cover
Contact Name
Zuliati
Contact Email
zuliati@isi-ska.ac.id
Phone
+6281804209909
Journal Mail Official
texture@isi-ska.ac.id
Editorial Address
FSRD Institut Seni Indonesia Surakarta Jalan Ring Road Mojosongo Km. 5,5 Jebres, Surakarta, Jawa Tengah
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Texture : Art and Culture Journal
ISSN : 2655676     EISSN : 26556758     DOI : 10.33153
Texture art and culture journal, memuat artikel hasil penelitian ilmiah dalam spektrum penciptaan dan pengkajian seni rupa dan budaya. Lokus seni rupa berfokus pada praktik artistik dalam beragam medium ungkap, baik dua dimensi, tiga dimensi, hingga ragam praktik seni intermedia. Budaya dilihat dalam konteks praksis, berikut ragam produk budaya visual yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Kajian terkait seni rupa dan budaya dalam jurnal ini menggunakan pendekatan kritis dalam perspektif keilmuan interdisipliner.
Articles 138 Documents
MAKNA MOTIF BATIK TUTUR BLITAR Rengga Kusuma Nawala Sari; Dharsono Dharsono
TEXTURE : Art and Culture Journal Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3088.463 KB) | DOI: 10.33153/texture.v2i1.2627

Abstract

ABSTRACTBatik tutur is the result of the development of the Afkomstig Uit Blitar batik motif in 1902, the cultural heritage of Blitar in the past that was collected by the Dutch museum. Currently batik has 15 motifs with a variety of names according to motifs and meanings, the name of each motif contains moral message or pitutur that the creator wants to convey to the wearer. The purpose of this study is to study and explain the form and meaning of the batik motifs written by Eddy Dewa, which is currently the flagship mtf of Kab.Blitar. The method with data collection and data processing, data collection includes observation, interviews, and literature studies, while the data processing uses interpretation analysis,the result o research obtained are about the explanation of the meaning of batik tutur motifs Awu Nanas, Celeret Dubang, Cindhe Gadhing, Gambir Sepuh, Galih Dhempo, Gobog, Jalu Watu, Mirong Kampuh Jingga, Mupus Pupus, Pedhut Kelut, Podhang, Prumpun, Simo Samaran, Tanjung Manila, dan Winih Semi.Keywords : Batik Tutur, Motif, MeaningABSTRAKBatik Tutur merupakan hasil pengembangan dari motif batik Afkomstig Uit Blitar 1902, warisan budaya masyarakat blitar pada masa lampau yang dikoleksi museum belanda.Tujuan penelitian ini yaitu menggali dan menjelaskan wujud serta makna pada motif batik tutur karya Edy Dewa yang saat ini menjadi motif unggulan Kab.Blitar.Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pengumpulan data dan pengolahan data.Pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan studi pustaka, sedangkan pengolahan datanya menggunakan intepretasi analisis. Hasil penelitian menunjukkan batik tutur memiliki 15 motif dengan berbagai macam nama sesuai motif dan makna, nama pada setiap motif mengandung pesan moral atau pitutur yang ingin disampaikan pencipta kepada pemakainya. Motif batik tutur meliputi Awu Nanas, Celeret Dubang, Cindhe Gadhing, Gambir Sepuh, Galih Dhempo, Gobog, Jalu Watu, Mirong Kampuh Jingga, Mupus Pupus, Pedhut Kelut, Podhang, Prumpun, Simo Samaran, Tanjung Manila, dan Winih Semi. Kata Kunci: Batik tutur, motif, makna dan Blitar
MEDIA PROMOSI EDUKASI SEJARAH MELALUI PERANCANGAN KARAKTER VISUAL SINGO ULUNG BONDOWOSO Vicky Tito Guizar; Asmoro Nurhadi Panindias
TEXTURE : Art and Culture Journal Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2639.819 KB) | DOI: 10.33153/texture.v2i1.2657

Abstract

ABSTRACTThis design is based on the development of current media technology which results in a lack of historical educational media which then impacts to the art of Singo Ulung Bondowoso. The problem of this project is how to create educational media and the promotion of history as a bridge of knowledge especially to youth of Bondowoso. Some foundamental concept that underlie the idea of this project’s imagination are: the format of the work (film), the form of the work (animation), promotion, folklore, education, and communication. First, observation have been done, primary data have been collected through interview with the artists and cultural institutions, and secondary data have been collected through literature and previous animated trailers reviews to get a reference for the trailer concept and 2D digital painting animation techniques. The output of this design is the visual character taken by the story of Singo Ulung Bondowoso. The method of designing visual characters from traditional arts, starts from the process of simplifying traditional values into a new form of IP (Intellectual Property). This design uses SWOT analysis techniques, evaluation of strengths, weaknesses, opportunities, and threats to objects in visual character design. The design is based on the philosophy of the art costume, which is the meaning of color, facial motifs, and character narrated. This design produces an artbook as a guide to the application of character design that can be applied to various media. Introducing Singo Ulung Bondowoso to the public requires a media promotion strategy. Utilization of promotions adds to the profit in order to accelerate the process of introducing such traditional art in the form of artbooks that have been produced. Promotional media in the form of boot, animated video trailers with stories that contain informative and educative messages that can be understood by the audience. It is hoped that this design will be able to inspire the Bondowoso community, especially young people, to raise local folklore in innovative ways.Key words : Singo Ulung Bondowoso, Visual Character, Animation, Artbook, PromotionABSTRAKPerancangan ini didasari atas berkembangnya teknologi media saat ini yang berakibat kurangnya media edukasi sejarah yang kemudian berdampak pada kesenian Singo Ulung Bondowoso. Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana menciptakan media edukasi dan promosi sejarah sebagai jembatan pengetahuan khususnya kepada anak muda-anak muda Bondowoso. Beberapa landasan konseptual yang mendasari gagasan ide imajinasi karya yaitu, format karya (film), bentuk karya (animasi), promosi, folklore, pendidikan, dan komunikasi. Dilakukan observasi pengumpulan data primer berupa wawancara kepada pelaku seni maupun lembaga kebudayaan dan data sekunder terhadap literature maupun trailer animasi lain untuk mendapatkan referensi konsep trailer, teknik animasi 2D digital painting. Luaran dari hasil perancagan ini adalah karakter visual yang mengangkat kisah Singo Ulung Bondowoso. Metode perancangan karakter visual yang mengangkat seni tradisi ini menggunakan tahapan proses dengan menyederhanakan muatan nilai tradisi menjadi bentuk baru berupa IP (Intelectual Property). Perancangan ini menggunkan teknik analisis SWOT berupa evaluasi terhadap kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman terhadap objek perancangan karakter visual. Desain dirancang berdasarkan filosofi yang ada pada kostum kesenian yaitu makna warna, motif wajah, dan watak yang diriwayatkan. Hasil perancangan ini berupa artbook sebagai panduan penerapan desain karakter yang nantinya diaplikasikan ke dalam berbagai media. Mengenalkan Singo Ulung Bondowoso kepada masyarakat diperlukan strategi media promosi. Pemanfaatan promosi menambah keuntungan guna mempercepat proses pengenalan seni tradisi tersebut berupa artbook yang telah diproduksi. Media promosi berupa boot, video trailer animasi dengan cerita yang mengandung pesan informatif dan edukatif yang dapat dipahami oleh audiens. Diharapkan perancangan ini mampu memberi inspirasi kepada masyarakat Bondowoso khususnya anak-anak muda untuk mengangkat cerita rakyat lokal dengan cara yang inovatif.Kata Kunci : Singo Ulung Bondowoso, Karakter Visual, Animasi, Artbook, Promosi
KAJIAN TENUN BADUY DI DESA KANEKES PROVINSI BANTEN ari arini Putri Megantari; S setyawan
TEXTURE : Art and Culture Journal Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (836.533 KB) | DOI: 10.33153/texture.v2i2.2783

Abstract

ABSTRAKTenun Baduy merupakan salah satu komoditas di suku Baduy yang memiliki peranan dan arti yang penting bagi kehidupan masyarakatnya. Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana latar belakang kebudayaan Suku Baduy yang mempengaruhi tenun Baduy di Desa Kanekes? 2) Bagaimana makna yang terkandung dalam tenun Baduy di Desa Kanekes?Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan antropologi seni dan teori interpretasi Clifford Geertz. Data diperoleh dengan teknik observasi berperan pasif, wawancara mendalam, dan studi pustaka. Penelitian ini terfokus pada latar kebudayaan Suku Baduy yang mempengaruhi tenun Baduy, meliputi masyarakat Baduy, dan kesenian yang ada di Suku Baduy, serta analisis makna yang terkandung di dalam tenun Baduy. Lokasi penelitian berada di Desa Kanekes, tepatnya di Kampung Gajeboh, Provinsi Banten.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). Tenun Baduy merupakan kain tradisional yang banyak dipengaruhi oleh unsur kebudayaan masyarakat Baduy dalam kehidupan sehari-hari, meliputi tata masyarakat, kepercayaan, sistem pemerintahan, perekonomian dan kesenian. 2). Makna dan tata cara pembuatan tenun Baduy merupakan amanat dari leluhur yang terjelma dalam pikukuh dan buyut yang menjadi pedoman hidup bagi masyarakatnya.Kata kunci: Tenun Baduy, Kanekes, Antropologi Seni. ABSTRACTBaduy weaving is one of commodity in the Baduy tribe which has an important role and meaning for the life of it’s people. The formulation of the problems in this research are: 1) How was the cultural background of the Baduy tribe that influences the Baduy weaving in Kanekes Village? 2) What is the meaning of Baduy weaving in Kanekes Village? This research uses a qualitative research method with an anthropologyof art approachand Clifford Geertz's interpretation theory. Data obtained by passive role observation techniques, in-depth interviews, and literature study. This study focused on cultural background of the Baduy tribe that influenced the Baduy weaving, including the Baduy community, and the arts in Baduy tribe, as well as the analysis of the meaning contained in the Baduy weaving. The research location is in Kanekes Village, precisely in Kampung Gajeboh, Banten Province. The results showed that: 1). Baduy weaving is a traditional cloth that was influenced by the elements of Baduy culture in everyday life, including community governance, their beliefs, government systems, economy and art. 2). The meaning and procedure for making Baduy weaving is a mandate from the ancestors incarnated in their way of life (pikukuh) and the buyut who become the life guidelines for it’s people.Keywords: Baduy Weaving, Kanekes, Anthropology of Art.
KEHIDUPAN KELOMPOK MARGINAL MASYARAKAT PESISIR PADA SETTING KAMPUNG TIRANG DALAM FILM TURAH (Analisis Semiotika Charles Sander Peirce) kharis Ardiyansah; Sapto Hudoyo
TEXTURE : Art and Culture Journal Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (919.584 KB) | DOI: 10.33153/texture.v2i2.2785

Abstract

ABSTRACTOne of Indonesia's drama-genre films is Turah. Great attention to marginality is evident from the selection and depiction of Tirang village as the main setting. A settlement that stands on land arises in the coastal area. The life of marginal groups of coastal communities that are raised through signs uses the complex Charles Sanders Peirce semiotic approach by relating three main components, namely: representamen, object and interpretant. Keywords : Film Turah, Setting, Semiotica Charles Sanders Peirce, Marginal Group, Beach Society.ABSTRAKSalah satu film Indonesia ber-genre drama adalah Turah. Perhatian besar pada marginalitas tampak sekali dari pemilihan dan penggambaran kampung Tirang sebagai setting utama. Sebuah perkampungan yang berdiri di atas tanah timbul di daerah pesisir. Kehidupan kelompok marginal masyarakat pesisir yang dimunculkan melalui tanda-tanda menggunakan pendekatan semiotika Charles Sanders Peirce yang kompleks dengan mangaitkan tiga komponen utama, yaitu: representamen, object dan interpretant.Kata Kunci: Film Turah, Setting, Semiotika Charles Sanders Peirce, Kelompok Marginal, Masyarakat Pesisir
PERANCANGAN INTERIOR ISLAMIC HEALTH AND SPORTS DENGAN TEMA SEMANGGI DI KOTA SURABAYA Kenia Amalukha Riduwan; Ahmad Fadjar Ariyanto
Texture:Art and Culture Journal Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7772.8 KB) | DOI: 10.33153/texture.v2i2.2787

Abstract

ABSTRACTInterior Design of Islamic Health and Sports in Surabaya City is an Islamic health and sports service building by applying the Semanggi theme. This design aims to produce interior design that can meet all the needs of Islamic health fulfillment activities comfortably and safely. The design method uses the design of Pamudji Suptandar, namely through the process of design input, synthesis, and output. The design approach uses the function, aesthetic, ergonomics, and sharia approach. The semanggi motif is taken from the transformation from pillars of the Rahmat Mosque in Surabaya by means of a contemporary style approach. This design has facilities including: Lobby, health & sports corner, pharmacy, examination room, therapy, trainer room, fitness room, Mixed Martial Arts area, retail, cafe, and lavatory which have separate zones between men and women in high privacy spaces .Key words :Interior, Islamic, Health, Sports, Semanggi     ABSTRAK Perancangan Interior Islamic Health and Sports di Kota Surabaya merupakan bangunan pelayanan kesehatan dan rekreasi islami dengan menerapkan tema Semanggi. Perancangan ini bertujuan  menghasilkan desain interior yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan aktivitas pemenuhan kesehatan islami dengan nyaman dan aman. Metode perancangan menggunakan perancangan Pamudji Suptandar yaitu melalui proses desain input, sintesa, dan output. Landasan perancangan menggunakan pendekatan fungsi, estetika, ergonomi, dan syariah. Motif semanggi diambil dari transformasi daun semanggi pilar Masjid Rahmat Surabaya melalui pendekatan gaya kontemporer. Perancangan ini memiliki fasilitas diantaranya: Lobby, health & sports corner, apotek, ruang periksa, terapi, trainer, fitness,  Mixed Martial Arts, retail, kafe, dan  lavastory yang memiliki zona terpisah antara laki-laki dan perempuan pada ruang dengan tingkat privasi tinggi. Kata kunci : Interior, Islamic, Health, Sports, Semanggi.
KESENIAN DONGKREK SEBAGAI IDE KREATIF PERANCANGAN VISUAL BRANDING DAN PROMOSI EVENT SEPASMA (SEPASAR ING MADIUN) ari widyanto; Asmoro Nurhadi Panindias
TEXTURE : Art and Culture Journal Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2766.471 KB) | DOI: 10.33153/texture.v2i2.2782

Abstract

ABSTRACTSEPASMA (SepasarIngMadiun) is the biggest cultural arts event owned by Madiun Regency. As part of the regional tourism icon that is able to develop the diversity of existing potentials, the SEPASMA (SepasarIngMadiun) event requires a visual branding design and promotion to be increasingly recognized and sought after by the wider community. The research method used in this design is descriptive qualitative with SWOT analysis. The design adapts Rustan and Sanyoto's method which has been modified and adapted to the problems faced so that it can produce an attractive, effective, and communicative design according to the needs. Dongkrek which is a typical art of Madiun Regency is used as a creative design idea to strengthen the identity of the event as part of the representation of Madiun Regency. In the design of visual branding, the cast and dance movements of Dongkrek are deformed into logogram elements with constructive style and format. The red and yellow colors on the Dongkrek art mask are also adapted as corporate colors. In the design of promotions, Dongkrek art is used as the main visual element in order to increase the attractiveness of advertisements. Both types of soft selling and hard selling advertising approaches are used to further enhance advertising effectiveness. The results of this overall design are in the form of a visual identity system consisting of logos, taglines, colors, typography, secondary graphics, system icons, stationery, and their implementation in various promotional media that are able to reach the target audience, such as billboards, print ad, TVC, digital advertising, merchandise, and event attributes. By conducting a conceptual, periodic and scheduled promotion, brand awareness of the SEPASMA (SepasaringMadiun) event can be increased to make it the top of mind in the minds of the public. Keywords: SEPASMA (SepasarIngMadiun) Event, Dongkrek Art, Visual branding, Promotion. ABSTRAKSEPASMA (Sepasar Ing Madiun) merupakan event seni budaya terbesar yang dimiliki Kabupaten Madiun. Sebagai bagian dari ikon pariwisata daerah yang mampu menumbuhkembangkan keberagaman potensi yang ada, event SEPASMA (Sepasar Ing Madiun) membutuhkan suatu rancangan visual branding dan promosi agar semakin dikenal dan diminati masyarakat luas. Metode penelitian yang digunakan dalam perancangan ini adalah deskriptif kualitatif dengan analisis SWOT. Perancangan mengadaptasi metode milik Rustan dan Sanyoto yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi sehingga dapat menghasilkan desain yang menarik, efektif, dan komunikatif sesuai dengan kebutuhan. Dongkrek yang merupakan kesenian khas Kabupaten Madiundijadikan sebagai ide kreatif perancangan guna memperkuat identitas event tersebut sebagai bagian dari representasi Kabupaten Madiun. Pada perancangan visual branding, tokoh pemeran dan gerak tarian kesenian Dongkrek dideformasi menjadi elemen logogram dengan gaya dan format konstruktif.Warna merah dan kuning pada topeng kesenian Dongkrek juga diadaptasi sebagai warna korporat. Pada perancangan promosi, kesenian Dongkrek dijadikan sebagai unsur visual utama guna menambah daya tarik iklan. Kedua jenis pendekatan iklan soft selling dan hard selling digunakan untuk semakin meningkatkan efektivitas iklan. Adapun hasil dari keseluruhan perancangan ini adalah berupa sistem identitas visual yang terdiri dari logo, tagline, warna, tipografi, secondary graphic, icon system, stationery, serta pengimplementasiannya ke berbagai media promosi yang mampu menjangkau target audience, seperti billboard, print ad, TVC, digital advertising,merchandise, dan atribut event.Dengan melakukan promosi secara terkonsep, berkala dan terjadwal diharapkanbrand awareness terhadapevent SEPASMA (Sepasar ing Madiun) dapat meningkat hingga menjadikannya top of mind di benak masyarakat. Kata kunci:Event SEPASMA (Sepasar Ing Madiun), Kesenian Dongkrek, Visual branding, Promosi.
PENGEMBANGAN PRODUK BATIK TULIS DALAM KONTEKS PARIWISATA DI SURAKARTA putri cahya suci
Texture:Art and Culture Journal Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (439.096 KB) | DOI: 10.33153/texture.v2i2.2789

Abstract

ABSTRACT              Developing Hand-Drawn Batik on The Context of Surakarta’s Tourism. The background of the research is that to offer the product of hand-drawn batik with t-shirt material as the basic material. The product would likely be Surakarta’s special merchandise showing the hand-drawn batik with Surakarta’s batik characteristic as the form of preservation on batik. This design is wished to increasing the product of batik with t-shirt based material and designing it with the visual of Surakarta’s batik design.               The purpose of the design is to produce a hand-drawn Surakarta’s batik product with t-shirt based material for a shirt as one of Surakarta’s special merchandise. Moreover, this product shows the recent visual with monochrome color.The design result would be a Surakarta’s special hand-drawn batik themed. The technique used in this design process is hand-drawn batik with dip-cover coloring technique. The technique uses synthetic coloring, naptol. This design also uses cotton combed 20s that support the design to show the shirt visual. The material is also chosen because it has the absorption ability to absorb sweat, the ability to be processed with hand-drawn batik technique, and able to absorb the color well.Keywords: Hand-drawn Batik, Cotton T-shirt, Surakarta’s Batik, Shirt ABSTRAK              Pengembangan Produk Batik Tulis dalam Konteks Pariwisata di Surakarta. Latar belakang pembuatan produk batik tulis dalam konteks pariwisata di Surakarta dalam proyek tugas akhir ini adalah menawarkan produk batik tulis dengan menggunakan bahan dasar kaos untuk kemeja sebagai cinderamata khas Kota Surakarta dengan menampilkan visual motif batik khas Surakarta sebagai wujud pelestarian batik. Perancangan ini diharapkan mampu menambah produk-produk dengan berbahan dasar kaos serta mengolah visual dengan motif khas Surakarta.              Tujuan perancangan ini adalah menghasilkan produk batik tulis dengan bahan dasar kaos dengan mengolah visual motif khas Surakarta untuk kemeja sebagai cinderamata khas Kota Surakarta. Selain itu, produk ini menampilkan visual kekinian dengan menggunakan warna-warna monokrom.Hasilnya berupa delapan desain batik tulis yang bertemakan motif khas Surakarta. Teknik yang digunakan dalam perancangan ini adalah batik tulis dengan teknik pewarnaan tutup celup serta menggunakan zat warna sintetis yakni naptol. Bahan menggunakan kain kaos katun combed 20s, bahan tersebut mendukung untuk menampilkan visual kemeja serta bahan dipilih karena memiliki daya serap terhadap keringat, bahan dapat diproses dengan teknik batik tulis, dapat menyerap pewarna dengan baik.Kata kunci: Batik Tulis, Kaos Katun, Motif Khas Surakarta, Kemeja
PERANCANGAN BATIK DONGKREK UNTUK TEKSTIL PAKAIAN aprilia Yulianingtyastuti
TEXTURE : Art and Culture Journal Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1325.392 KB) | DOI: 10.33153/texture.v2i2.2784

Abstract

ABSTRAKPerancangan ini dilatarbelakangipelestarian salah satu kebudayaan Madiun yaitu kesenian Dongkrek dan pengembangan motif batik khas Madiun karena adanya keinginan konsumen akan motif batik baru selain batik Kenongo dan Pecelan. Tujuan Tugas Akhir perancangan ini adalah menghasilkan inovasi motif baru yang dapat mewakili kesenian khas Madiun sekaligus memenuhi kebutuhan konsumen. Sumber ide yang diambil yaitu property Dongkrek berupa topeng sebagai karakter utama dan batik khas Madiun sebagai motif pendukung. Hasil perancangan ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Dengan mengakat sumber ide kesenian Dongkrek, perancangan ini menghasilkan 8 desain dengan motif utama property Dongkrek dan motif batik khas Madiun sebagai motif pendukung. (2) dari 8 desain divisualkan 3 produk dengan bahan dobby, katun sutera dan katun paris masing-masing ukuran 115cm x 200cm menggunakan teknik batik tulis dengan zat warna remasol.Kata Kunci : Batik, Dongkrek,Kenongo, Pecelan ABSTRACTThis design is backgrounded by the preservation of a product of culture from Madiun namely Dongkrek art and the development of typical Madiun batik motifs due to the desire of consumers for new batik motifs besides Kenongo and Pecelan batik. The aim of this final project is to produce an innovation of new motif that is able to represent the distinctive art of Madiun while meeting the needs of the consumers. The source of the taken idea was originated from Dongkrek property in the form of a mask as the main character and the typical Madiun batik as a supporting motif. From the results of this design several things can be concluded: (1) By bringing up the source of Dongkrek art ideas, this design produces 8 designs with the main motif from the Dongkrek property and the typical Madiun batik motif as supporting motifs. (2) Out of 8 designs, 3 of them were visualized using dobby materials, silk cotton and paris cotton, each in size of 115cm x 200cm using batik techniques with remazol dyes.Keywords: Batik, Dongkrek, Kenongo, Pecelan
KAJIAN ESTETIKA BUSANA BASAHAN DODOT AGENG BANGUN TULAK DI PERNIKAHAN ADAT PURA MANGKUNEGARAN hanintia Elma Derista
Texture:Art and Culture Journal Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4381.757 KB) | DOI: 10.33153/texture.v2i2.2790

Abstract

ABSTRACTDodot Ageng Bangun Tulak is a wet dress worn by the bride and groom during the ceremony at Mangkunegaran Temple. Build tulip blue tilapia, the painting has a gold reasoning motif in the middle of the white, the base of the white color is the color of the stork feather. This study aims to describe: (1) The form of Basahan Dodot Ageng Bangun Tulak in Mangkunegaran Temple. (2) Basahan Dodot Ageng Bangun Tulak fashion weight. (3) Wedding performance of Basahan Dodot Ageng Bangun Tulak. The form of this research is descriptive qualitative using data in the field to develop the theory that was built. The theory used to examine this study uses the A. A. M. Djelantik Aesthetic Theory. The trailer technique used was purposive sampling. Data collection techniques carried out were interviews, observation, and documentation. The validity of the data used is source triangulation and review of key informants. Analysis of the data used is an interactive analysis model. The results showed that: (1) Characteristics of Basahan Dodot Ageng Bangun Tulak clothing, viewed based on the size of the dodot, dodot pattern, dodot shape, dodot color and components that make up the Basahan Dodot Ageng Bangun Tulak clothing especially during the ceremony. (2) Basahan Dodot Ageng Bangun Tulak's fashion weight means to renew everything for the bride and bring good seeds. (3) The appearance of Basahan Dodot Ageng Bangun Tulak's wedding during the ceremony is shown as an art performance performed by the two brides who seem to be kings and queen a day.Keywords : Form, Weight, Appearance of Basahan Dodot Ageng Bangun Tulak ABSTRAKDodot Ageng Bangun Tulak adalah busana basahan yang dikenakan oleh pengantin pria dan wanita pada saat upacara panggih di Pura Mangkunegaran. Bangun tulak berwarna biru nila, lukisannya bermotif alas alasan berwarna emas di bagian tengahnya putih dasar pemikiran warna dasar berwarna putih adalah warna bulu burung bangau.. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Wujud busana Basahan Dodot Ageng Bangun Tulak. (2) Bobot busana Basahan Dodot Ageng Bangun Tulak. (3) Penampilan pernikahan Basahan Dodot Ageng Bangun Tulak. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif menggunakan data di lapangan untuk mengembangkan teori yang dibangun. Teori yang digunakan untuk menelaah penelitian ini menggunakan Teori Estetika A. A. M. Djelantik. Teknik cuplikan yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan review informan kunci. Analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Karakteristik busana Basahan Dodot Ageng Bangun Tulak, dilihat berdasarkan ukuran dodot, pola dodot, bentuk dodot, warna dodot serta komponen yang membentuk busana Basahan Dodot Ageng Bangun Tulak khususnya saat upacara panggih. (2) Bobot busana basahan Dodot Ageng Bangun Tulak bermakna memperbaharui segala sesuatu untuk mempelai dan mendatangkan bibit yang baik (3) Penampilan pernikahan Basahan Dodot Ageng Bangun Tulak saat upacara panggih ditampilkan layaknya sebuah pertunjukan seni diperagakan oleh kedua pengantin yang seolah-olah menjadi raja dan ratu sehari.Kata Kunci : Wujud, Bobot, Penampilan Basahan Dodot Ageng Bangun Tulak
EMOSI SEORANG PEREMPUAN SAAT PREMENSTRUAL SYNDROME DALAM SENI LUKIS DIGITAL Shofa Amaniswati
Texture:Art and Culture Journal Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.2 KB) | DOI: 10.33153/texture.v3i2.3349

Abstract

Tulisan ini mencakup imajinasi, ekspresi dan gagasan penulis yang kemudian digambarkan ke dalam karya seni rupa dua dimensi. Tema yang diangkat pada karya tulisan ini adalah Perempuan dan Gejala Premenstrual Syndrome. Permasalahan sekaligus sumber ide pada tulisan ini merupakan pengalaman pribadi penulis ketika mengalami gejala premenstrual syndrome. Sebelum siklus menstruasi dimulai, premenstrual syndrome merupakan permasalahan yang sering dialami penulis sebagai perempuan setiap bulan. Emosi-emosi yang keluar dirasakan di setiap gejala yang dialami oleh penulis, sehingga membuatnya tertarik untuk membuat karya tentang keresahan dirinya. Relasi antara emosi dan premenstrual syndrome yang keluar dalam diri penulis divisualisasikan secara kreatif dalam media digital painting. Media berbasis digital digunakan karena merupakan latar belakang dan pengalaman estetis penulis. Proses kekaryaan terbantu dengan menggunakan perangkat elektronik seperti PC, Tablet Grafik dan aplikasi penunjang. Selama proses, tekstur cat lukis minyak ditonjolkan agar terlihat seperti teknik seni lukis konvensional dengan menggunakan variasi brush dan setting di dalam aplikasi tersebut. Karya pada tulisan ini diharap mampu memberikan referensi, kesadaran, serta inspirasi pada khalayak luas.

Page 3 of 14 | Total Record : 138