudah mencapai tingkat eutrofik dan hipereutrofik. Hal tersebut, berarti usaha pengembangan budi daya ikan dalam karamba jaring apung telah melebihi daya dukung perairan dan cenderung telah mencemari perairan. Observation of water quality was done in Cirata Reservoir (area: 6,200 ha, dept mean (z):34.9 m, and altitude 225 m above sea level) from March to December 2006. This research aimed to know the condition of water environment of Cirata Reservoir to support fisheries activities. The research was done using method of survey. Water samples was collected using kemmerer bottle sampler in 6 station sites at a depth of 0.5; 2; 4.5; 8 m and bottom water, respectively. The result indicated that the water quality of Cirata Reservoir was good enough for supporting t fisheries activities, namely water temperature 27.1 - 31.5°C, pH 6.5 to 8.5, DO 0.44- 4.72 mg per L, free CO2 0 - 11.48 mg per L, N-NO2 0 - 0.259 mg per L, N-NO3 0.054 - 9.841 mg per L, NH4: 0.0171 - 3.351 mg per L, NH3 0 - 3.17 mg per L, PO4 0.024 - 7.154 mg per L, organics materials 0 - 27.2 mg per L. Dissolved oxygen concentration stratification was observed, and classification mount fertility of territorial water of its phosphate concentration, this territorial water have reached storey; level of eutrofik and hipereutrofik. The mentioned mean the effort development of fish conducting in net keramba float have exceeded energy support territorial water and tend to have contaminated territorial water.
ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DAN IKAN MADIDIHANG (Thunnus albacares) YANG DIDARATKAN DI BITUNG, SULAWESI UTARA Siti Mardlijah
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.589 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.2.2008.227-235

Abstract

Penelitian ini telah dilakukan terhadap isi lambung ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) hasil tangkapan pole and line dan ikan madidihang (Thunnus albacares) hasil tangkapan hand line yang didaratkan di Bitung, Sulawesi Utara pada bulan Mei, Juli, dan September 2005. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis makanan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dan ikan madidihang (Thunnus albacares). Contoh ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) berjumlah 69 ekor dan contoh ikan madidihang (Thunnus albacares) berjumlah 63 ekor. Pengambilan contoh dilakukan di perusahaan perikanan dan tempat pengasapan atau fufu cakalang. Pengamatan dilakukan secara visual dan gravimetrik kemudian dianalisis dengan metode indeks of preponderance. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi makanan ke-2 jenis ikan pelagis besar tersebut berubah-ubah dan memiliki kemiripan terhadap 1 jenis makanan yaitu ikan malalugis (Decapterus macarellus), yang merupakan makanan utama ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dan ikan madidihang (Thunnus albacares). Stomach content analysis of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) which was caught by pole and line and yellow fin tuna (Thunnus albacares) caught by hand line, landed in Bitung, North Sulawesi i May, July, and September 2005 were conducted. The objective of the experiment is to know dietary composition of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) and yellow fin tuna (Thunnus albacares). The number of specimen observed 69 of skipjack tunas (Katsuwonus pelamis) and 63 of yellow fin tunas (Thunnus albacares). Sampling site were located in fishery company and at a small scale fish smoked industry. Stomach content analysis of the two fishes were observed visually measured and gravimetrically. The stomach content analysis was analysed based on indeks of preponderance) method. Result shows, the stomach content of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) and yellow fin tuna (Thunnus albacares) related changes and similar among one species are scad mackerel fishes (Decapterus macarellus). Therefore, scad mackerel fishes (Decapterus macarellus) is the dominant food for both skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) and yellow fin tuna (Thunnus albacares).
AKTIVITAS PENANGKAPAN DAN DISTRIBUSI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI KAPUAS, KALIMANTAN BARAT Samuel Samuel; Siti Nurul Aida
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1221.11 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.2.2008.181-194

Abstract

Suatu riset yang bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi tentang aktivitas penangkapan dan distribusi udang galah (Macrobrachium rosenbergii) di daerah aliaran Sungai Kapuas, Kalimantan Barat telah dilakukan dari bulan Juni sampai dengan Desember 2005. Riset dilaksanakan dengan metode survei dengan cara mendatangi lokasi-lokasi tempat ada aktivitas penangkapan udang galah (Macrobrachium rosenbergii). Frekuensi survei 2 kali pada musim kemarau dan 2 kali pada musim hujan. Wilayah perairan yang disurvei adalah daerah aliaran Sungai Kapuas dalam Kabupaten Pontianak, Kota Pontianak, Kabupaten Sanggau, dan Kabupaten Sintang. Data dianalisis dengan metode deskriptif dan tabulasi. Dari survei ditemukan 9 jenis alat tangkap yang digunakan nelayan untuk menangkap udang galah (Macrobrachium rosenbergii) yaitu pancing, rawai, bubu, jala, jaring, blad, rompong, stroom, dan pukat rantau. Catch per unit of effort terkecil terjadi pada alat tangkap bubu yaitu 1,39 g per per unit per jam, terbesar adalah jala yaitu 416,67 g per unit jala per jam. Intensitas penangkapan terlihat dominan di perairan bagian hilir mencakup wilayah Kabupaten dan Kota Pontianak. Distribusi ukuran bobot individu udang galah (Macrobrachium rosenbergii) yang banyak tertangkap oleh nelayan (nilai modus) dari 4 kali survei bervariasi antara 17,73 sampai dengan 40,00 g (Kabupaten Pontianak); 19,31 sampai dengan 47,01 g (Kota Pontianak), 17,79 sampai dengan 45, 35 g (Kabupaten Sanggau), dan antara 25,08 sampai dengan 85,52 g (Kabupaten Sintang). Kualitas air pada habitat tempat udang tertangkap di daerah aliaran Sungai Kapuas dalam batas-batas yang layak untuk mendukung kehidupan ikan dan udang. A study aimed to obtain recent data and information about capture activities and distribution of giant freshwater (Macrobrachiumrosenbergii) prawn in Kapuas River,West Kalimantan was conducted from June to December 2005. Survey method was used in each research stations that are Pontianak district, Pontianak City, Sanggau, and Sintang districts. The stations were selected based on fishing activities and habitat condition. Field survey was completed by conducting 4 times surveys including dry and rainy seasons. Data collected were analyzed by using tabulation and descriptive method. The results showed that there were 9 types of fishing gears commonly used to catch giant freshwater (Macrobrachium rosenbergii) prawn. These fishing gears were : hook and line, long line, pot traps, cast net, gill net, barrier traps, surrounding net, electrical fishing, and surrounding net. Catch per unit effort of the cast net was the highest (416,67 gr per unit per hour, whereas, pot trap was the lowest (1,39 g per unit per hour). Water quality in each stations indicated suitable for aquatic organisms. The capture intensity showed that in downstream(Pontianak District and Pontianak City) was more dominant than in upstream (Sanggau and Sintang Districts). Distribution of weight based on modus indicated variation in each stations, which are 17.73 to 40.00 g (Pontianak District), 19.31 to 47.01 g (Pontianak District), 17.79 to 45.35 g (Sanggau District),and 25.08 to 85.52 g (Sintang District).
STATUS PEMANFAATAN LABI-LABI (FAMILI: TRIONYCHIDAE) DI SUMATERA SELATAN Dian Oktaviani; Samedi Samedi
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.933 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.2.2008.159-171

Abstract

Sumatera Selatan merupakan salah satu pemasok labi-labi (Testudines; Trionychidae) bagi pasar internasional, sedangkan informasi mengenai pemanfaatan sedikit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui status pemanfaatan labi-labi (Testudines; Trionychidae) di Sumatera Selatan. Penelitian didasarkan pada data perdagangan sebagai bentuk pemanfatan yang dihubungkan dengan keberlanjutan spesies tersebut di alam. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui wawancara dengan penangkap dan penampung labi-labi (Testudines; Trionychidae) di Palembang dan sekitar. Pengumpulan data dilakukan dari bulan Februari 2006 – Februari 2007. Hasil menunjukkan bahwa ada tiga spesies labi-labi yang dimanfaatkan sebagai komoditas perdagangan, yaitu Amyda cartilaginea Boddaert 1770, Dogania subplana Geoffroy 1809, dan Pelochelys cantorii Gray 1864. Spesies dominan dimanfaatkan adalah A. cartilaginea (84,28%) yang masuk dalam daftar Appendiks II CITES. Penilaian Non Detrimental Findings (NDF) terhadap pemanfaatan A. cartilaginea mengindikasikan bahwa populasi spesies tersebut di alam terancam kerusakan. Pemecahan yang perlu dilakukan adalah penegakan hukum dan implementasi peraturan yang efektif. South Sumatra is one of the major sources of softshell turtle (Testudines; Trionychidae) in international trade, but the little information was available of local utilization. The study was conducted to fill such a gap, especially on the nature of the trade in relation to the sustainability of the population and trade of the species. The research was aimed to identify the level of local and international utilization in several species of soft shell fresh water turtles (Testudines; Trionychidae). The method applied in the research are interview with collectors and local traders located in Palembang and surrounding area. Data collection included field surveys and visits to collectors/traders undertaken fromFebruary 2006 to February 2007. The results showed that there were three species of Trionychidae in significant trade. These were Amyda cartilaginea Boddaert 1770, Dogania subplana Geoffroy 1809, and Pelochelys cantorii Gray 1864. It was also found that A. cartilaginea was dominant species compared with the other species, accounted for (84.28%). Following the inclusion of A. cartilaginea in CITES Appendix II determination of Non Detrimental Findings (NDF) was considered essential. It was indicated from the analysis that harvest and subsequent trade in A. cartilaginea population in South Sumatera showed a detrimental trend. One of the solutions is the implementation of effective law enforcement and regulation.
STATUS KERAGAMAN IKAN BELIDA (Chitala spp.) DI SUNGAI TULANG BAWANG, PROPINSI LAMPUNG BERDASARKAN PADA KARAKTER MORFOMETRIK DAN INDEKS FLUKTUASI ASIMETRIK Arif Wibowo; Tri Mas Djoko Sunarno; Subagdja Subagdja
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (788.672 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.2.2008.137-144

Abstract

Penelitian tentang status keragaman ikan Belida (Chitala spp.) dari Sungai Tulang Bawang berdasarkan pada karakter morfometrik dan indeks fluktuasi asimetrik dilakukan selama tahun 2005 di daerah aliran Sungai Tulang Bawang Propinsi Lampung. Estimasi keragaman berdasarkan pada karakter morfometrik dengan menggunakan nilai coefficient variation diperoleh dengan cara membagi standar deviasi karakter dengan rata-rata, pada 25 karakter morfometrik dari 26 spesimen ikan belida (Chitala spp.). Indeks fluktuasi asimetrik ikan belida (Chitala spp.) dari Sungai Tulang Bawang diestimasi menggunakan formula Palmer dan Strobeck, untuk kemudian melihat CVDI sebagai estimasi keragaman dengan terlebih dahulu melakukan analisis uji ttest untuk mengetahui signifikasi karakter sebelah kiri dan kanan. Klasifikasi nilai coefficient variation untuk karakter morfometrik CVd”25% = sangat seragam, 25%<CVd”50% = cukup seragam, 25 <CVd”50% = cukup bervariasi, dan CVe”75% = sangat bervariasi. Sedangkan nilai fluktuasi asimetrik digunakan indeks 3 tingkatan variasi yang rendah (CVDI=0,1), variasi sedang (CVDI=0,5), dan sangat bervariasi (CVDI=1). Berdasarkan pada nilai coefficient variation sebagian besar karakter morfometrik tergolong cukup seragam 72% (25%<CVd”50%) dan cukup bervariasi 28% (50 <CVd”75%), dengan rata-rata 47,60% tergolong cukup seragam. Berdasarkan pada indeks CVDI terlihat 60% karakter asimetrik tergolong variasi sedang dan sangat bervariasi (CVDI=0,5) dan CVDI=1), 40% termasuk variasi yang rendah. Hasil analisis karakter morfometrik dan indeks fluktuasi asimetrik mengkonfirmasi bahwa populasi ikan belida (Chitala spp.) di Sungai Tulang Bawang telah berada pada kondisi mendekati seragam atau memiliki variasi genetik yang rendah. Research on the status of knife fish (Chitala lopis) diversity in Tulang Bawang River (Lampung Province) based on morphometric charactes and indeks of fluctuating asimetric had been carried out during 2005 at Tulang Bawang River (Lampung Province). Diversity was estimated based on morphometric characters using coefficient variation values, which is derived from dividing the standard deviation characters by its mean, on 25 morphometric characters from 26 knife fish (Chitala lopis) specimens. Fluctuating asimetric indeks of knife fish (Chitala lopis) Tulang Bawang River were estimated using Palmer and Strobeck formula, and then see CVDI as the estimate of diversity, as previously conduct Ttest analysis to find signification character between the right and left of the body. Coefficient variation values derived on morphometric character classified four categories, CVd”25% = as highly uniform, 25%<CVd”50% = middle uniform, 25%<CVd”50% = middle variation, and CVe”75% = highly variation. Meanwhile fluctuating asimetric value employed three rate clasification, low variation (CVDI=0.1), middle variation (CVDI=0.5), and high variaton (CVDI=1). Based on coefficient variation value, most of the morphometric characters were middle uniform 72% (25%<CVd”50%) and middle variation 28% (50%<CVd”75%), with means value is 47.60% classified as middle uniform. Based on indeks CVDI shown 60% asimetric characters classified as variation middle and high variation (CVDI=0.5 and CVDI=1), 40% identified had low variation. Research confirms that knife fish (Chitala lopis) at Tulang Bawang river were in state of closing uniform or presumby have low genetic variation.
KONDISI HABITAT DAN KAITANNYA DENGAN JUMLAH PENYU HIJAU (Chelonia mydas) YANG BERSARANG DI PULAU DERAWAN, BERAU-KALIMANTAN TIMUR Dharmadi Dharmadi; Ngurah Nyoman Wiadnyana
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1342.351 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.2.2008.195-204

Abstract

Chelonia mydas merupakan spesies penyu yang paling umum dari 6 spesies yang ditemukan di Indonesia. Dewasa ini, jumlah penyu hijau banyak mengalami penurunan, karena berbagai faktor seperti ada perburuan dan pengambilan telur penyu secara ilegal, serta terjadi degradasi habitat. Dalam penelitian ini dipelajari kondisi habitat peneluran dan fluktuasi jumlah penyu hijau (Chelonia mydas) yang mendarat di Pulau Derawan, Kabupaten Berau-Kalimantan Timur, yang diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pengelolaan habitat penyu. Penelitian yang dilakukan pada bulan Maret dan September 2006 menggunakan metode survei dan pengamatan langsung di lapangan. Deskripsi dari habitat penyu bertelur adalah daratan luas dan landai yang terletak di atas bagian pantai dengan rata-rata kemiringan 30° serta di atas pasang surut antara 30 sampai dengan 50 m. Kondisi pantai berpasir tidak kurang dari 90% dan sisa debu maupun tanah liat dengan diameter butiran halus sampai dengan sedang. Jumlah penyu yang mendarat di Pulau Derawan 408 ekor pada tahun 2004 menurun menjadi 168 ekor pada tahun 2005. Penurunan jumlah penyu hijau (Chelonia mydas) yang mendarat di Pulau Derawan disebabkan oleh menurunnya kondisi lingkungan pantai akibat meningkatnya aktivitas masyarakat, berkurangnya kerapatan vegetasi pantai akibat abrasi, dan berkurangnya ruang tempat peneluran karena pembangunan rumah wisata di pinggir pantai di Pulau Derawan. Green turtle is a most common of six turtles species found in Indonesia. Actualy, this turtle population has much decreased, due to some factors, such as turtle hunting and turtle eggs taking illegally as well as habitat degradation occurrence. The current work studied the condition of nesting habitat and the fluctuation of green turtle (Chelonia mydas) population landed in Derawan Island, Berau District in East Kalimantan, with hope that the results are usefull as input for better management of sea turtle habitat. The study that was conducted on March and September 2006 used survey methods and direct observation in the field. Habitat description of green turtle (Chelonia mydas) shows that the area for nesting is the sandy coast of less than 30° slope, silt as well as compacted beach with small and medium grains diameter, and the difference between low and high tide is 30 to 50 cm. Green turtle (Chelonia mydas) number in the nesting area of Derawan Island was 408 individuals in 2004 and decreased to about 168 individuals in 2005. This condition might be caused by the degradation of nesting habitat environment due to the increase of human activity, decrease of coastal vegetation density by coastal abration, and decrease of nesting habitat caused by the builts of housing and resort in the coastal area of Derawan Island.
IDENTIFIKASI DAN DISTRIBUSI JENIS LABI-LABI (FAMILI: TRIONYCHIDAE) DI SUMATERA SELATAN Dian Oktaviani; Noviar Andayani; Mirza Dikari Kusrini; Duto Nugroho
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (960.563 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.2.2008.145-157

Abstract

Labi-labi (Testudines; Trionychidae) merupakan kelompok kura-kura air tawar. Sumatera Selatan sebagai salah satu daerah yang mempunyai potensi sumber daya ikan yang secara nyata berkontribusi dalam mengeksploitasi labi-labi di Indonesia. Penelitian ini dilakukan secara intensif dan regular pada periode bulan Pebruari 2006 sampai dengan Pebruari 2007 yang berlokasi di Sumatera Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis Trionychidae dan menggambarkan distribusi di Sumatera Selatan. Metode yang digunakan adalah survei lapang dan wawancara dengan penampung lokal di Palembang, Sumatera Selatan. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa terdapat 3 jenis Trionychidae yang ada di Sumatera Selatan, yaitu Amyda cartilaginea Boddaert 1770, Dogania subplana Geoffroy 1809, dan Pelochelys cantorii Gray 1864. Jenis yang mendominasi dalam hal jumlah adalah A. cartilaginea (84,28%) serta sekaligus sebagai jenis yang distribusi paling luas. Softshell turtles (Testudines; Trionychidae), known locally as labi-labi is the group of freshwater turtles. As one of the potential area of inland water fishery resources, South Sumatera plays an significant role in terms of their abundance and contribution as well to softshell turtles exploitation in Indonesia. To support the long term management technique for one of the threathened species, a one year intensive and regular observations were made during the period between February 2006 to February 2007. The study was carried out through field measurement survey and interview with the local collectors at Palembang. The aim of the study was to describe the Trionychidae species and its geographical distribution in South Sumatera. The results indicated that there were 3 species of Trionychidae occured at South Sumatera consist of Amyda cartilaginea Boddaert 1770, Dogania subplana Geoffroy 1809, and Pelochelys cantorii Gray 1864. The predominant species in volume was A. cartilaginea (84.28%) and so was its distribution.
PERTUMBUHAN, UMUR, DAN MORTALITAS IKAN ENDEMIK BONTI-BONTI (Paratherina striata) DARI DANAU TOWUTI Syahroma Husni Nasution; Ismudi Muschsin; Sulistiono Sulistiono; Dedi Soedharma; Soetikno Wirjoatmodjo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.885 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.2.2008.205-214

Abstract

Ikan bonti-bonti (Paratherina striata) termasuk ke dalam famili Telmatherinidae, bersifat endemik di Danau Towuti dan Danau Mahalona. Ikan ini tergolong rawan punah (vulnerable species). Penurunan stok ikan tersebut dikhawatirkan terjadi di alam, hal tersebut selain karena tingkat eksploitasi yang meningkat juga karena penurunan kualitas habitat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji parameter pertumbuhan, umur, dan mortalitas ikan bonti-bonti (Paratherina striata) sebagai dasar perumusan dalam pengelolaan. Penelitian ini dilakukan di perairan Danau Towuti. Contoh ikan diperoleh menggunakan jaring insang eksperimental dengan ukuran mata jaring 5/8, 3/4, 1, dan 1 1/4 inci di 5 stasiun dari bulan Mei 2006 sampai dengan April 2007. Penghitungan pertumbuhan, umur, dan mortalitas ikan dilakukan berdasarkan pada frekuensi ukuran panjang total. Data dianalisis menggunakan soft ware FiSAT II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai parameter pertumbuhan pada ikan jantan dan betina masing-masing L¥=20,05 dan 20,45 cm; K=1,70 dan 2,00 per tahun; dan to=-0,02 dan -0,01 tahun. Panjang dan umur ikan jantan dan betina yang tertangkap masing-masing 3,80 sampai dengan 19,78 cm (0,29 sampai dengan 32,44 bulan) dan 4,68 sampai dengan 18,33 cm (0,59 sampai dengan 8,60 bulan). Ukuran ikan jantan dan betina matang gonad dengan peluang 50% adalah 16,78 cm (11,78 bulan) dan 14,61 cm (5,18 bulan). Terdapat 2 kohort ikan bonti-bonti (Paratherina striata) pada bulan Nopember. Puncak pemijahan diperkirakan terjadi pada bulan Nopember. Laju mortalitas total (Z), laju mortalitas alami (M), dan laju mortalitas karena penangkapan (F) pada ikan jantan dan betina masing-masing 6,32 dan 7,32; 2,89 dan 3,20; dan 3,43 dan 4,12 per tahun. Tingkat pemanfaatan stok ikan bonti-bonti (Paratherina striata) di Danau Towuti ada indikasi kelebihan tangkap baik pada ikan jantan (E=0,54) maupun ikan betina (E=0,56). Bonti-bonti (Paratherina striata) that belong to family Telmatherinidae, is an endemic fish species in Lake Towuti and Lake Mahalona. This fish is vulnerable species and its population tend to decrease due to intensive fishing and habitat quality deterioration. This study was aimed to reveal the growth parameters, age, and mortality of bonti bonti (Paratherina striata) as the foundation for its management. The study was conducted in Lake of Towuti, South Sulawesi. Samples were collected using experimental gill net with mesh sized of 5/8, 3/4, 1, and 1 1/4 inches in five stations from May 2006 to April 2007. Growth, age, and fish mortality were calculated based on total length frequency data using FiSAT II software. Result shows that growth parameters value of male and female L¥=20.05 and 20.45 cm; K=1.70 and 2.00 per year; and to=-0.02 and -0.01 year, respectively. Length and age of male and female of fish capture were 3.80 to 19.78 cm (0.29 to 32.44 month) and 4.68 to 18.33 cm (0.59 to 8.60 month). Male and female reached 50% gonad maturity at the size of 16.78 cm (11.78 month) and 14.61 cm (5.18 month). There are two cohorts of bonti-bonti (Paratherina striata) in November. The peak spawning season of the fish was predicted occured in November. Total mortality rate, natural mortality rate, and fishing mortality rate of male and female were 6.32 and 7.32; 2.89 and 3.20; and 3.43 and 4.12 per year, respectively. Exploitation level of bonti-bonti (Paratherina striata) stock in Lake Towuti indicate a situation where over fishing (male E=0.54 and female E=0.56) occur.

Page 1 of 1 | Total Record : 9


Filter by Year

2008 2008


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 4 (2025): (Desember 2025) Vol 31, No 3 (2025): (September 2025) Vol 31, No 2 (2025): (Juni 2025) Vol 31, No 1 (2025): (Maret 2025) Vol 30, No 4 (2024): (Desember 2024) Vol 30, No 3 (2024): (September) 2024 Vol 30, No 2 (2024): (Juni) 2024 Vol 30, No 1 (2024): (Maret) 2024 Vol 29, No 4 (2023): (Desember) 2023 Vol 29, No 3 (2023): (September) 2023 Vol 29, No 1 (2023): (Maret) 2023 Vol 28, No 4 (2022): (Desember) 2022 Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 28, No 1 (2022): (Maret) 2022 Vol 27, No 4 (2021): (Desember) 2021 Vol 27, No 3 (2021): (September) 2021 Vol 27, No 2 (2021): (Juni) 2021 Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021 Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020 Vol 26, No 3 (2020): (September) 2020 Vol 26, No 2 (2020): (Juni) 2020 Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020 Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019 Vol 25, No 3 (2019): (September) 2019 Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019 Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019 Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018 Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018 Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018) Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 23, No 3 (2017): (September 2017) Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017) Vol 22, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 22, No 3 (2016): (September) 2016 Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 22, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 21, No 3 (2015): (September 2015) Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014) Vol 20, No 3 (2014): (September 2014) Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014) Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014) Vol 19, No 4 (2013): (Desember 2013) Vol 19, No 3 (2013): (September 2013) Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013) Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013) Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012) Vol 18, No 3 (2012): (September 2012) Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012 Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012) Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011) Vol 17, No 3 (2011): (September 2011) Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011) Vol 17, No 1 (2011): (Maret 2011) Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010) Vol 16, No 3 (2010): (September 2010) Vol 16, No 2 (2010): (Juni 2010) Vol 16, No 1 (2010): (Maret 2010) Vol 15, No 4 (2009): (Desember 2009) Vol 15, No 3 (2009): (September 2009) Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009) Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009) Vol 14, No 4 (2008): (Desember 2008) Vol 14, No 3 (2008): (September 2008) Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008) Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008) Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 13, No 1 (2007): (April 2007) Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 12, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 12, No 1 (2006): (April 2006) Vol 11, No 9 (2005): (Vol. 11 No. 9 2005) Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005) Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005) Vol 11, No 6 (2005): (Vol. 11 No. 6 2005) Vol 11, No 5 (2005): (Vol. 11 No. 5 2005) Vol 11, No 4 (2005): (Vol. 11 No. 4 2005) Vol 11, No 3 (2005): (Vol. 11 No. 3 2005) Vol 11, No 2 (2005): (Vol. 11 No. 2 2005) Vol 11, No 1 (2005): (Vol. 11 No. 1 2005) Vol 10, No 7 (2004): (Vol. 10 No. 7 2004) Vol 10, No 6 (2004): (Vol. 10 No. 6 2004) Vol 10, No 5 (2004): (Vol. 10 No. 5 2004) Vol 10, No 4 (2004): (Vol. 10 No. 4 2004) Vol 10, No 3 (2004): (Vol. 10 No. 3 2004) Vol 10, No 2 (2004): (Vol. 10 No. 2 2004) Vol 10, No 1 (2004): (Vol. 10 No. 1 2004) Vol 9, No 7 (2003): (Vol.9 No.7 2003) Vol 9, No 6 (2003): (Vol.9 No.6 2003) Vol 9, No 5 (2003): Vol. 9 No. 5 2003) Vol 9, No 4 (2003): Vol. 9 No. 4 2003) Vol 9, No 3 (2003): (Vol.9 No.3 2003) Vol 9, No 2 (2003): (Vol, 9 No. 2 2003) Vol 9, No 1 (2003): (Vol.9 No.1 2003) Vol 8, No 7 (2002): (Vol.8 No.7 2002) Vol 8, No 6 (2002): (Vol.8 No.6 2002) Vol 8, No 5 (2002): (Vol.8 No.5 2002) Vol 8, No 4 (2002): (Vol.8 No.4 2002) Vol 8, No 3 (2002): (Vol.8 No.3 2002) Vol 8, No 2 (2002): (Vol. 8 No. 2 2002) Vol 8, No 1 (2002): (Vol.8 No.1 2002) Vol 7, No 4 (2001): (Vol. 7 No. 4 2001) Vol 7, No 2 (2001): (Vol.7 No. 2 2001) Vol 6, No 3-4 (2000): (Vol.6 No.3-4 2000) Vol 6, No 2 (2000): (Vol.6 No.2 2000) Vol 6, No 1 (2000): (Vol.6 No.1 2000) Vol 5, No 2 (1999): (Vol.5 No.2 1999) Vol 5, No 1 (1999): (Vol.5 No. 1 1999) Vol 4, No 4 (1998): (Vol.4 No.4 1998) Vol 4, No 3 (1998): (Vol.4 No.3 1998) Vol 4, No 2 (1998): (Vol.4 No.2 1998) Vol 4, No 1 (1998): (Vol.4 No.1 1998) Vol 3, No 4 (1997): (Vol.3 No.4 1997) Vol 3, No 3 (1997): (Vol.3 No.3 1997) Vol 3, No 2 (1997): (Vol.3 No.2 1997) Vol 3, No 1 (1997): (Vol.3 No.1 1997) Vol 2, No 4 (1996): (Vol.2 No.4 1996) Vol 2, No 3 (1996): (Vol.2 No.3 1996) Vol 2, No 2 (1996): (Vol.2 No.2 1996) Vol 2, No 1 (1996): (Vol.2 No.1 1996) Vol 1, No 4 (1995): (Vol.1 No.4 1995) Vol 1, No 3 (1995): (Vol.1 No.3 1995) Vol 1, No 2 (1995): (Vol.1 No.2 1995) Vol 1, No 1 (1995): (Vol.1 No.1 1995) More Issue