cover
Contact Name
Endang Sriyati
Contact Email
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
ISSN : 08535884     EISSN : 25026542     DOI : -
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia accepts articles in the field of fisheries, both sea and inland public waters. The journal presents results of research resources, arrest, oceanography, environmental, environmental remediation and enrichment of fish stocks.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009)" : 10 Documents clear
PERTUMBUHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) DI BERBAGAI HABITAT DI LINGKUNGAN DANAU MELINTANG - KALIMANTAN TIMUR Moh Mustakim; Mas Tri Djoko Sunarno; Ridwan Affandi; M Mukhlis Kamal
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.164 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.2.2009.113-121

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan ikan betok di berbagai habitat di lingkungan Danau Melintang Kalimantan Timur. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei selama musim penghujan, yaitu bulan November 2007 hingga Januari 2008. Stasiun pengamatan ditetapkan secara sengaja di perairan danau, sungai dan rawa banjiran (flood plain). Di setiap stasiun pengamatan tersebut, ikan betok (Anabas testudinus) ditangkap dengan alat tangkul, jaring insang dan keblat. Ikan contoh dihitung dan masing-masing diukur panjang total dan bobotnya. Hubungan panjang berat dan pendugaan pertumbuhan ikan betok di masing-masing habitat diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan betok terbanyak di rawa. Pola pertumbuhan ikan betok jantan dan betina di habitat rawa berbeda, masing-masing mengikuti pola isometrik dan alometrik. Pola pertumbuhan ikan tersebut di sungai dan danau adalah alometrik, baik jantan maupun betina. Berdasarkan atas dugaan parameter pertumbuhan Von Bertalanffy, nilai K dan Loo untuk ikan betok adalah 0,73 th-1 dan 214, 2 mm di rawa, 0,66 th-1 dan 204,23 mm di sungai dan 1,30 th-1 dan 200,55 mm di danau. This research proposed to observe growth pattern of climbing perch (Anabas testudineus) in different habitats of Lake Melintang area, East Kalimantan Provincy. The research was executed using survey methods during rainy season, namely from November 2007 to January 2008. Sampling station was defined purposively in body of lake, river and floodplain area, respectively. In each station, the climbing perch was caught using lift net, gill net and trap (keblat). The fishes were numbered and measured for their total length and weight individually. Lenght and weight relationship and estimation of fish growth were calculated. The results indicated that the highest number of the climbing perch was observed in floodplain. Differences of growth pattern were observed for male and female of the fishes caught in floodplain, namely isometric and allometric respectively. However, there was no differences of the growth pattern in lake and river, following allometric growth. Base on von Bertalanffy equation, the values of K and Loo for climbing perch were 0.73 yr-1 and 214.2 mm; 0,66 yr-1 and 204,23 mm and 1,30 yr-1 and 200,55 mm for floodplain, river and lake, respectively.
KERAGAAN TEKNIS JTEDs PADA ALAT TANGKAP ARAD DI PEKALONGAN Tri Wahyu Budiarti; Mahiswara Mahiswara
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.957 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.2.2009.161-169

Abstract

Peningkatan kebutuhan dasar hidup para nelayan di Pekalongan menyebabkan mereka mengembangkan alat tangkap serupa mini bottom seine (arad). Hal ini dapat mengganggu kelangsungan hidup sumber daya ikan di masa mendatang karena banyaknya hasil tangkapan sampingan ikan berukuran kecil yang belum layak tangkap. Menyikapi hal tersebut, telah dilakukan uji coba alat pereduksi ikan muda dan sampah dengan alat tangkap tangkap arad yang menggunakan perangkat JTEDs (Juvenile and Trash Excluder Devices) yang diopersikan dengan menggunakan kapal nelayan berdimensi 8,80 m panjang, 2,80 m lebar dan 1,10 m dalam di perairan utara Pekalongan pada akhir Juli 2006. Sebagai perlakuan digunakan JTEDs dengan lebar kisi-kisi 17,5 mm dengan bagian atasnya dibuat terbuka dan diberi cover net berbentuk kantong untuk menampung ikan yang lolos. Rata-rata hasil tangkapan ikan dalam condend adalah 5.774 kg dengan variasi total tangkapan per stasiun 2.630–10.250 kg. Rata-rata ikan yang masuk cover net adalah 10.241 kg dengan variasi total tangkapan per stasiun 5.640–14.340 kg. Hasil tangkapan dalam cover net menunjukkan bahwa ikan-ikan yang lolos tergolong ikan muda dan berukuran kecil. Selektivitas arad untuk ikan kuniran (Upenus sulphureus), petek (Leiognathus splenden dan L. decorus) masingmasing terjadi pada ukuran panjang 89,17 mm dan (67,43 dan 67,47 mm). The increase of basic live need of fishers in Pekalongan causes them to develop a gear like mini bottom seine (arad). This gear might disturb survival of fish resource in the future because of a large number of juvenile and trash fish caught. Therefore, the experiment on gear reducer for juvenile and by catch as well using JTEDs (Juvenile and Trash Excluder Devices) set in mini bottom seine operated by fisher’s fishing vessel with dimension size of 8.80 m in length, 2.80 m in body wide and 1.10 in depth, respectively was carried out on end of July 2006 in east coast water of Pekalongan. The treatment was JTEDs having 17.5 mm in grid equipped by cover net on the top side to hold small fish (juvenile) caught. The juvenile catch in the cod end averaged 5774 kg with variation from all stations of 5,640 – 14,340 kg. Total catch in cover net showed that un-seined fish was juvenile having small size. Selectivity of mini bottom seine (arad) for kuniran (Upenus sulphureus), petek (Leiognathus splenden and L. decorus) was observed for their total length of 89.17 mm, 67.43 and 67.47, respectively.
PERIKANAN TANGKAP DI DANAU MATANO, MAHALONA, DAN TOWUTI, SULAWESI SELATAN Samuel Samuel; Husnah Husnah; Safran Makmur
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (601.084 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.2.2009.123-131

Abstract

Suatu penelitian untuk mengetahui aspek perikanan tangkap di Danau Matano, Mahalona, dan Towuti telah dilakukan dari bulan Mei Desember 2005. Danau Matano, Mahalona, dan Towuti merupakan contoh dari ekosistem danau tektonik yang menampung jenis ikan endemik dan juga jenis ikan introduksi (tilapia dan ikan mas, Cyprinus carpio). Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan cara mencari lokasi-lokasi ada aktivitas penangkapan ikan, wawancara dengan nelayan, dan bekerjasama dengan enumerator dalam mengumpulkan data penelitian. Hasil penelitian telah mendapatkan 22 jenis ikan endemik dan 6 jenis ikan introduksi yang tertangkap di ketiga danau (Matano, Mahalona, dan Towuti). Danau Matano tertangkap 7 jenis ikan endemik, Mahalona 8 jenis, dan Danau Towuti tertangkap 15 jenis. Jaring dan bagan merupakan alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan endemik seperti ikan buttini (Glossogobius sp.) dan pangkilan (Telmatherina sp. dan Paratherina sp.). Hasil tangkapan ikan di Danau Towuti 5,7 kg per ha per tahun, Danau Mahalona 1,8 kg per ha per tahun, dan Danau Matano 1,2 kg per ha per tahun. Untuk melestarikan ikan-ikan endemik perlu ada pengelolaan dan pengaturan waktu dan lokasi penangkapan yang baik. A research in order to identify the capture fishery at Lakes: Matano, Mahalona, and Towuti was conducted from May to December 2005. Lakes Matano, Mahalona, and Towuti are examples of the representative tectonic lake ecosystems housing the endemic and some exotics (tilapia and carp, Cyprinus carpio) fish species. The survey methods were used in this reseacrh by hunting the location of fishing activities, interview with fishermen and partnership with enumerator in collecting research data. Results of the research show that 23 endemic fish species and 6 introduced per exotic fish species were caught in three research lakes. From 22 endemic fishes, 7 fish species were caught at Lake Matano, 8 fish species at Lake Mahalona, and 15 fish species were caught at Lake Towuti respectively. Gillnets and bagan were dominant fishing gears to catch the endemic fishes such as buttini (Glossogobius sp.) and pangkilan (Telmatherina sp. and Paratherina sp.). The productivity of the fisheries were 5.7 kg per ha per year for Lake Towuti, 1.8 kg per ha per year (Lake Mahalona), and 1.2 kg per ha per year (Lake Matano) respectively. To sustain endemic fishes is needed a better management eg. domesticating and regulating time and location of capture endemic fish species.
KAPASITAS PENANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PEMALANG Erfind Nurdin; Tri Wahyu Budiarti
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.322 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.2.2009.171-178

Abstract

Sumber daya ikan pelagis kecil di Laut Jawa merupakan komoditi perikanan yang penting dan bersifat strategis. Sejalan dengan perkembangan pemanfaatannya, tekanan penangkapan yang tinggi dialami oleh hampir seluruh kawasan, terlebih di wilayah tradisionil. Kapasitas penangkapan akhir-akhir ini menjadi isu penting dalam perikanan global, mengingat di berbagai kawasan terjadi kapasitas berlebih dan penurunan stok ikan. Salah satu cara untuk mengetahui status perikanan terkini dilakukan dengan mengukur kapasitas perikanan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei dan Juli tahun 2007 dengan metode Data Envelopment Analysis. Nilai rata-rata pemanfaatan variabel input (VIU) untuk daya lampu dan bahan bakar menunjukkan nilai di atas 1 (optimum = 1) yang mengindikasikan adanya kelebihan penggunaan variabel sehingga dipandang perlu untuk melakukan pengurangan variabel input. Nilai pemanfaatan kapasitas (CU) lebih besar dari 0,5 hampir mencapai 60% dari 106 kapal contoh. Hal ini menunjukkan bahwa nilai CU kurang dari 1 mendominansi distribusi perolehan nilai CU yang dapat diartikan telah terjadi kelebihan kapasitas pemanfaatan untuk penangkapan pukat cincin mini dengan basis di Pemalang, sehingga perlu upaya pengurangan kapasitas. Small pelagic fish resource in Java sea is an important fishery commodity. Nowadays high fishing pressure is experienced by mostly fishing areas, particularly in traditional zone. Fishing capacity recently becomes important issue in global fishery, because over capacity and fish stock decreasing is occured in various areas. One method to know the fishery status is by measuring fishery capacity, which is categorized as over capacity, under capacity or optimal condition. This study was carried out on May and July 2007. The method applied in this measurement of fishing capacity was DEA method (Data Envelopment Analysis). The average of variable input utilization for light intensity and fuel showed value of more than 1 (optimum = 1), indicating the usage of excess variable that need to reduce the input variable. The value of higher than 0.5 of capacity utilization showed 60% from 106 ships sample. This indicates that the CU value of less than 1 dominated the distribution of capacity utilization value. For mini purse seine based in Pemalang showed over capacity. This means, it needs to reduce the effort of fishing capacity.
SEBARAN KEPADATAN AKUSTIK IKAN PELAGIS DI BAWAH PENGARUH CAHAYA LAMPU PADA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI LAUT JAWA Mahiswara Mahiswara; Agustinus Anung Wiodo; Asep Priatna
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.541 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.2.2009.151-159

Abstract

Persaingan penggunaan cahaya lampu sebagai alat bantu penangkapan pada perikanan pukat cincin cenderung semakin meningkat. Suatu penelitian untuk mengetahui pola agregasi ikan di bawah pengaruh cahaya lampu telah dilaksanakan pada bulan Juli 2005 di perairan Laut Jawa. Pengamatan terhadap kapal pukat cincin dengan daya lampu 10.000-20.000 watt menggunakan perangkat akustik SIMRAD EY-500 dilakukan untuk mengetahui sebaran ikan di dalam air dan luxmeter tipe Licor LI 250 untuk mengukur intensitas cahaya. Analisis akustik, statistik, dan deskripsi digunakan untuk menjelaskan data dan informasi yang diperoleh. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan lampu fluorocent 20.000 watt diperoleh jumlah kepadatan akustik pada nilai >10 m2/ n.mi2 lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan lampu fluorocent 10.000 dan 15.000 watt. Terdapat hubungan antara jumlah daya lampu yang digunakan dengan hasil tangkapan pada perikanan pukatcincin. The competition on utilization of lights in purse seine fisheries tends to be more increased. A research to obtain fish aggregation pattern under light on purse seiner with 10,000-20,000 watt in power was conducted on July 2005 in Java Sea. SIMRAD EY-500 to observe underwater fish aggregation and luxmeter type LI-250 to measure light intensity was operated during the research result. Data were analyzed with acoustic, statistic and descriptive methods to figure out of the research. The results showed that acoustic density was >10 m2 /n.mi2 on fluorescent lamp by 20,000 watt in power, which was higher than 10,000 and 15,000 watt. There is a correlation between numbers of lights with catches of purseseiner.
HASIL TANGKAPAN DAN ASPEK BIOLOGI UDANG KELONG (Penaeus sp.) DI PERAIRAN BARAT ACEH Wedjatmiko Wedjatmiko
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.284 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.2.2009.133-140

Abstract

Penelitian ini dilakukan yaitu pada bulan Agustus 2005 dan Agustus 2006 di perairan barat Aceh. Pengamatan difokuskan pada hasil tangkapan dan aspek biologi udang kelong (Penaeus sp.). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis jenis udang yang tertangkap di perairan barat Aceh diperoleh 20 spesies pada tahun 2005 dan 15 spesies pada tahun 2006. Jenis udang yang dominan tertangkap dan merupakan urutan pertama di perairan Aceh pada tahun 2005 adalah udang kelong, yaitu urutan pertama 36,1% dan kedua pada tahun 2006, yaitu 18,1%. setelah udang dogol (Metapenaeus ensis), 38,3%. Udang kelong yang tertangkap di perairan barat Aceh tergolong mempunyai ukuran yang cukup besar dengan ukuran dominan 14,5 cm untuk udang betina, dan ukuran 11,5 cm untuk ukuran udang kelong jantan. Rasio udang jantan dengan betina adalah 1:2,1 (tahun 2005) dan 1:2,9 (tahun 2006). Di perairan barat Aceh, udang kelong lebih banyak tertangkap di perairan sekitar Kota Meulaboh, pada posisi antara bujur 03°47,237' N-04°35,006' N sampai bujur 95°32,794' E 96o22,833' E. The research was conducted, on August, 2005 and August, 2006 in western Aceh waters (the same stasiun for two years).Observation was focused on population and biological aspect of udang kelong (Penaeus sp.). The Results show that there was 20 species of shrimps (2005) and 15 species (2006). Penaeus sp. a dominant species (36.08%) on 2005 and 18.11% on 2006. Dominant size of Penaeus sp. were caught in Aceh waters ranged 13.0 - 15.0 cm (female) and 11.0 - 12.0 cm (male) respectively. Sex ratio of male and female of Penaeus sp was 1:2.1 (2005) dan 1:2.9 (2006). Distribution of Penaeus sp. in Aceh waters was in araund Meulaboh waters, at position of latitudes 03°47,237' N- 04°35,006' N and longituds 95°32,794' E-96o22,833' E.
PEMANCARAN SINYAL AKUSTIK BUATAN UNTUK MERESPON TINGKAH LAKU IKAN BANDENG (Channos sp.) PADA SKALA PERCOBAAN Agus Cahyadi
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.816 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.2.2009.179-184

Abstract

Salah satu fungsi gurat sisi pada ikan adalah mendeteksi gerakan antar sesama ikan yang diakibatkan oleh faktor lingkungan maupun fisiologi ikan. Tujuan penelitian ini adalah merespon tingkah laku sekumpulan ikan bandeng terhadap sinyal akustik buatan atau SAB. SAB merupakan sinyal yang dibangkitkan dari perubahan fase akustik sebagai nilai perbedaan waktu tunda (delay) yang terjadi pada saat ikan bergerak secara fluktuatif. Melalui penelitian eksperimen, SAB diujicobakan pada skala percobaan dengan mengaktifasi SAB pada perioda 0.01 - 0.19 detik dan amplituda–nya adalah 34.6 dB. Pengujian statistik dilakukan untuk dua variabel, yaitu intensitas akustik kuat dan intensitas akustik normal. SAB pada intensitas akustik kuat menunjukan respon yang agresif terhadap tingkah laku kumpulan ikan bandeng pada skala percobaan. One of linea lateralis function of fish is to detect the motion among fishes which caused by environment factor or fish physiology. The goal research is to respond the schooling fish behavior that artificial acoustic signal or SAB. SAB generated from shifted phase acoustic is delayed time occur at fish swims fluctuate. SAB is tested on experimental scale with activating SAB at 0.01 to 0.19 periods and its amplitude is 34.6 dB. Statistic test is conducted for two variables, namely peak and normal intensity of acoustic. They are peak acoustic intensity and normal acoustic intensity. SAB at peak acoustic intensity showed aggressive respond to milkfish schooling behavior on experimental scale.
KARAKTERISTIK KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN FAKTOR LINGKUNGAN DANAU-DANAU KECIL DI PULAU JAWA Sulastri Sulastri
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2135.818 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.2.2009.v-xviii

Abstract

Perluasan lahan pertanian dan pemukiman di daerah aliran sungai dan pemanfaatan danau yang intensif di Jawa menimbulkan masalah kualitas seperti eutrofikasi yang dicirikan oleh melimpahnya jenis fitoplankton tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik komunitas fitoplankton dan faktor-faktor lingkungan yang menentukan distribusinya di danau-danau kecil di Pulau Jawa. Penelitian dilakukan di 12 danau kecil di Jawa pada tahun 2006. Parameter kualitas air diukur secara langsung menggunakan Horiba U 10. Alkalinitas, nutrient, dan klorofil-a dianalisis menggunakan standard method. Fitoplankton dianaliis secara kuantitatif menggunakan metode Lackey Drop Micro Transect termodifikasi. Pengelompokan komposisi fitoplankton dengan faktor lingkungan menggunakan principle component analysis dan keterkaitan distribusi jenis-jenis fitoplankton dengan faktor lingkungan dianalisis menggunakan canonical corespondence analysis. Komposisi fitoplankton pada umumnya didominansi oleh kelompok Chrysophyta. Pada umumnya kelimpahan fitoplankton dan indeks status trofik (trophic state index) masing-masing >15.000 ind./L dan >50, menunjukkan perairan danau yang subur, sedangkan indeks keragaman dan indeks dominan fitoplankton masing-masing berkisar 0,787-3,174 dan 0,15-0,941. Analisis principle component analysis menunjukkan bahwa alkalinitas, suhu dan pH mengelompokkan distribusi Chrysophyta and Euglenophyta. Nitrat, Total N, dan rasio TN/TP mengelompokkan distribusi Chlorophyta, Cyanophyta, dan Phyrrophyta. Analisis canonical corespondence analysis menunjukkan beberapa parameter lingkungan menentukan distribusi jenis-jenis fitoplankton di danau kecil di Jawa. The extension of agriculture area as well as urban and intensive utilization of lake in Java may rise quality problem such as eutrophication indicated by the high abundance of certain species. This study was aimed to elucidate the phytoplankton community characteristic and influence of environmental factors to their distribution in small lakes of Java. The study was conducted at 12 small lakes of Java in 2006. Water quality parameters were measured in situ using Horiba U-10 water quality checker. Alkalinity, nutrient and chlorophyll-a were analyzed according to Standard Method. Quantitative analysis of phytoplankton was done using modified Lackey Drop Micro transect. Principle component analysis was used to detect the major environmental variable that classify the composition of phytoplankton. Canonical component analysis was used to elucidate the relationship between phytoplankton species and their environmental factors. The results show that in general Chrysophyta was a dominant group of phytoplankton composition of small lakes of Java. In most cases, the phytoplankton abundance was more than 15,000 ind./L and trophic state index was >50 indicating a eutrophic waters. The diversity and dominant indexes of phytoplankton ranged 0.787-3.174 and 0.15- 0.941, respectively. The principle component analysis show that alkalinity, temperature, and pH determined in classifying the Chrysophyta while nitrate, TN, and TN/TP ratio were determinants in classifiying the Cyanophyta, Chlorophyta, and Phyrophyta group. Canonical component analysis analysis show that some environmental factors determined the distribution of phytoplankton species in small lakes of Java.
PENGARUH CAHAYA LAMPU TERHADAP POLA AGREGASI IKAN DI BAGAN TANCAP PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU Asep Priatna; Mahiswara Mahiswara
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.073 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.2.2009.141-149

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pola agregasi ikan di bawah pengaruh cahaya lampu bagan tancap. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2005 di Kepulauan Seribu. Pengamatan pola agregasi ikan dilakukan dengan menggunakan alat akustik Simrad EY500. Data intensitas cahaya diambil dengan menggunakan light meter LI-250, serta verifikasi hasil tangkapan untuk memperkuat hasil analisis. Analisis meliputi interpretasi visual berbasis pada presentasi grafik yang merupakan dasar bagi penafsiran data dan penyusunan informasi. Pengaruh intensitas cahaya yang berbeda terhadap agregasi ikan mempunyai pola yang tidak sama, baik nilai intensitas cahaya optimumnya, besarnya agregasi, maupun posisi kedalaman untuk nilai agregasi terbesar. Proses pengumpulan ikan pada awal penyinaran dengan perlakuan jenis lampu petromak lebih cepat dibanding dengan hasil perlakuan lampu mercuri. Ikan akan beradaptasi terhadap variasi iluminasi cahaya sehingga selama proses pencahayaan terjadi migrasi. The research objective was to study fish aggregation pattern under light influence set in stationary bamboo lift net. This research was conducted on May 2005 in Seribu Islands waters. Simrad EY-500 echosounder was used to observe the fish aggregation. Light meter LI 250 was used to measure light intensity level and catch data for supporting the analysis result. Data analyzed by visual description based on graph presentation were used as data interpretation and information. The influence of different light intensity on fish aggregation had different pattern especially for optimum value of light intensity, maximumvalue of fish aggregation, and depth layer of the maximum value of fish aggregation. For fish aggregation under light of kerosene pressured lamps was quicker than mercury lamps in the early of illumination process. Fish will adapt to various light illumination, so that during illumination process the migration of fish is occured.
KOMPOSISI DAN FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN TUGUK DI SUNGAI LEMPUING, SUMATERA SELATAN Dharmadi Dharmadi; Endi Setiadi Kartamihardja; Agus Djoko Utomo; Dian Oktaviani
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.484 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.2.2009.105-112

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi dan fluktuasi hasil tangkapan tuguk pada periode berbeda yang dioperasikan di Sungai Lempuing, Sumatera Selatan. Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan metode survei pada periode musim peralihan penghujan sampai dengan kemarau (bulan April), musim kemarau (bulan Juni) dan musim penghujan (bulan Desember) tahun 2007. Komposisi jenis ikan dan hasil tangkapan diperoleh berdasarkan pada data pengambilan contoh pada saat ke lapangan dan data harian hasil tangkapan tuguk yang dicatat oleh 3 orang enumerator. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan tuguk berbeda menurut periode waktu. Hasil tangkapan terdiri atas 11 jenis ikan untuk musim peralihan dan kemarau masing-masing berkisar 400-450 kg per unit per hari (rata-rata 411,2+14,1 kg per unit per hari) dan 250-300 kg per unit per hari (rata-rata 263,3+13,4 kg per unit per hari) dan 13 jenis ikan pada musim penghujan (bulan Desember) berkisar 700-750 kg per unit per hari (rata-rata 724,8+17,7 kg per unit per hari). Hasil tangkapan didominansi oleh jenis ikan lele (Clarias melanoderma) dan baung (Mystus nemurus). Selama penelitian, kandungan oksigen terlarut di perairan relatif rendah, berkisar 2-4 mg per l, namun dapat ditolelir oleh kelompok jenis ikan rawa (black fish). This research proposed to observed a catch composition and fluctuation of filtering device in different periods operated in the Lempuing River, South Sumatera. The research was conducted using survey method at a respective month of April (transition season), June (dry season) and December 07 (wet season). Fish composition and catch of tuguk were noted during survey and based on recording 3 enumerators. Descriptive analysis was used in this study. The results show that the catch of filtering device differed on diferent season periodes. A number of 11 fish species was caught at a respective season of transition season (April) of 400-450 kg per unit per day (average=411.2+14,1 kg per unit per day), dry season (June) of 250 300 kg per unit per day (average = 263,3+13,4 kg per unit per day), whilst at rainy season (December), fish catch composed of 13 fish species, ranging 700-750 kg per unit per day or (average = 724.8+17.7 kg per unit per day). Clarias melanoderma and Mystus nemurus were dominantly caught in the Lempuing River waters. During observation, dissolved oxygen content was relatively low (2-4 mg per l), that but could be tolerated by black fish.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2009 2009


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 4 (2025): (Desember 2025) Vol 31, No 3 (2025): (September 2025) Vol 31, No 2 (2025): (Juni 2025) Vol 31, No 1 (2025): (Maret 2025) Vol 30, No 4 (2024): (Desember 2024) Vol 30, No 3 (2024): (September) 2024 Vol 30, No 2 (2024): (Juni) 2024 Vol 30, No 1 (2024): (Maret) 2024 Vol 29, No 4 (2023): (Desember) 2023 Vol 29, No 3 (2023): (September) 2023 Vol 29, No 1 (2023): (Maret) 2023 Vol 28, No 4 (2022): (Desember) 2022 Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 28, No 1 (2022): (Maret) 2022 Vol 27, No 4 (2021): (Desember) 2021 Vol 27, No 3 (2021): (September) 2021 Vol 27, No 2 (2021): (Juni) 2021 Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021 Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020 Vol 26, No 3 (2020): (September) 2020 Vol 26, No 2 (2020): (Juni) 2020 Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020 Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019 Vol 25, No 3 (2019): (September) 2019 Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019 Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019 Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018 Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018 Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018) Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 23, No 3 (2017): (September 2017) Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017) Vol 22, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 22, No 3 (2016): (September) 2016 Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 22, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 21, No 3 (2015): (September 2015) Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014) Vol 20, No 3 (2014): (September 2014) Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014) Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014) Vol 19, No 4 (2013): (Desember 2013) Vol 19, No 3 (2013): (September 2013) Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013) Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013) Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012) Vol 18, No 3 (2012): (September 2012) Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012 Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012) Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011) Vol 17, No 3 (2011): (September 2011) Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011) Vol 17, No 1 (2011): (Maret 2011) Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010) Vol 16, No 3 (2010): (September 2010) Vol 16, No 2 (2010): (Juni 2010) Vol 16, No 1 (2010): (Maret 2010) Vol 15, No 4 (2009): (Desember 2009) Vol 15, No 3 (2009): (September 2009) Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009) Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009) Vol 14, No 4 (2008): (Desember 2008) Vol 14, No 3 (2008): (September 2008) Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008) Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008) Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 13, No 1 (2007): (April 2007) Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 12, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 12, No 1 (2006): (April 2006) Vol 11, No 9 (2005): (Vol. 11 No. 9 2005) Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005) Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005) Vol 11, No 6 (2005): (Vol. 11 No. 6 2005) Vol 11, No 5 (2005): (Vol. 11 No. 5 2005) Vol 11, No 4 (2005): (Vol. 11 No. 4 2005) Vol 11, No 3 (2005): (Vol. 11 No. 3 2005) Vol 11, No 2 (2005): (Vol. 11 No. 2 2005) Vol 11, No 1 (2005): (Vol. 11 No. 1 2005) Vol 10, No 7 (2004): (Vol. 10 No. 7 2004) Vol 10, No 6 (2004): (Vol. 10 No. 6 2004) Vol 10, No 5 (2004): (Vol. 10 No. 5 2004) Vol 10, No 4 (2004): (Vol. 10 No. 4 2004) Vol 10, No 3 (2004): (Vol. 10 No. 3 2004) Vol 10, No 2 (2004): (Vol. 10 No. 2 2004) Vol 10, No 1 (2004): (Vol. 10 No. 1 2004) Vol 9, No 7 (2003): (Vol.9 No.7 2003) Vol 9, No 6 (2003): (Vol.9 No.6 2003) Vol 9, No 5 (2003): Vol. 9 No. 5 2003) Vol 9, No 4 (2003): Vol. 9 No. 4 2003) Vol 9, No 3 (2003): (Vol.9 No.3 2003) Vol 9, No 2 (2003): (Vol, 9 No. 2 2003) Vol 9, No 1 (2003): (Vol.9 No.1 2003) Vol 8, No 7 (2002): (Vol.8 No.7 2002) Vol 8, No 6 (2002): (Vol.8 No.6 2002) Vol 8, No 5 (2002): (Vol.8 No.5 2002) Vol 8, No 4 (2002): (Vol.8 No.4 2002) Vol 8, No 3 (2002): (Vol.8 No.3 2002) Vol 8, No 2 (2002): (Vol. 8 No. 2 2002) Vol 8, No 1 (2002): (Vol.8 No.1 2002) Vol 7, No 4 (2001): (Vol. 7 No. 4 2001) Vol 7, No 2 (2001): (Vol.7 No. 2 2001) Vol 6, No 3-4 (2000): (Vol.6 No.3-4 2000) Vol 6, No 2 (2000): (Vol.6 No.2 2000) Vol 6, No 1 (2000): (Vol.6 No.1 2000) Vol 5, No 2 (1999): (Vol.5 No.2 1999) Vol 5, No 1 (1999): (Vol.5 No. 1 1999) Vol 4, No 4 (1998): (Vol.4 No.4 1998) Vol 4, No 3 (1998): (Vol.4 No.3 1998) Vol 4, No 2 (1998): (Vol.4 No.2 1998) Vol 4, No 1 (1998): (Vol.4 No.1 1998) Vol 3, No 4 (1997): (Vol.3 No.4 1997) Vol 3, No 3 (1997): (Vol.3 No.3 1997) Vol 3, No 2 (1997): (Vol.3 No.2 1997) Vol 3, No 1 (1997): (Vol.3 No.1 1997) Vol 2, No 4 (1996): (Vol.2 No.4 1996) Vol 2, No 3 (1996): (Vol.2 No.3 1996) Vol 2, No 2 (1996): (Vol.2 No.2 1996) Vol 2, No 1 (1996): (Vol.2 No.1 1996) Vol 1, No 4 (1995): (Vol.1 No.4 1995) Vol 1, No 3 (1995): (Vol.1 No.3 1995) Vol 1, No 2 (1995): (Vol.1 No.2 1995) Vol 1, No 1 (1995): (Vol.1 No.1 1995) More Issue