cover
Contact Name
Endang Sriyati
Contact Email
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
ISSN : 08535884     EISSN : 25026542     DOI : -
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia accepts articles in the field of fisheries, both sea and inland public waters. The journal presents results of research resources, arrest, oceanography, environmental, environmental remediation and enrichment of fish stocks.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009)" : 8 Documents clear
PENDUGAAN STOK IKAN DI SUNGAI KAPUAS, KALIMANTAN BARAT Agus Djoko Utomo; Suslo Adjie
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9668.031 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.1.2009.33-48

Abstract

Sungai Kapuas, Kalimantan Barat mempunyai tipe ekosistem yang kompleks dan keanekaragaman jenis ikan tinggi. Sungai Kapuas ini sudah mendapat tekanan dari luar terutama dari pertanian, perkebunan, dan pertambangan. Akibatnya, beberapa jenis ikannya sudah mulai langka antara lain ringo (Datniodes quadrifsciatus), siluk (Scleropags formosus), belantau (Macrochirichthys macrochirus), dan kapas (Rohteichthys microlepis). Suatu kajian stok ikan dengan menggunakan metode akustik dilakukan pada bulan Juli dan Desember 2006 di Sungai Kapuas. Lokasi yang diambil adalah ruas Sungai Kapuas dari Pontianak ke hilir sampai Muara Jungkat, ruas Sungai Kapuas dan ruas anak sungainya sekitar Tayan, ruas anak sungai perairan banjiran di kawasan Sentarum dan satu buah danau sungai mati yaitu Danau Empangau. Untuk mengetahui komposisi jenis ikan, pengambilan contoh ikan dilakukan dan hasil tangkapan dicatat oleh enumerator. Stok ikan di hilir antara Pontianak dan Muara Jungkat adalah 1.847 ind./Ha, di Tayan pada sungai Kapuas dan anak sungainya masing-masing adalah 157 dan 403 ind./Ha, di kawasan Sentarum berkisar 1.087 - 1.634 ind./Ha, dan di Danau Empangau adalah 5.708 ind./Ha. Jenis ikan yang mendominansi di perairan antara Pontianak ke Muara Jungkat yaitu sengarat (Kryptopterus trichopterus) dan baung (Mystus nemurus), di Tayan yaitu kotol mulut (Amblyrhycnchichthys truncatus) dan kelabau (Osteochilus melanopleura), di kawasan Sentarum yaitu bauk (Labiobabrus spp.), sepat (Trichogaster trichopterus), dan toman (Channa micropeltes), serta di Danau Empangau yaitu entukan (Thynnichthys thynnoides), umpan (Puntius waandersii), dan biawan (Helostoma temminckii).  Kapuas River, West Kalimantan has various ecosystem types and high fish biodiversity. This river has been pressured by other sectors such as agriculture, plantation, and mining. Some of fish species such as ringo (Datniodes quadrifsciatus), siluk (Scleropags formosus), belantau (Macrochirichthys macrochirus), and kapas (Rohteichthys microlepis) endanger. A study on fish stock assessment using accoustic methods was done on July and December 2006 in Kapuas River. The locations selected in this study were down stream from Pontianak to Muara Jungkat, segment of Kapuas River and its tributary around Tayan area, in segment of Sentarum floodplains (Empangau oxbow lake). Average fish stock in downstream segment was 1,847 ind./Ha, around Tayan in main river and its tributary was 157 ind./Ha and 403, respectively, in Sentarum ranged 1,087 - 1,634 ind./Ha and in Empangau Lake was 5,708 ind./Ha. Fish species dominance from Pontianak to Muara Jungkat was sengarat (Kryptopterus sp.) and baung (Mystus nemurus), in Tayan was kotol mulut (Amblyrhycnchichthys truncatus) and kelabau (Osteochilusmelanopleura), in Sentarum was bauk (Labiobabrus spp.), sepat (Trichogaster trichopterus), and toman (Channa micropeltes), and in Empangau Lake were entukan (Thinnichthys thynnoides), umpan (Puntius waandersii), and biawan (Helostoma temminckii).
DISTRIBUSI SPASIAL, STATUS PEMANFAATAN, DAN UPAYA KONSERVASI PESUT MAHAKAM (Orcaella brevirostris) DI KALIMANTAN TIMUR Dharmadi Dharmadi; Dede Irving Hartoto; Syahroma Husni Nasution; Dian Oktaviani
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (886.601 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.1.2009.49-58

Abstract

Penelitian dilakukan pada tahun 2004 - 2006 di Danau Semayang dan Muara Kaman (bagian dari Sungai Mahakam), Kalimantan Timur, melalui survei lapangan dan wawancara langsung dengan nelayan, masyarakat, dan Dinas Perikanan, Dinas Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebaran secara spasial, status pemanfaatan, dan upaya konservasi pesut Mahakam (Orcaella brevirostris). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa distribusi pesut Mahakam secara spasial terdapat di Muara Kaman, Muara Sungai Pela Kecil, muara Sungai Pela Besar, Danau Semayang, dan Danau Melintang. Pada saat ini, pesut Mahakam di Sungai Mahakam digunakan sebagai wisata air bagi turis domestik maupun luar negeri. Upaya konservasi pesut Mahakan dapat dilakukan melalui perlindungan habitat dari pencemaran dan pendangkalan, perlindungan suaka perikanan yang berfungsi untuk penyedia makanan alami serta meningkatkan peran aktif masyarakat agar turut menjaga kelestarian pesut. This study was conducted during 2004 to 2006 in Semayang and Melintang Lakes, Mahakam segment around Muara Kaman River of East Kalimantan, through field survey methods, and directly interview to respective respondens of fishers, local people, Fisheries Regency Departement and Forest Protection and Natural Resources Conservation. The objective of the study was to elucidate the distribution spasial, utilization status, and conservation effort of freshwater dolphin (Orcaella brevirostris). Results show that the spasial distributions of freshwater dolphin were found in Kaman, Pela Kecil, Bank of Pela Besar Rivers, Semayang, and Melintang Lakes. Freshwater dolphines was used as echotourism for local and foreign tourisms. There are some efforts to conserve of freshwater dolphin in the East Kalimantan, namely habitat protection from pollution and sedimentation, fisheries area protection for providing natural food and to increase local people role in conserving the existence of these animals.
KARAKTERISASI POPULASI IKAN PUTAK (Notopterus notopterus) MENGGUNAKAN ANALISIS KERAGAMAN FENOTIPIK DAN DAERAH 16 SRNA DNA MITOKONDRIA Arif Wibowo; Mas Tri Djoko Sunarno; Subagdja Subagdja; Taufiq Hidayah
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (616.565 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.1.2009.1-12

Abstract

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2006 di Sungai Ogan, Sungai Kelekar (anak Sungai Musi, Sumatera Selatan), perairan di Pulau Bangka serta Kota Bangun dan Tanah Ulu (Sungai Mahakam, Kalimantan Timur). Tujuannya adalah untuk menganalisis karakterisasi populasi ikan putak (Notopterus notopterus) dari berbagai habitat berdasarkan pada karakter fenotipik dan genetik serta untuk menentukan karakter morfologi sebagai pembeda utama, mendeterminasi jarak kemiripan antar populasi ikan putak dan untuk menganalisis apakah perbedaan morfologi antar populasi tersebut hanya sekedar fenotipik plastisity atau memiliki dasar evolusi yang signifikan. Dari lokasi pengambilan contoh yang ditentukan secara sengaja (purposive sampling) berhasil dikoleksi 49 spesimen untuk pengukuran morfometrik dan meristik yang berasal dari lima lokasi berbeda dan tujuh spesimen dari dua populasi untuk marka molekuler. Pengukuran biometrik dilakukan pada 35 karakter morfologi bentuk badan pada bagian sisi sebelah kiri tubuh ikan. Data biometrik dianalisis dengan Analisis Deskriminan, menggunakan Software Statistica 6.0, sedangkan data genetik menggunakan Metode Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) pada mitokondria (mtDNA), menggunakan primer 16S rRNA, hasilnya dianalis secara manual kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pada analisis karakter morfologi, populasi ikan putak yang terdapat di Sungai Ogan, Sungai Kelekar, perairan di Bangka, dan Sungai Mahakam (Kota Bangun dan Tanah Ulu) merupakan populasi yang terpisah. Karakter pembeda utama antar kelompok populasi tersebut adalah Snouth Length (SL), Isthmus Length (IL), dan Adipose Length (AL). Populasi ikan putak yang berada di Pulau Kalimantan (Tanah Ulu dan Kota Bangun) memiliki jarak kemiripan yang cukup jauh dengan populasi di Pulau Sumatera (Ogan, Kelekar dan Bangka). Terlihat jelas bahwa pola isolasi dikarenakan oleh barrier alam. Perbedaan antar populasi ikan putak tidak hanya merupakan plastisity fenotipik, namun juga telah memiliki dasar evolusi. This reseach was conducted at 2006 in the rivers of Ogan and Kelekar (segment of Musi River, South Sumatera), waters in Bangka Island, and Kota Bangun, and Tanah Ulu (segment of Mahakam River, East Kalimantan). This study was to reveal population characteristic of putak (Notopterus notopterus) from different habitats based on its characters of fenotipic and genetic, and to determine the most discriminate morphological characters, to determine similiarty distance among the putak population and to analyze whether morphological differences among those populations are just phenotipic plastisity or it has evolution significantly. Of sampling locations selected using purposive sampling were got 49 specimens for measurement of morphometric and meristic originated from five different locations and seven specimens for mtDNA analysis originated from two different populations. Biometric measurement was conducted at 35 morphological characters on the leftside of the fish body. Restriction Fragment Length Polymorphism(RLFP)Method was employed formt DNA analysis using 16S rRNA marker. Biometric datum was subject to Discriminant Analysis using Statistica 6.0 package, since mtDNA was analyzed by manual qualitative. The results on morphological analysis showed that the putak originated from Ogan River, Kelekar, inland waters of Bangka Island, Kota Bangun, and Tanah Ulu were separated population. Snouth Length (SL), Isthmus Length (IL), and Adipose Length (AL) are the most discriminate morphological characters. Population of the putak from Kalimantan Island (Tanah Ulu and Kota Bangun) had wider similarity distance compared to from that Sumatera population (Ogan River, Kelekar River, and Bangka Island). It was clearly shown that  the putak population among different islands was isolated by natural barrier. Morphological difference of the putak was not only caused by fenotipic, but also by evolution significance.
KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON PADA PERAIRAN CALON SUAKA PERIKANAN DI WADUK KOTO PANJANG, RIAU Yayuk Sugianti; Adriani Sri Nastiti; Krismono Krismono; Andri Warsa
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.131 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.1.2009.23-32

Abstract

Salah satu kriteria penting untuk menentukan suatu lokasi menjadi suaka perikanan agar dapat berfungsi sebagai sumber benih untuk meningkatkan produksi ikan adalah ketersediaan pakan alami seperti plantkon. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui komposisi, keanekaragaman, dan dominansi fitoplankton sebagai pakan alami ikan pada perairan calon suaka perikanan di Waduk Koto Panjang, Riau. Contoh diambil pada lima stasiun pengamatan pada bulan Maret, Juni, dan Desember 2007. Parameter yang dianalisis adalah komposisi dan kelimpahan, keanekaragaman, serta dominansi fitoplankton. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa di Waduk Koto Panjang, Riau ditemukan lima kelas fitoplankton yaitu Chlorophyceae (21 marga), Cyanophyceae (tiga marga), Bacillariophyceae (tujuh marga), Dinophyceae (tiga marga), dan Euglenophyceae (dua marga) dengan total kelimpahan fitoplankton 6,6x105 ind. per L. Total nilai Indeks Keanekaragaman selama pengamatan adalah 2,97, berarti bahwa kondisi lingkungan di Waduk Koto Panjang sangat baik dan tidak tercemar. Terdapat tiga marga fitoplankton yang mendominansi yaitu Cosmarium, Staurastrum, dan Peridinium dengan nilai dominansi kumulatif masing-masing sebesar 26,54: 23,92; dan 13,37%. One important criteria for selecting a site to be inland fishery reserve to increase fish seed production is the availability of natural food such as plankton.The objective of this study was to elucidate the composition, diversity, and dominancy of phytoplankton as natural food of fish in proposed site of inland fishery reserve of Koto Panjang Reservoir. The phytoplankton sample was taken in five stations at March, June, and December 2007. The Koto Panjang Reservoir had five classes of phytoplankton, namely Chlorophyceae (21 genus), Cyanophyceae (three genus), Bacillariophyceae (seven genus), Dinophyceae (three genus), and Euglenophyceae (two genus) with the total abundance of 6,6x105 ind. per L. Total index of diversity of phytoplankton was 2.97, meaning that the Koto Panjang Reservoir was still in a good condition and unpolluted yet. There were three genera of phytoplankton dominating in the Koto Panjang Reservoir, namely Cosmarium, Staurastrum, and Peridinium at a respective dominancy cumulative index value of 26.54%; 23.93; and 13.37.
PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PEMANGKAT, KALIMANTAN BARAT Tuti Hariati; Umi Chodrijah; Muhammad Taufik
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.55 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.1.2009.79-91

Abstract

Pemanfaatan sumber daya ikan pelagis kecil di Laut Cina Selatan wilayah Indonesia (luasnya sekitar 595.000 km2), khususnya di perairan pantai Kalimantan Barat dengan sasaran utamanya ikan kembung (Rastrelliger brachyosoma) pada tahun 1991 telah mencapai 94% dari rata-rata hasil tangkapan maksimum lestari. Perkembangan penangkapan ikan pelagis kecil ke arah lepas pantai yang dirintis oleh armada pukat cincin Pekalongan sejak tahun 1985 di perairan Pejantan telah diikuti oleh nelayan Kalimantan Barat, khususnya di Pemangkat pada tahun 1990. Jumlah kapal pukat cincin Pemangkat yang pada tahun 1995 hanya enam unit, pada tiap tahunnya meningkat sampai mencapai 48 unit pada tahun 2003. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran perikanan pelagis kecil yang berbasis di Pemangkat dengan alat tangkap pukat cincin. Analisis dilakukan berdasarkan pada data log book tiap trip kapal pukat cincin pada periode tahun 2004 - 2006. Hasil tangkapan pukat cincin didominansi oleh ikan pelagis kecil, terutama 2 jenis ikan layang (Decapterus russelli dan D. macrosoma), bentong (Selar crumenophthalmus), banyar (Rastrelliger kanagurta), dan tembang (Sardinella gibbosa), serta jenis-jenis ikan lainnya yang bernilai ekonomis. Hasil tangkapan ikan pelagis kecil bervariasi menurut musim, yaitu paling tinggi pada musim peralihan 1 dan peralihan 2, serta paling rendah pada musim barat. Catch per unit of effort jenis-jenis ikan pelagis kecil dari tahun 2005 - 2006 pada umumnya cenderung turun, diduga akibat tingginya jumlah upaya dari banyak armada pukat cincin lain, baik dari wilayah Indonesia maupun dari luar negeri. Exploitation of small pelagic fish resources in the South China Sea of Indonesian region (around 595,000 km2) especially in the coastal waters ofWest Kalimantan Province which short bodied mackerel (Rastrelliger brachyosoma) as the main target had reached at a rate of 94% of the average of maximum sustainable yield. The development of fishing on small pelagic fishes toward off shore pioneered by purse seine fleet of Pekalongan (north coast of Java) since 1985 then followed by fishermen of West Kalimantan, especially in Pemangkat in 1990. The number of purse seine of Pemangkat that only 6 units in 1995 increased every year up to 43 units in 2003. The aim of this research was to describe small pelagis fishery in the Pemangkat landing site by purse seine. Analysis was conducted based on log book data of purse seiners during the period of 2004 to 2006. During the period of 2004 to 2006, the catch of Pemangkat purse seine was mostly small pelagic fish mainly composed of 2 species of scads (Decapterus russelli and D. macrosoma), big eye scad (Selar crumenophthalmus), Indian mackerel (Rastrelliger kanagurta), and fringerscale sardine (Sardinella gibbosa), also the other economic fishes. Both the catch varied between moonson. The highest catch was during the two intermoonsons and the lowest catch was during the west moonson. Catch per unit of effort of the small pelagic fishes from 2005 to 2006 mainly decreased, since the high amount of the efforts from purse seine fleets of the other locations of Indonesia as well as foreign countries.
KARAKTERISTIK KUALITAS AIR DANAU LIMBOTO, PROVINSI GORONTALO Krismono, Krismono,; Lismining Pujiyani Astuti; Yayuk Sugianti
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1142.355 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.1.2009.59-68

Abstract

Danau Limboto terletak pada ketinggian 25 m di atas permukaan laut yang berada di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Danau ini berfungsi untuk perikanan tangkap, perikanan budi daya, dan pengendalian banjir. Kualitas air merupakan kunci penting bagi kehidupan ikan dan salah satu masukkan penting untuk pengelolaan kegiatan perikanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan kualitas air Danau Limboto. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret, Mei, September, dan Nopember 2006. Pengambilan contoh air dilakukan di lima stasiun pengamatan dengan metode survei berstrata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu, pH, alkalinitas total, oksigen terlarut, dan karbondioksida bebas Danau Limboto mendukung untuk kegiatan perikanan. Berdasarkan pada tingkat kecerahan, N-NO3, P-PO4, klorofil-a, dan kelimpahan plankton, danau ini termasuk ke dalam perairan eutrofik hingga hipertrofik (subur). Limboto Lake is located in Gorontalo District, Gorontalo Province at 25 m above sea level. The lake functions as capture and culture fisheries and flood control. Water quality is an important environmental factors for fisheries management. The objective of this research was to identify the water quality characteristic of Limboto Lake. Research was done at March, May, September, and November 2006. Water samples was taken in each research stations using survey stratified method. The results showed that temperature, pH, total alkalinity, dissolved oxygen, and free carbon dioxide were in the level of supporting the fisheries activity. Based on transparency, N-NO3, P-PO4, chlorophylla, and abundance of plankton, the lake was catagorized as eutrophic to hypertrophic waters.
PARAMETER FISIKA, KIMIA, DAN BIOLOGI PENCIRI HABITAT IKAN BELIDA (Chitala lopis) Arif Wibowo; Mas Tri Djoko Sunarno; Safran Makmur
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.218 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.1.2009.13-21

Abstract

Penelitian mengenai parameter fisika, kimia, dan biologi penciri habitat ikan belida (Chitala lopis) dilakukan tahun 2005 - 2006 di perairan umum daratan di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Tujuan nya adalah untuk mendapatkan informasi parameter lingkungan yang menjadi karakteristik habitat ikan belida dari berbagai badan air di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Metode survei dan kegiatan laboratorium digunakan dalam penelitian ini. Parameter lingkungan yang diamati meliputi suhu udara, suhu air, Total Dissolved Solid (TDS), Daya Hantar Listrik (DHL), klorofil-a, kecepatan arus, Biological Oxygen Demand (BOD), oksigen terlarut, pH, alkalinitas, CO2 bebas, kedalaman air, dan kecerahan pada 116 lokasi pengambilan yang ditentukan secara sengaja di Sungai Tulang Bawang (Provinsi Lampung), Sungai Kampar, Sungai Siak (Provinsi Riau), Sungai Musi (Provinsi Sumatera Selatan), Sungai Citarum (Provinsi Jawa Barat), Sungai Kapuas (Provinsi Kalimantan Barat), dan Waduk Riam Kanan (Provinsi Kalimantan Selatan). Analisis data menggunakan pendekatan analisis multivariabel regresi berganda Metode Backward yang didasarkan pada Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) dan pembeda (Discriminant Analysis), serta korespondensi analisis (correspondency analysis). Hasil penelitian menunjukkan habitat ikan belida dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu tipe yang menyerupai sungai utama, waduk, dan anak sungai. Pembeda utama sekaligus parameter lingkungan utama adalah parameter TDS yang paling besar, dan selanjutnya parameterparameter DHL, suhu udara, klorofil-a, kecepatan arus, BOD, Oksigen terlarut, pH, alkalinitas, dan CO2 bebas menyumbang yang paling sedikit. Kehadiran plankton genus Ulothrix dan Mytilina secara tidak langsung teridentifikasi sebagai penciri habitat spesifik ikan belida. Research on physical, chemical, and biological parameters indicating specific habitat of clown knife fish (Chitala lopis) was carried out at 2005 - 2006 in inlands waters of Sumatera, Borneo, and Java. This study purposed to obtain information of environmental parameters indicating habitat characteristic of the knife fish in various inland waters bodies in Sumatera, Borneo, and Java. Survey method and laboratory activities were employed in this research. Environmental parameters observed were air temperature, water temperature, Total Dissolved Solid (TDS), conductivity, water velocity, Biological Oxygen Demand (BOD), dissolved oxygen, pH, alkalinity, free C02, water depth, and water transparancy taken on 116 sampling stations distributing in Tulang Bawang River (Lampung Province), Kampar and Siak River (Riau Province), Musi River (South Sumatera Province), Kapuas River (West Kalimantan Province), Riam Kanan Reservoar (South Kalimantan Province), and Citarum River (West Java Province). Data analysis used multivariate approach of multiple regression of Backward Method such as Principal Component Analysis, Discriminant Analysis, and Corre spondency Analysis. The results showed that the clown knife fish habitats could be divided by three types of specific habitat, namely water bodies similar with main rivers, reservoir, and tributaries. Parameter of TDS indicated the primary differentization as well as habitat characteristics of the clown knife fish.Whilst the parameters of conductivity, air temperature, chlorophyill-a, water current, BOD, dissolved oxygen, pH, alcalinity, and free CO2 contributed less significance. The existence of plankton from genus Ulothrix and Mytilina was identified indirectly as the specific habitat of the clown knife fish.
FLUKTUASI BULANAN HASIL TANGKAPAN CANTRANG YANG BERBASIS DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TEGAL SARI, KOTA TEGAL Tri Ernawati; Bambang Sumiono
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (122.516 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.1.2009.69-77

Abstract

Penelitian mengenai perikanan cantrang yang berkaitan dengan sumber daya ikan demersal sebagai hasil tangkapan utama dilaksanakan selama tahun 2006 - 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fluktuasi bulanan hasil tangkapan cantrang yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegal Sari. Metode yang digunakan adalah survei yang meliputi pengambilan contoh dari hasil tangkapan, pencatatan buku bakul dan statistik perikanan pelabuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah trip armada cantrang periode 2006 - 2007 didominansi oleh kapal berukuran 21 - 30 GT. Produksi bulanan Pelabuhan Perikanan Pantai Tegal Sari dari tahun 2004 - 2007 berfluktuasi. Secara umum, produksi bulanan pada bulan Nopember 2005 - Desember 2006 jauh lebih tinggi dibanding pada bulan-bulan di tahun 2004 dan 2007. Hal ini karena dipengaruhi oleh fluktuasi jumlah trip dan perkembangan unit penangkapan. Komposisi hasil tangkapan cantrang tahun 2006 berdasarkan pada hasil pengambilan contoh, didominansi oleh ikan coklatan (Scolopsis taeniopterus) (22%), kuniran (Upeneus spp.) (17,4%), dan swangi atau demang (Priachantus sp.) (9,7%). Ratarata laju tangkap pada tahun 2006 dan 2007 berturut-turut 333,6 dan 424 kg/hari. Laju tangkap tahun 2006 cenderung, dipengaruhi oleh fluktuasi musiman, sedangkan laju tangkap tahun 2007 cenderung naik, tidak terpengaruh oleh fluktuasi musiman. Daerah penangkapan armada cantrang yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegal Sari adalah di sekitar pantai timur Lampung, Tanjung Selatan (Kalimantan Selatan), dan Tanjung Puting (Kalimantan Tengah). The research on danish seine fishery related to demersal fish resources as the main catch was carried out from 2006 - 2007. The research aimed to know monthly fluctuation of the danish seine catch in Tegal Sari landing base. The survey was conducted by sampling the catch, recording data from retailer’s book and landing base statistic. The results showed that number of trip from 2006 - 2007 was dominated by 21 to 30 GT vessel. Monthly production in Tegal Sari landing base on 2004 to 2007 was fluctuated. Generally, monthly production on November 2005 - Desember 2006 was higher than other months on 2004 and 2007. It was caused by fluctuation of trips number and unit fishing developement. The catch composition in 2006 based on sampling result, was dominated by lattice monocle bream (Scolopsis taenipterus) (22%), goatfish (Upeneus spp.) (17.4%), and purple spotted bigeye (Priachantus spp.) (9.7%). Average of catch rate in 2006 and 2007 was 335.6 and 424 kg per day, respectively. The catch rate in 2006 danish seine, Tegal Sari tended to be influenced by season fluctuation. While catch rate in 2007 increased and was not influenced by season. Fishing grounds of danish seine fleet in Tegal Sari landing base were in eastern coast of Lampung waters, Tanjung Selatan (South Kalimantan) and Tanjung Puting (Central Kalimantan), respectively.

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2009 2009


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 4 (2025): (Desember 2025) Vol 31, No 3 (2025): (September 2025) Vol 31, No 2 (2025): (Juni 2025) Vol 31, No 1 (2025): (Maret 2025) Vol 30, No 4 (2024): (Desember 2024) Vol 30, No 3 (2024): (September) 2024 Vol 30, No 2 (2024): (Juni) 2024 Vol 30, No 1 (2024): (Maret) 2024 Vol 29, No 4 (2023): (Desember) 2023 Vol 29, No 3 (2023): (September) 2023 Vol 29, No 1 (2023): (Maret) 2023 Vol 28, No 4 (2022): (Desember) 2022 Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 28, No 1 (2022): (Maret) 2022 Vol 27, No 4 (2021): (Desember) 2021 Vol 27, No 3 (2021): (September) 2021 Vol 27, No 2 (2021): (Juni) 2021 Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021 Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020 Vol 26, No 3 (2020): (September) 2020 Vol 26, No 2 (2020): (Juni) 2020 Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020 Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019 Vol 25, No 3 (2019): (September) 2019 Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019 Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019 Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018 Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018 Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018) Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 23, No 3 (2017): (September 2017) Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017) Vol 22, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 22, No 3 (2016): (September) 2016 Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 22, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 21, No 3 (2015): (September 2015) Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014) Vol 20, No 3 (2014): (September 2014) Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014) Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014) Vol 19, No 4 (2013): (Desember 2013) Vol 19, No 3 (2013): (September 2013) Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013) Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013) Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012) Vol 18, No 3 (2012): (September 2012) Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012 Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012) Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011) Vol 17, No 3 (2011): (September 2011) Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011) Vol 17, No 1 (2011): (Maret 2011) Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010) Vol 16, No 3 (2010): (September 2010) Vol 16, No 2 (2010): (Juni 2010) Vol 16, No 1 (2010): (Maret 2010) Vol 15, No 4 (2009): (Desember 2009) Vol 15, No 3 (2009): (September 2009) Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009) Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009) Vol 14, No 4 (2008): (Desember 2008) Vol 14, No 3 (2008): (September 2008) Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008) Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008) Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 13, No 1 (2007): (April 2007) Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 12, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 12, No 1 (2006): (April 2006) Vol 11, No 9 (2005): (Vol. 11 No. 9 2005) Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005) Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005) Vol 11, No 6 (2005): (Vol. 11 No. 6 2005) Vol 11, No 5 (2005): (Vol. 11 No. 5 2005) Vol 11, No 4 (2005): (Vol. 11 No. 4 2005) Vol 11, No 3 (2005): (Vol. 11 No. 3 2005) Vol 11, No 2 (2005): (Vol. 11 No. 2 2005) Vol 11, No 1 (2005): (Vol. 11 No. 1 2005) Vol 10, No 7 (2004): (Vol. 10 No. 7 2004) Vol 10, No 6 (2004): (Vol. 10 No. 6 2004) Vol 10, No 5 (2004): (Vol. 10 No. 5 2004) Vol 10, No 4 (2004): (Vol. 10 No. 4 2004) Vol 10, No 3 (2004): (Vol. 10 No. 3 2004) Vol 10, No 2 (2004): (Vol. 10 No. 2 2004) Vol 10, No 1 (2004): (Vol. 10 No. 1 2004) Vol 9, No 7 (2003): (Vol.9 No.7 2003) Vol 9, No 6 (2003): (Vol.9 No.6 2003) Vol 9, No 5 (2003): Vol. 9 No. 5 2003) Vol 9, No 4 (2003): Vol. 9 No. 4 2003) Vol 9, No 3 (2003): (Vol.9 No.3 2003) Vol 9, No 2 (2003): (Vol, 9 No. 2 2003) Vol 9, No 1 (2003): (Vol.9 No.1 2003) Vol 8, No 7 (2002): (Vol.8 No.7 2002) Vol 8, No 6 (2002): (Vol.8 No.6 2002) Vol 8, No 5 (2002): (Vol.8 No.5 2002) Vol 8, No 4 (2002): (Vol.8 No.4 2002) Vol 8, No 3 (2002): (Vol.8 No.3 2002) Vol 8, No 2 (2002): (Vol. 8 No. 2 2002) Vol 8, No 1 (2002): (Vol.8 No.1 2002) Vol 7, No 4 (2001): (Vol. 7 No. 4 2001) Vol 7, No 2 (2001): (Vol.7 No. 2 2001) Vol 6, No 3-4 (2000): (Vol.6 No.3-4 2000) Vol 6, No 2 (2000): (Vol.6 No.2 2000) Vol 6, No 1 (2000): (Vol.6 No.1 2000) Vol 5, No 2 (1999): (Vol.5 No.2 1999) Vol 5, No 1 (1999): (Vol.5 No. 1 1999) Vol 4, No 4 (1998): (Vol.4 No.4 1998) Vol 4, No 3 (1998): (Vol.4 No.3 1998) Vol 4, No 2 (1998): (Vol.4 No.2 1998) Vol 4, No 1 (1998): (Vol.4 No.1 1998) Vol 3, No 4 (1997): (Vol.3 No.4 1997) Vol 3, No 3 (1997): (Vol.3 No.3 1997) Vol 3, No 2 (1997): (Vol.3 No.2 1997) Vol 3, No 1 (1997): (Vol.3 No.1 1997) Vol 2, No 4 (1996): (Vol.2 No.4 1996) Vol 2, No 3 (1996): (Vol.2 No.3 1996) Vol 2, No 2 (1996): (Vol.2 No.2 1996) Vol 2, No 1 (1996): (Vol.2 No.1 1996) Vol 1, No 4 (1995): (Vol.1 No.4 1995) Vol 1, No 3 (1995): (Vol.1 No.3 1995) Vol 1, No 2 (1995): (Vol.1 No.2 1995) Vol 1, No 1 (1995): (Vol.1 No.1 1995) More Issue