cover
Contact Name
Endang Sriyati
Contact Email
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
ISSN : 08535884     EISSN : 25026542     DOI : -
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia accepts articles in the field of fisheries, both sea and inland public waters. The journal presents results of research resources, arrest, oceanography, environmental, environmental remediation and enrichment of fish stocks.
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019" : 5 Documents clear
RESPONS RAJUNGAN (Portunus pelagicus) TERHADAP WARNA CAHAYA YANG BERBEDA PADA UJI LABORATORIUM Intan Roihatul Jannah Hasly; Roza Yusfiandayani; Wazir Mawardi
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.113 KB) | DOI: 10.15578/jppi.25.4.2019.215-224

Abstract

Tingkah laku ikan merupakan salah satu pendekatan dasar dalam mengembangkan teknologi penangkapan ikan. Pengetahuan tentang respons tingkah laku menjadi bagian tidak terpisahkan sebagai akibat dari perlakuan yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respons rajungan terhadap berbagai warna cahaya dilihat dari proporsi rajungan mendekati cahaya, waktu kedatangan rajungan menuju area lampu dan lama rajungan bertahan di area lampu. Respons rajungan diketahui dari pembagian area yang telah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu starting area, searching area dan finding area. Analisis statistik deskriptif komparatif digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan respons berdasarkan waktu dan jumlah rajungan menuju cahaya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa rajungan memberikan respon untuk menghampiri lampu baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap cahaya. Warna biru, putih dan hijau memberikan respons cepat bagi rajungan untuk datang ke lampu, sementara rajungan bertahan lama dalam cahaya merah, oranye dan ungu. Hasil penelitian ini dapat diterapkan sebagai pertimbangan untuk pengembangan teknologi alat penangkapan rajungan seperti bubu dan jaring insang dasar. Fish behavior is one of the basic approaches in developing fishing technology. Knowledge of responses is a related part of knowing behavior because of the treatment given. This study aims to analyze the response of the blue swimming crab to various colors of light in terms of the proportion of blue swimming crabs that approach light, the time of arrival of the blue swimming crab to the lamp area and the length to survive of blue swimming crab in the area of   the lamp. Crab responses is known from the division of the area that has been divided into three parts, namely the starting area, searching area and finding area. Comparative descriptive statistical analysis is to identify the difference in response based on the time and number of crabs to light. The test results show that the response both directly and indirectly to light. Blue, white and green light color provide the fastest response for crabs to come to the lights, while crabs last long in red, orange light color. The results of this study can be applied as a consideration for the technological development of crab fishing equipment such as traps and bottom gillnet.
DINAMIKA PERIKANAN PAYANG DI PERAIRAN UTARA KARAWANG DAN SEKITARNYA Mohamad Adha Akbar; Mufti Petala Patria
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1069.747 KB) | DOI: 10.15578/jppi.25.4.2019.253-268

Abstract

Perikanan skala kecil terutama perikanan payang merupakan salah satu tulang punggung mata pencaharian masyarakat pesisir di perairan Karawang, Jawa Barat. Peran nyata aktivitas perikanan pada keanekaragaman sumberdaya hayati laut adalah memanfaatkan sumberdaya hayati perairan laut di kawasan pesisir dengan kondisi kelimpahan sumberdaya ikan yang cenderung berfluktuasi pada tingkat yang relatif rendah. Penelitian dilakukan melalui survey lapang pada kurun waktu Agustus – Nopember 2018 dengan basis data hasil tangkapan dan upaya penangkapan pada rentang waktu 2016-2018. Beberapa data lingkungan terkait ragam keadaan cuaca yang digambarkan oleh data curah hujan, arah dan kecepatan angin digunakan untuk menggambarkan siklus adaptasi nelayan untuk mempertahankan mata pencariannya. Aktivitas penangkapan menggunakan perahu dengan tonase <10 GT dan rerata kekuatan mesin sekitar 20 PK, beroperasi dalam skala harian dengan alat penangkapan ikan utama adalah jaring payang. Perkembangan tahunan indeks kelimpahan sumberdaya ikan dengan alat tangkap payang pada kurun waktu 2004-2008 dan 2015-2018 cenderung menurun. Tahun 2004 nilai indeks kelimpahan sumberdaya ikan sebesar 268 kg/trip menjadi 199 kg/trip pada 2008 dan terus menipis menjadi sebesar 115 kg/trip tahun 2018. Hal ini mengindikasikan usaha perikanan cenderung berada pada kondisi tidak berkelanjutan bila tidak dilakukan pengelolaan. Keberlanjutan usaha perikanan masih dapat diharapkan jika dilakukan perubahan terhadap sistem usaha yang lebih bersifat menjadi gabungan individu perahu yang berukuran kecil menjadi usaha kelompok dengan perahu yang berukuran lebih besar diatas 10 GT dengan daerah penangkapan yang lebih jauh.One day pelagic seine (payang) fisheries, is one of the backbones of coastal community livelihoods in North Karawang waters, West Java. The significant role of fisheries activities to harvest small pelagic fish resource in coastal areas indicated that the monthly CPUE tend fluctuated and stabil at low level. The study was conducted through a field survey in the period August - November 2018 with a database of catches and efforts from 2016-2018. Some environmental data related to various weather conditions illustrated by rainfall data, wind direction and speed are used to describe the adaptation cycle of fishermen to maintain their livelihoods. Fishing activities using boat with tonnage <10 GT and average engine strength of around 20 PK, operating on a daily scale with the main fishing gear is payang net. The average annual catch per trip (CPUE) of payang fisheries within period of 2004-2008 to 2015-2018 tend to decrease. In 2004 the CPUE was 268 kg/trip then 2008 at 199 kg / trip, and continue to lower index in 2018 of 115 kg / trip. This indicates that the fishery business is suspected to be in an unsustainable condition if no sustainable management is carried out. Sustainability of the fisheries business can still be expected if changes are made to the business system which is more a combination of individual small-sized boats into group businesses with boats larger than 10 GT with more distant fishing grounds.
DISTRIBUSI - KELIMPAHAN DAN HASIL TANGKAPAN CUMI-CUMI DI PERAIRAN PAPARAN SUNDA BAGIAN SELATAN: berbasis pada perikanan Jaring Cumi yang mendarat di Muara Angke dan Kejawanan Suwarso Suwarso; Achmad Zamroni; Moh Fauzi
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.151 KB) | DOI: 10.15578/jppi.25.4.2019.225-239

Abstract

Perikanan cumi-cumi telah berkembang di Laut Jawa dan Laut Cina Selatan, didukung oleh alat tangkap bouke ami dan cast net dengan armada penangkap skala menengah. Perikanan berkembang sebagai bentuk diversikasi usaha penangkapan beralih target species akibat terjadinya pergeseran trophic level yang berkaitan dengan perubahan ekosistem serta indikasi pergantian populasi dari sumberdaya ‘multi-species’. Kajian distribusi, kelimpahan dan hasil tangkapan Cumi-cumi (Loliginidae) di perairan Paparan Sunda bagian selatan didasarkan pada data monitoring oleh enumerator tahun 2018 terhadap alat penangkap cumi-cumi (bouke ami dan cast net), didukung oleh data pendaratan per kapal di TPI Muara Angke (Jakarta) periode 2012-2018 dan TPI Kejawanan (Cirebon) periode 2008-2018. Observasi lapangan ditujukan untuk mendeskripsikan karakteristik armada, alat tangkap dan aspek operasional penangkapan. Hasil menunjukkan daerah penangkapan cumi-cumi di Paparan Sunda bagian selatan tersebar luas di Laut Jawa dan Laut Cina Selatan, tapi lebih terkonsentrasi di perairan selatan Selat Karimata yang ditunjukkan oleh tingginya intensitas penangkapan (54% dari total trip penangkapan). Namun demikian, secara umum kelimpahan cumi-cumi (ditunjukkan oleh indek kelimpahan CPUE dalam Kg/hari) hampir seragam sekitar 113-133 kg/hari, sedang indek kelimpahan (CPUE) dalam Kg/trip terlihat berbeda. Perbedaan nyata juga terlihat dari total hasil tangkapan cumi-cumi dari Selat Karimata yang mencapai 55% dari total pendaratan cumi-cumi dari paparan tersebut. Secara umum sebagai target species cumi-cumi berkontribusi sebanyak 93% dari total hasil tangkapan pada alat penangkap cumi. Trend kenaikan hasil tangkapan cumi-cumi berlangsung hingga saat ini baik di Muara Angke maupun Kejawanan. Dalam komposisi jenis prosentase cumi-cumi juga menunjukkan semakin tinggi pada hasil tangkapan pukat (cantrang). Hal-hal terkait pengelolaan perikanan cumi sebagai diversifikasi usaha penangkapan dan pengalihan target species juga dibahas.Squids fishery had well developed in the Java Sea and the South China Sea, was supported by the bouke ami and cast net that were using the medium scale boats. The fisheries developed as the fishing diversification over the species target as an impact of the tropic level changes correspond to the ecosystem changes and substitution of fish population from ‘multi-species’ fish resources. Study of distribution, abundance and catch of squid (Loliginidae) in the southern of Sunda Shelf waters was carried out based on daily monitoring data by enumerators (enumeration data) in 2018 of squid fishing gears (bouke ami, cast net and squid fishing) supported by 201 squid landing data at TPI Muara Angke (Jakarta) for the 2012-2018 period and TPI Kejawanan (Cirebon) for the 2008-2018 period. Field observations are intended to describe the characteristics of the fleet, fishing gear and operational aspects of capture. The results showed that the squid fishing area in the southern part of Sunda Shelf was widespread in the Java Sea and the South China Sea, but concentrated in the southern of Karimata Strait as indicated by the high intensity of catch (54% of the total fishing trips). However, in general the abundance of squid (indicated by the CPUE abundance index in kg / day) is almost the same, which is around 113-133 kg / day, while the abundance index (CPUE) in kg / trip looks different. Significant differences were also seen from the total catch of squid from the Karimata Strait which reached 55% of the total squid landings from the Shelf. The catch of squid that occurred until now shows an upward trend, this is as recorded in Muara Angke and Kejawanan. In catch composition, the percentage of squid also showed higher catches on trawlers (cantrang). Matters related to the management of squid fisheries as a diversification of fishing effort and diversion of target species are also discussed.
KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN DAERAH PENANGKAPAN PANCING ULUR TUNA DI PERAIRAN SENDANG BIRU Maya Agustina; Irwan Jatmiko; Ririk Kartika Sulistyaningsih
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.278 KB) | DOI: 10.15578/jppi.25.4.2019.241-251

Abstract

Tuna, cakalang dan tongkol (TCT) merupakan jenis hasil tangkapan ikan yang memiliki nilai ekonomis penting dan masih terdapat peluang untuk dimanfaatkan. Salah satu sentra perikanan tuna, cakalang dan tongkol di kawasan Indonesia Barat yang terbesar adalah di Kabupaten Malang tepatnya di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pondokdadap Sendang Biru. Jenis alat penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap tuna di perairan ini adalah pancing ulur (handline) yang dioperasikan dengan menggunakan bantuan rumpon. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi sebaran daerah penangkapan (teritorial, ZEE dan laut lepas) dan bagaimana dinamika hasil tangkapannya khususnya tuna, cakalang dan tongkol. Pancing ulur mendominasi alat penangkapan ikan yang digunakan di PPP Pondokdadap, Sendang Biru tercatat sebanyak 70,42%, sedangkan pukat cincin sebanyak 9,82% dan pancing rawai sebanyak 19,76%. Jenis hasil tangkapan pancing ulur terbanyak adalah cakalang dan juwana tuna. Daerah penangkapan nelayan pancing ulur yang berbasis di PPP Pondokdadap, Sendang Biru menyebar pada kawasan perairan dengan batasan antara 8º – 12º LS dan 108º – 115º BT atau secara geografis berada di dalam perairan teritorial, ZEE dan di laut lepas. Prosentase hasil tangkapan TCT yang tertangkap pancing ulur berdasarkan wilayah perairan seperti berikut: teritorial sebanyak 0,63%, ZEE sebanyak 78,68% dan di luar ZEE (laut lepas) sebanyak 20,69%. Tuna, skipjack and little tuna are economically important and still has the potential to cathed. One of the fisheries centers tuna, skipjack and little tuna landing site in the western part of Indonesia is in Malang located at Pondokdadap Sendang Biru fishing port. The fishing gear commonly used by Sendang Biru fishermen to catch tuna in the Indian Ocean waters is handline which is operated around FADs. The purpose of this study was to find out information the distribution of fishing areas (territorial, EEZ and high seas) and how the dynamics of the catch especially tuna, skipjack and little tuna. The dominant fishing gear in PP Pondokdadap Sendang Biru is the handline with 70.42%, followed by purse seine 9.82% and longlines 19.76%. The dominant catches caught by handline were skipjack and juvenile of yellowfin tuna. Fishing ground of hand line based in PP Pondokdadap located in waters with boundaries between 8º - 12º LS and 108º - 115ºBT or geographically located in the waters territorial, EEZ and on the high seas. Tuna catches precentage caught by handline in territorial, EEZ and high seas, accounting for 0.63%, 78.68% and 20.69%, respectively. 
KARAKTERISTIK BIOLOGI DAN TINGKAT PEMANFAATAN UDANG WINDU DI PERAIRAN SEBATIK, KALIMANTAN UTARA Tirtadanu Tirtadanu; Umi Chodrijah
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.25.3.2019.191-202

Abstract

Keterbatasan data dan informasi hasil tangkapan udang windu (Penaeus monodon Fabricius, 1798) yang tidak terlaporkan di Sebatik menyebabkan sulitnya menduga potensi dan status stok udang windu. Upaya yang dapat dilakukan untuk menduga status stok dan strategi pengelolaan udang yang berkelanjutan di perairan Sebatik adalah melalui kajian karakteristik biologi, perikanan seperti parameter populasi dan rasio potensi pemijahan. Sampel udang diperoleh dari hasil tangkapan nelayan di beberapa daerah pendaratan sekitar Tanjung Aru dan pengumpulan data biometrik udang dilakukan selama bulan April Desember 2018. Parameter pertumbuhan diperoleh dari pergeseran modus panjang karapas bulanan berdasarkan model pertumbuhan Von Bertalanffy. Tingkat penangkapan diperoleh dari laju eksploitasi (E) dan estimasi rasio pemijahan berbasis data panjang (Length-based SPR). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata ukuran udang yang tertangkap jaring tiga lapis adalah 46,90±0,14 mmCL pada udang jantan dan 53,40±0,25 mmCL pada udang betina. Sebagian besar udang yang tertangkap belum melakukan pemijahan (Lc=52 mmCL<Lm=55 mmCL) dan udang windu memijah sepanjang tahun dengan puncakya diduga terjadi pada bulan Agustus dan November-Desember. Udang betina memiliki ukuran yang lebih besar (L∞ jantan=66,25 mmCL; L∞ betina=84,50 mmCL) dan laju pertumbuhan yang lebih cepat (K jantan=1,27 tahun-1; K betina=1,39 tahun-1) dibandingkan udang jantan. Laju mortalitas alami udang jantan sama dengan udang betina (M=1,7 tahun-1) sedangkan laju mortalitas penangkapan udang jantan lebih tinggi dibandingkan udang betina (F jantan=2,13 tahun-1; F betina=1,70 tahun-1). Status penangkapan udang windu di perairan Sebatik telah jenuh (fully exploited) (E=0,50-0,56) dan kondisi stoknya tidak berada pada kondisi growth overfishing berdasarkan estimasi rasio potensi pemijahan sebesar 34%. Pengusahaan udang windu di perairan Sebatik dapat terus dilanjutkan dengan menghindari penangkapan yang terpusat di daerah asuhan.The limited data and the unreported information about the yields of giant tiger prawn (Penaeus monodon Fabricius, 1798) in Sebatik caused difficulties in estimating potention and stock status of tiger prawn. The study that could be applied for estimating stock status and management strategy for sustainable shrimp fisheries in Sebatik Waters was the study about fisheries biological characteristics including population parameters and spawning potential ratio. Samples were obtained from the catch of trammel net by fishers in some landing areas in Tanjung Aru and the biometric data has been collected during April-December 2018. The growth parameters were obtained from the movement of the monthly mode of carapace length that were based on the Von Bertalanffy growth model. Exploitation status was obtained from exploitation rate of E and length based SPR. The results showed that the mean size of shrimps that was captured by trammel net was 46,90±0,14 mmCL for male and 53,40±0,25 mmCL for female. Most of shrimps were caught before they spawn (Lc=52 mmCL<Lm=55 mmCL) and tiger prawns spawn throughout the year that the peaks occurred in Agustus dan November-December. Female shrimp has larger size (L∞ jantan=66,25 mmCL; L∞ betina=84,50 mmCL) and faster growth rate ( K male=1,27 year-1; K female=1,39 year-1) than the male. The natural mortality of male shrimp was the same as the female (M=1,70 tahun-1) while the fishing mortality of male was higher than female (F male=2,13 tahun-1; F female=1,7 tahun-1). Exploitation status of tiger prawn in Sebatik Waters was fully exploited (E=0,50-0,56) and the shrimp stock has not been on growth overfishing yet according to spawning potential ratio of 34%. The shrimps fishing in Sebatik Waters could continue by avoiding the fishing on the nursery ground.

Page 1 of 1 | Total Record : 5


Filter by Year

2019 2019


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 4 (2025): (Desember 2025) Vol 31, No 3 (2025): (September 2025) Vol 31, No 2 (2025): (Juni 2025) Vol 31, No 1 (2025): (Maret 2025) Vol 30, No 4 (2024): (Desember 2024) Vol 30, No 3 (2024): (September) 2024 Vol 30, No 2 (2024): (Juni) 2024 Vol 30, No 1 (2024): (Maret) 2024 Vol 29, No 4 (2023): (Desember) 2023 Vol 29, No 3 (2023): (September) 2023 Vol 29, No 1 (2023): (Maret) 2023 Vol 28, No 4 (2022): (Desember) 2022 Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 28, No 1 (2022): (Maret) 2022 Vol 27, No 4 (2021): (Desember) 2021 Vol 27, No 3 (2021): (September) 2021 Vol 27, No 2 (2021): (Juni) 2021 Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021 Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020 Vol 26, No 3 (2020): (September) 2020 Vol 26, No 2 (2020): (Juni) 2020 Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020 Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019 Vol 25, No 3 (2019): (September) 2019 Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019 Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019 Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018 Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018 Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018) Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 23, No 3 (2017): (September 2017) Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017) Vol 22, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 22, No 3 (2016): (September) 2016 Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 22, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 21, No 3 (2015): (September 2015) Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014) Vol 20, No 3 (2014): (September 2014) Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014) Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014) Vol 19, No 4 (2013): (Desember 2013) Vol 19, No 3 (2013): (September 2013) Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013) Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013) Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012) Vol 18, No 3 (2012): (September 2012) Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012 Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012) Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011) Vol 17, No 3 (2011): (September 2011) Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011) Vol 17, No 1 (2011): (Maret 2011) Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010) Vol 16, No 3 (2010): (September 2010) Vol 16, No 2 (2010): (Juni 2010) Vol 16, No 1 (2010): (Maret 2010) Vol 15, No 4 (2009): (Desember 2009) Vol 15, No 3 (2009): (September 2009) Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009) Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009) Vol 14, No 4 (2008): (Desember 2008) Vol 14, No 3 (2008): (September 2008) Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008) Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008) Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 13, No 1 (2007): (April 2007) Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 12, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 12, No 1 (2006): (April 2006) Vol 11, No 9 (2005): (Vol. 11 No. 9 2005) Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005) Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005) Vol 11, No 6 (2005): (Vol. 11 No. 6 2005) Vol 11, No 5 (2005): (Vol. 11 No. 5 2005) Vol 11, No 4 (2005): (Vol. 11 No. 4 2005) Vol 11, No 3 (2005): (Vol. 11 No. 3 2005) Vol 11, No 2 (2005): (Vol. 11 No. 2 2005) Vol 11, No 1 (2005): (Vol. 11 No. 1 2005) Vol 10, No 7 (2004): (Vol. 10 No. 7 2004) Vol 10, No 6 (2004): (Vol. 10 No. 6 2004) Vol 10, No 5 (2004): (Vol. 10 No. 5 2004) Vol 10, No 4 (2004): (Vol. 10 No. 4 2004) Vol 10, No 3 (2004): (Vol. 10 No. 3 2004) Vol 10, No 2 (2004): (Vol. 10 No. 2 2004) Vol 10, No 1 (2004): (Vol. 10 No. 1 2004) Vol 9, No 7 (2003): (Vol.9 No.7 2003) Vol 9, No 6 (2003): (Vol.9 No.6 2003) Vol 9, No 5 (2003): Vol. 9 No. 5 2003) Vol 9, No 4 (2003): Vol. 9 No. 4 2003) Vol 9, No 3 (2003): (Vol.9 No.3 2003) Vol 9, No 2 (2003): (Vol, 9 No. 2 2003) Vol 9, No 1 (2003): (Vol.9 No.1 2003) Vol 8, No 7 (2002): (Vol.8 No.7 2002) Vol 8, No 6 (2002): (Vol.8 No.6 2002) Vol 8, No 5 (2002): (Vol.8 No.5 2002) Vol 8, No 4 (2002): (Vol.8 No.4 2002) Vol 8, No 3 (2002): (Vol.8 No.3 2002) Vol 8, No 2 (2002): (Vol. 8 No. 2 2002) Vol 8, No 1 (2002): (Vol.8 No.1 2002) Vol 7, No 4 (2001): (Vol. 7 No. 4 2001) Vol 7, No 2 (2001): (Vol.7 No. 2 2001) Vol 6, No 3-4 (2000): (Vol.6 No.3-4 2000) Vol 6, No 2 (2000): (Vol.6 No.2 2000) Vol 6, No 1 (2000): (Vol.6 No.1 2000) Vol 5, No 2 (1999): (Vol.5 No.2 1999) Vol 5, No 1 (1999): (Vol.5 No. 1 1999) Vol 4, No 4 (1998): (Vol.4 No.4 1998) Vol 4, No 3 (1998): (Vol.4 No.3 1998) Vol 4, No 2 (1998): (Vol.4 No.2 1998) Vol 4, No 1 (1998): (Vol.4 No.1 1998) Vol 3, No 4 (1997): (Vol.3 No.4 1997) Vol 3, No 3 (1997): (Vol.3 No.3 1997) Vol 3, No 2 (1997): (Vol.3 No.2 1997) Vol 3, No 1 (1997): (Vol.3 No.1 1997) Vol 2, No 4 (1996): (Vol.2 No.4 1996) Vol 2, No 3 (1996): (Vol.2 No.3 1996) Vol 2, No 2 (1996): (Vol.2 No.2 1996) Vol 2, No 1 (1996): (Vol.2 No.1 1996) Vol 1, No 4 (1995): (Vol.1 No.4 1995) Vol 1, No 3 (1995): (Vol.1 No.3 1995) Vol 1, No 2 (1995): (Vol.1 No.2 1995) Vol 1, No 1 (1995): (Vol.1 No.1 1995) More Issue