Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

KARAKTERISTIK PERAIRAN YANG DILALUI IKAN SIDAT (Anguilla sp.) DI ALIRAN SUNGAI POSO Sugianti, Yayuk; Krismono, Krismono
LIMNOTEK - Perairan Darat Tropis di Indonesia Vol 20, No 2 (2013)
Publisher : Research Center for Limnology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perairan danau dan sungai Poso sudah lama diketahui sebagai daerah penangkapan ikan sidat. Ikan sidat termasuk famili Anguillidae merupakan ikan katadromus yaitu ikan yang hidup di perairan tawar (sungai/danau), bermigrasi ke laut untuk melakukan pemijahan dan setelah itu kembali lagi ke perairan tawar untuk melanjutkan siklus hidupnya. Benih ( glass eel/elver) sidat di aliran Sungai Poso sendiri bergerak dari Muara Poso, kemudian bermigrasi anadromus untuk sampai ke perairan tawar melewati beberapa wilayah sungai seperti Sungai Pandiri, Sulewana menuju Rawa Tentena dan kemudian berakhir di Danau Poso. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik perairan yang dilalui fase-fase ikan sidat. Penelitian karakteristik perairan ikan sidat telah dilakukan pada bulan Maret, Mei, Juli dan September 2012 dengan metode survei berstrata. Dari pengamatan diperoleh hasil bahwa karakteristik dari lima stasiun pengamatan hampir sama, dimana karakteristik dasar perairannya berbatu dan berpasir, vegetasi yang tumbuh di sekitar sungai juga sama seperti pohon-pohon besar dan alang-alang. Kondisi kualitas perairan di aliran Sungai  Poso yang dilewati oleh fase-fase ikan sidat juga masih mendukung untuk kehidupan sidat.
KARAKTERISTIK KOMUNITAS DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI DANAU TALAGA, SULAWESI TENGAH Sugianti, Yayuk; Anwar, Masayu Rahmia; Krismono, Krismono
LIMNOTEK - Perairan Darat Tropis di Indonesia Vol 22, No 1 (2015)
Publisher : Research Center for Limnology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Danau Talaga adalah danau yang berhubungan langsung dengan laut melalui sungai sepanjang ± 1 km. Danau ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kegiatan sehari-hari sehingga menimbulkan pencemaran yang dapat menurunkan kualitas perairannya. Kajian mengenai struktur komunitas merupakan suatu konsep yang mempelajari komposisi spesies dan kelimpahanya, dalam hal ini fitoplankton. Fitoplankton merupakan tumbuhan planktonik yang bebas melayang dan hanyut serta mampu berfotosintesis. Kemampuan fitoplankton yang dapat berfotosintesis dan menghasilkan senyawa organik membuat fitoplankton disebut sebagai produsen primer. Penelitian dilakukan pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2013 di 9 (Sembilan) titik sampling. Parameter yang digunakan adalah parameter utama yaitu komposisi dan kelimpahan fitoplankton dan parameter pendukung fisika-kimia perairan : pH, turbiditas, konduktivitas, suhu, kecerahan, DO, dan nutrien. Hasil pengamatan diperoleh 39 genus fitoplankton yaitu filum Chrysophyta (14 genus), hlorophyta (18 genus), Cyanophyta (5 genus) dan Dinophyta (2 genus). Kelimpahan fitoplankton di Danau Talaga selama pengamatan berkisar antara 5,3 x 10³-8,9 x 10⁵ sel/l, dengan puncak kelimpahan fitoplankton tertinggi di bulan Mei. Nilai indeks keanekaragaman (H’) di Danau Talaga selama pengamatan berkisar antara 0,91-2,21, menunjukkan bahwa kondisi komunitasfitoplankton di Danau Talaga berada pada stabilitas komunitas biota sedang atau kualitas air tercemar sedang. Nilai koefisien saprobik di Danau Talaga sebesar 0,46. Hal ini menunjukkan bahwa perairan tersebut dalam fase β/α mesosaprobik, tercemar sedang.
EVALUASI KESUBURAN EKOSISTEM PADANG LAMUN DENGAN MENGGUNAKAN BIOINDIKATOR FITOPLANKTON DI PULAU KARIMUNJAWA, JAWA TENGAH Sugianti, Yayuk
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 16 No. 1 (2015)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5814.304 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v16i1.1606

Abstract

Ekosistem padang lamun mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai stabilitas dan penahan sedimen, mengembangkan sedimentasi, mengurangi dan memperlambat pergerakan gelombang, sebagai daerah feeding, nursery, dan spawning ground. Namun pemanfaatannya ternyata telah menimbulkan permasalahan pencemaran dan mengakibatkan kerusakan. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut digunakanlah fitoplankton sebagai bioindikator, karena beberapa organisme fitoplankton bersifat toleran dan mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan kualitas perairan. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan tingkat kesuburan dan pencemaran air pada ekosistem lamun di perairan Pulau Karimunjawa. Penelitian dilakukan pada 4 stasiun yaitu Ujung Gelam, Legon Lele, Menjangan Besar, dan Cikmas. Berdasarkan hasil penelitian Tingkat kesuburan pada ekosistem lamun di perairan Pulau Karimunjawa berdasarkan bioindikator fitoplankton termasuk dalam kondisi sedang, dengan tingkat pencemaran ringan. Adanya jenis fitoplankton dominan Nitzschia sp dari kelas Bacillariophyceae perlu diantisipasi keberadaannya supaya tidak menimbulkan dampak negatif bagi organisme di dalamnya. Karena fitoplankton jenis ini terbukti menjadi sumber asam domoic (DA) yang beracun dan sangat berbahaya bagi manusia, mamalia laut, dan burung laut.Kata Kunci : bioindikator, fitoplankton, padang lamun 
Respon Oksigen Terlarut Terhadap Pencemaran dan Pengaruhnya Terhadap Keberadaan Sumber Daya Ikan di Sungai Citarum Sugianti, Yayuk; Astuti, Lismining Pujiyani
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 19 No. 2 (2018)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.852 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v19i2.2488

Abstract

ABSTRACTThe concentration of dissolved oxygen (DO) be the most attention parameter because can reflect the water quality and the health of aquatic ecosystems. Along the main flow of Citarum river conditions are already heavily polluted due to waste input both household and urban waste, industrial waste, agricultural waste and livestock also, this conditions causes disruption for organism that are inside, one of them is fish. The purpose of this study was to determine changes in water quality due to pollution through the distribution pattern of the DO concentration by performing simulations using models Streeter & Phelps and their effects on fish life in the Citarum River. The results showed the high value of BOD in Citarum River led to a DO decrease, which indicates that this river has been under pressure utilization that exceeds the carrying capacity. This condition affects the presence of fish in Citarum river,where there has been a reduction the types of fish. Only fish that are resistant to low DO conditions that can survive in Citarum river.Keywords: dissolved oxygen, Streeter Phelps model, Citarum RiverABSTRAKKonsentrasi oksigen terlarut (DO) menjadi parameter yang paling banyak mendapat perhatian karena mencerminkan kualitas air dan kesehatan suatu ekosistem perairan. Sepanjang aliran sungai utama Citarum kondisi perairannya sudah tercemar berat diakibatkan masukan limbah, baik itu limbah rumah tangga dan perkotaan, limbah industri, juga limbah pertanian dan peternakan, kondisi ini menyebabkan gangguan bagi organisme yang ada di dalamnya salah satunya adalah ikan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perubahan kualitas perairan akibat pencemaran melalui pola sebaran konsentrasi DO dengan melakukan simulasi menggunakan model Streeter & Phelps dan pengaruhnya terhadap kehidupan ikan di Sungai Citarum. Hasil penelitian menunjukkan tingginya nilai BOD di Sungai Citarum menyebabkan penurunan DO, yang mengindikasikan bahwa sungai ini telah mengalami tekanan pemanfaatan yang melebihi daya dukungnya. Kondisi ini berpengaruh pada keberadaan ikan di Sungai Citarum, dimana telah terjadi pengurangan jenis-jenis ikan. Hanya ikan-ikan yang tahan terhadap kondisi DO rendah yang bisa bertahan hidup di Sungai Citarum.Kata kunci: oksigen terlarut, model Streeter Phelps, Sungai Citarum.
Periphyton Response Analysis to the Pollution in Seagrass Ecosystem Panjang Island, Banten Yayuk Sugianti; Barti Setiani Muntalif; Priana Sudjono
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 23, No 3 (2018): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.863 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.23.3.113-118

Abstract

Increases in coastal pollutants, largely due to human activity on land, have an impact on seagrass ecosystems. The high sedimentation in the waters causes an increase in the concentration of sludge, organic matter, nutrients, and turbidity which reduce the depth that can be reached by sunlight. The condition affects seagrass ecosystems adversely. Changes in water condition can be illustrated by the presence of water organisms. One dominant organism in seagrass ecosystems is periphyton. The existence of periphyton in the waters is determined by physical and chemical conditions of the waters because it has specific limit of tolerance, which causes different community structure. To analyze periphyton response to the changes of environmental quality in seagrass ecosystems, Shannon Winner diversity and Saprobic Indices were measured at Panjang Island, Banten. The results of water quality assessment indicates the status of aquatic seagrass of the island considered as polluted to heavy polluted. It is observed from some physico-chemical parameters that exceeded the standard quality for the life of seagrass ecosystems and marine life. Based on the classification and saprobic coefficient using periphyton biological parameters, the condition of seagrass land ecosystem in the island is classified into β Mesosaprobic to β/α Mesosaprobic phase, which indicates light to medium pollution with pollutants including organic and inorganic materials. Several types of dominant periphyton were discovered during the observations, including Meridion sp, Navicula sp, Nitzschia sp and Synedra sp. This periphyton species belong to Bacillariophyceae class (Family Chrysophyta) that is commonly used to assess the condition of eutrophication and organic pollution on waters.
Current Status and Species Diversity of Seagrass in Panjang Island, Banten Yayuk Sugianti; Mujiyanto Mujiyanto
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 25, No 1 (2020): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.154 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.25.1.15-22

Abstract

Damage to seagrass beds in Panjang Island, Banten, has increased every year. The most significant decline occurred at an interval of 2000-2005 with a decrease of about 22.9 ha. Seagrass damage continued to increase at the year between 1989-2002 as a result of natural stone mining and coastal reclamation activities to become industrial areas and ports. The objective of this study was to determine the characteristics of the species and current status of seagrass communities in Panjang Island waters, Banten. Analysis of seagrass data included identification of species, frequency, density, percent coverage, and important value index. Based on these results, it was found three species of seagrass on Panjang Island, Banten, including species of Enhalus acoroides, Cymodocea serrulata, and Syrongodium isoetifolium. The percentage of seagrass coverage at five different research stations, the highest percentage of seagrass coverage was at station IV with a percentage of coverage of 48.94% and the lowest coverage was obtained at station V of 10.28%. The calculation of the importance value index (INP) of seagrass in Panjang Island waters, Banten, showed that the highest INP value was found in the Cymodocea serrulata seagrass species which was 41.47 and the lowest was found in the Syrongodium isoetifolium seagrass species which was 16.81. PCA analysis was also conducted to determine the relationship of seagrass density with chemical physics parameters. The results obtained showed the condition of seagrass ecosystems in Panjang Island waters, Banten, which was at a level of moderate to severe damage. The results of PCA analysis showed that water temperature, nitrate concentration, DO, and TSS greatly influenced the density of seagrass in these waters.
Bioekologi Ikan Kerapu di Kepulauan Karimunjawa (Bioecology of Groupers in Karimunjawa Waters) Mujiyanto Mujiyanto; Yayuk Sugianti
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 19, No 2 (2014): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.943 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.19.2.88-96

Abstract

Kelompok ikan yang menjadi target penangkapan di perairan Kepulauan Karimunjawa antara lain adalah ikan yang berasosiasi dengan ekosistem karang, seperti Kerapu (Epinephelus sp. dan Plectropomus sp.). Kerapu tergolong ikan demersal yang menyukai hidup di antara celah karang atau di dalam gua di dasar perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi bioekologi ikan Kerapu di Kepulauan Karimunjawa. Penelitian dilakukan pada tahun 2011-2013. Komunitas ikan Kerapu diamati dengan menggunakan metode transek garis pada kedalaman 5-6 dan 10-11 meter. Hasil analisis menunjukkan bahwa ikan Kerapu mempunyai keanekaragaman yang rendah dengan sebaran jenis yang merata di seluruh perairan. Terdapat dominasi jenis di Pulau Cendikian. Kesamaan jenis terdekat pada nilai  >95 % di kedalaman 5-6 meter dan 10-11 meter yang membentuk empat kelompok terdekat. Determinasi jenis ikan Kerapu dengan hasil tingkat kesamaan jenis terdekat dengan nilai >95 % di Pulau Kumbang (sisi utara), Pulau Kembar dan Batu Lawang. Perbedaan indeks ekologi dan kesamaan jenis Kerapu diduga dikarenakan faktor fisik-kimia perairan dan ketersediaan nutrisi serta oleh aktivitas nelayan dan kegiatan masyarakat. Kata kunci: ikan; Kerapu; indeks ekologi; Karimunjawa  Fish target groups in Karimunjawa waters consist of associated coral reef fish species such as grouper (Epinephelus sp. and Plectropomus sp.). This study aims to determine bioecology the condition of grouper in Karimunjawa waters. The study was conducted during 2011-2013. Data collection was performed using line transect method at 5-6 and 10-11 meters depth. The ecological value of grouper in waters Karimunjawa showed low diversity and the species of groupers is evenly distributed across the waters. There is species dominance in Cendikian Island. The species also showed closest similarity (> 95 %) in both the depth and formed 4 groups. The closest similarity (​​> 95 %) happened among the waters of north side of Kembang Islands Beetles (north side),  Kembar Island and Batu Lawang. The condition of groupers in Karimunjawa waters is affected by physical-chemical factors, the availability of nutrients, fishing activities and community activity.   Keywords: fish; grouper; ecological index; Karimunjawa
KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON PADA PERAIRAN CALON SUAKA PERIKANAN DI WADUK KOTO PANJANG, RIAU Yayuk Sugianti; Adriani Sri Nastiti; Krismono Krismono; Andri Warsa
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.131 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.1.2009.23-32

Abstract

Salah satu kriteria penting untuk menentukan suatu lokasi menjadi suaka perikanan agar dapat berfungsi sebagai sumber benih untuk meningkatkan produksi ikan adalah ketersediaan pakan alami seperti plantkon. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui komposisi, keanekaragaman, dan dominansi fitoplankton sebagai pakan alami ikan pada perairan calon suaka perikanan di Waduk Koto Panjang, Riau. Contoh diambil pada lima stasiun pengamatan pada bulan Maret, Juni, dan Desember 2007. Parameter yang dianalisis adalah komposisi dan kelimpahan, keanekaragaman, serta dominansi fitoplankton. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa di Waduk Koto Panjang, Riau ditemukan lima kelas fitoplankton yaitu Chlorophyceae (21 marga), Cyanophyceae (tiga marga), Bacillariophyceae (tujuh marga), Dinophyceae (tiga marga), dan Euglenophyceae (dua marga) dengan total kelimpahan fitoplankton 6,6x105 ind. per L. Total nilai Indeks Keanekaragaman selama pengamatan adalah 2,97, berarti bahwa kondisi lingkungan di Waduk Koto Panjang sangat baik dan tidak tercemar. Terdapat tiga marga fitoplankton yang mendominansi yaitu Cosmarium, Staurastrum, dan Peridinium dengan nilai dominansi kumulatif masing-masing sebesar 26,54: 23,92; dan 13,37%. One important criteria for selecting a site to be inland fishery reserve to increase fish seed production is the availability of natural food such as plankton.The objective of this study was to elucidate the composition, diversity, and dominancy of phytoplankton as natural food of fish in proposed site of inland fishery reserve of Koto Panjang Reservoir. The phytoplankton sample was taken in five stations at March, June, and December 2007. The Koto Panjang Reservoir had five classes of phytoplankton, namely Chlorophyceae (21 genus), Cyanophyceae (three genus), Bacillariophyceae (seven genus), Dinophyceae (three genus), and Euglenophyceae (two genus) with the total abundance of 6,6x105 ind. per L. Total index of diversity of phytoplankton was 2.97, meaning that the Koto Panjang Reservoir was still in a good condition and unpolluted yet. There were three genera of phytoplankton dominating in the Koto Panjang Reservoir, namely Cosmarium, Staurastrum, and Peridinium at a respective dominancy cumulative index value of 26.54%; 23.93; and 13.37.
KARAKTERISTIK KUALITAS AIR DANAU LIMBOTO, PROVINSI GORONTALO Krismono, Krismono,; Lismining Pujiyani Astuti; Yayuk Sugianti
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1142.355 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.1.2009.59-68

Abstract

Danau Limboto terletak pada ketinggian 25 m di atas permukaan laut yang berada di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Danau ini berfungsi untuk perikanan tangkap, perikanan budi daya, dan pengendalian banjir. Kualitas air merupakan kunci penting bagi kehidupan ikan dan salah satu masukkan penting untuk pengelolaan kegiatan perikanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan kualitas air Danau Limboto. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret, Mei, September, dan Nopember 2006. Pengambilan contoh air dilakukan di lima stasiun pengamatan dengan metode survei berstrata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu, pH, alkalinitas total, oksigen terlarut, dan karbondioksida bebas Danau Limboto mendukung untuk kegiatan perikanan. Berdasarkan pada tingkat kecerahan, N-NO3, P-PO4, klorofil-a, dan kelimpahan plankton, danau ini termasuk ke dalam perairan eutrofik hingga hipertrofik (subur). Limboto Lake is located in Gorontalo District, Gorontalo Province at 25 m above sea level. The lake functions as capture and culture fisheries and flood control. Water quality is an important environmental factors for fisheries management. The objective of this research was to identify the water quality characteristic of Limboto Lake. Research was done at March, May, September, and November 2006. Water samples was taken in each research stations using survey stratified method. The results showed that temperature, pH, total alkalinity, dissolved oxygen, and free carbon dioxide were in the level of supporting the fisheries activity. Based on transparency, N-NO3, P-PO4, chlorophylla, and abundance of plankton, the lake was catagorized as eutrophic to hypertrophic waters.
BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN NILEM (Osteochillus vittatus) DI DANAU TALAGA, SULAWESI TENGAH Masayu Rahmia Anwar Putri; Yayuk Sugianti; Krismono Krismono
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 7, No 2 (2015): (Agustus 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.846 KB) | DOI: 10.15578/bawal.7.2.2015.111-120

Abstract

Ikan nilem (Osteochillus vittatus) merupakan ikan introduksi diDanau Talaga,Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Studi tentang biologi populasi suatu spesiesakanmembantu dalammemahami pengelolaannya. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui beberapa aspek biologi ikan nilem(Osteochillus vittatus)sebagai informasi dasar dalam langkah pengelolaan sumberdaya ikan di Danau Talaga. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober Tahun 2013. Sampel ikan nilem diperoleh dengan melakukan percobaan penangkapan menggunakan 2 set jaring insang (ukuran mata jaring 1, 1½, 2, 3 dan 4 inci). Ikan yang didapat, diukur panjang total (cm) dan beratnya (g). Pengamatan isi perut dan gonad dilakukan di laboratorium Biologi Ikan, Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan.Ikan nilem merupakan ikan yang dominan tertangkap di Danau Talaga dengan kisaran ukuran panjang antara 11-22,7 cmdan ukuran berat antara 15,79 – 171,43 g, dimana ikan dengan kelompok panjang antara 14-15 cmmendominasi tangkapan. Pola pertumbuhan ikan nilembersifat alometrik negatif. Ikan nilemdikategorikan sebagai ikan herbivor dengan makanan utamanya adalah tumbuhan. Ikan nilem yang dominan tertangkap berada pada tingkat kematangan gonad (TKG) IV, dimana ukuran pertama kali matang gonad (Lm) baik jantan atau betina lebih kecil dibandingkan Lm ikan nilem pada beberapa referensi. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan nilem di Danau Talaga matang gonad pada ukuran yang lebih kecil. Tipe pemijahan ikan nilemdi Danau Talagaadalah total spawner dan dapat memijah sepanjang tahun.Bonylip barb (Osteochillus vittatus) was one of introduction fish species in Sulawesi waters, including Lake Talaga, Donggala,Central Sulawesi. Study on biology populationof species will assist in understanding of its management. The aim of this research is to know some biological aspects of bonylip barb as basic information in fish resource management of Lake Talaga. The researchwas conducted on March, May, July and October 2013. The fish samples werecaptured by 2 sets experimental gillnet(mesh size 1, 1½, 2, 3 and 4 inch). These samples then measured its length and weight. The stomach content and gonad was observed at biological laboratory of Research institute for Fisheries Enhancement and Conservation. Bonylip barb is a dominant fish at Lake Talaga with the length range between 11-22.7 cm and weight range between 15.79 – 171.43 g. The fishes with the length group 14-15 cm were dominatedin fish catch. Bonylip barbwas an herbivore fish with plants as the main food. Thefish with stage IV of gonadsmaturitywere dominated, with the first length of maturity (Lm) in Lake Talagawas smaller than other references, either male or female fish.It was indicatedthat in Lake Talaga, bonylip barb fishwas matured in smaller size. Thebonylip barb is a total spawner and the spawning period of it may occurred throughout the year.