cover
Contact Name
Bachtiar
Contact Email
tiarfpug@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
journalofforestry@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota gorontalo,
Gorontalo
INDONESIA
Gorontalo Journal of Forestry Research
Published by Universitas Gorontalo
ISSN : 26142058     EISSN : 2614204X     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Gorontalo Journal of Forestry Research (GJFR) is a media publication for academics, researchers and practitioners to publish the results of research or scientific articles. GJFR is published 2 (two) periods each year, ie every April and October.
Arjuna Subject : -
Articles 86 Documents
PENGEMBANGAN POTENSI AGROEKOWISATA DI KAWASAN BULU DUA KABUPATEN SOPPENG Ary Muhammad; Muhammad Darmawan
Gorontalo Journal of Forestry Research VOLUME 2 NOMOR 2 TAHUN 2019 GORONTALO JOURNAL OF FORESTRY RESEARCH
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.353 KB) | DOI: 10.32662/gjfr.v2i2.718

Abstract

Kawasan Bulu Dua menjadi salah satu wilayah yang termasuk dalam rencana induk pariwisata Kabupaten Soppeng yang dapat dikembangkan  sebagai kawasan Ekowisata. Penelitian dilakukan di Kawasan Bulu Dua yang terletak di  Desa Gattareng Toa, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Dalam penelitian ini digunakan metode survei dengan teknik observasi, kuesioner, wawancara, dan studi pustaka. Tahapan  studi terdiri dari persiapan, pengumpulan data (inventarisasi), analisis dan sintesis, dan perumusan konsep pengembangan. mengacu pada pedoman penilaian potensi wisata alam yang di terbitkan oleh Direktorat Bina Kawasan Pelestarian Alam. Tujuan yang ingin dicapai yaitu: mengkaji dan menganalisis potensi dan daya tarik wisata alam di Kawasan Bulu Dua serta merumuskan strategi pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat di Kawasan Bulu Dua Kabupaten Soppeng. Berasarkan hasil penilaian potensi wisata alam suatu kawasan layak ditunjuk dan dikembangkan apabila mempunyai nilai kisaran antara 478 – 820. Hasil penilaian potensi wisata alam yang telah dilakukan mendapatkan nilai 575. Berdasarkan fungsi dan penilaian potensi wisata di dalam tapak, dimana daya tarik (alam) menjadi fokus utama, diperkuat dengan kekhasan fauna endemik Macaca maura sebagai point of view serta penguatan oleh partisipasi masyarakat dan dukungan pemangku kebijakan. Penataan ruang direncanakan terbagi atas  5 zona yaitu zona welcome area, zona natural tourism, zona pelayanan dan wisata budaya, zona agrowisata, dan zona  wisata tirta. Penataan vegetasi direncanakan memanfaatkan dan mempertahankan vegetasi asli tapak, tata hijau terdiri dari tata hijau produksi dan tata hijau konservasi.  
KELIMPAHAN DAN KELIMPAHAN RELATIF DUNG BEETLE DI HUTAN PENDIDIKAN KONSERVASI TERPADU UNIVERSITAS LAMPUNG PADA BLOK LINDUNG TAHURA WAN ABDUL RACHMAN Dewi Ira Rahmawati; Bainah Sari Dewi; Sugeng P Harianto; Nuning Nurcahyani
Gorontalo Journal of Forestry Research VOLUME 2 NOMOR 2 TAHUN 2019 GORONTALO JOURNAL OF FORESTRY RESEARCH
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32662/gjfr.v2i2.676

Abstract

Kelimpahan dan kelimpahan relatif dung beetle berperan penting sebagai bioindikator kerusakan hutan dan habitat. Tujuan penelitian untuk menganalisis kelimpahan spesies dan kelimpahan relatif spesies dung beetle di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Universitas Lampung Blok Lindung, Tahura Wan Abdul Rachman pada Desember 2018-Februari 2019. Metode yang digunakan adalah metode trap, kemudian data yang terkumpul dianalisis dengan indeks kelimpahan dan indeks kelimpahan relatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan spesies dung beetle termasuk sedang dengan nilai 3,53 yang menggambarkan keadaan Hutan Pendidikan Tahura Wan Abdul Rachman masih tergolong baik. Ada empat jenis dung beetle yang ditemukan yaitu Catharsius molossus, Onthophagus sp, Aphodius marginellus dan Oryctes rinocheros. Kelimpahan relatif seluruhnya termasuk tinggi dengan nilai di atas 20% hal ini karena jumlah setiap jenis dung beetle yang ditemukan hampir sama. Pengelola sebaiknya menjaga kelestarian hutan dengan mencegah terjadinya penebangan liar.
ANALISIS KEBUTUHAN KAYU DALAM PEMBUATAN PERAHU TRADISIONAL BEGO OLEH MASYARAKAT SUMBAWA Husnah Latifah; Hasanuddin Molo; Jamiatullsna Apriani
Gorontalo Journal of Forestry Research VOLUME 2 NOMOR 2 TAHUN 2019 GORONTALO JOURNAL OF FORESTRY RESEARCH
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (655.207 KB) | DOI: 10.32662/gjfr.v2i2.696

Abstract

Perahu tradisional merupakan salah satu alat transportasi air yang terbuat dari kayu, dibuat dengan tenaga-tenaga terampil  yang tidak memiliki pendidikan atau pelatihan khusus dibidang pembuatan perahu dengan menggunakan peralatan yang sederhana tanpa menggunakan desain gambar. Dengan adanya penelitian ini maka akan tersedia informasi tentang jenis kayu yang bisa dimanfaatkan pada bagian-bagian perahu serta volume kayu yang dibutuhkan dalam pembuatan perahu tradisional Bego, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan bagi masyarakat guna melestarikan dan membudidayakan jenis kayu yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan perahu tradisonal oleh masyarakat.  Penelitian ini bertujauan untuk mengetahui jenis kayu yang dimanfaatkan, kegunaan kayu dan volume kayu yang digunakan dalam pembuatan perahu Bego. Hasil penelitian menunjukkan pengrajin perahu Bego Desa Labuhan Jambu menggunakan 8 jenis kayu sebagai bahan baku pembuatan perahu Bego yaitu kayu Kesambi (Schleichera oleosa), Bungur (Lagerstroemia speciosa per), Sappang (Biancaea sappan), Beropa/bakau (Sonneratia alba),Bidara (Ziziphus mauritiana), Laban (Vitex pubescen), Prek Mayung/Kruing (Dipterocarpus retusus), dan kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri).Penggunaan kayu pada setiap bagian perahu Bego yaitu kayu Kesambi (Schleichera oleosa) digunakan pada bagian solor/gading, linggi haluan, linggi buritan, pondasi mesin, lunas dan kalang. Kayu Bungur (Lagerstroemia speciosa per) digunakan pada bagian badan perahu, sebeng perahu, dek, les, lepe, sekat dan kamar mesin. Sappang (Biancaea sappan) digunakan sebagai paku kayu. Beropa/Bakau (Sonneratia alba) digunakan pada bagian solor/gading. Laban (Vitex pubescen) digunakan pada bagian kalang, linggi haluan, tiang bendera dan kaso. Prek Mayung/Kruing (Dipterocarpus retusus) digunakan pada bagian les dan lepe perahu. Bidara (Ziziphus mauritiana) digunakan pada bagian solor/gading. Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri) digunakan pada bagian lunas. Volume rata-rata kayu yang digunakan pada pembuatan perahu Bego adalah sebanyak 2.61 m3.
INVENTARISASI HASIL HUTAN BUKAN KAYU PADA TANAMAN MPTS DI HUTAN DESA SUKARAJA KPH RAJABASA Ani Fitriyani; Melya Riniarti; Duryat Duryat
Gorontalo Journal of Forestry Research VOLUME 3 NOMOR 1 TAHUN 2020 GORONTALO JOURNAL OF FORESTRY RESEARCH
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.077 KB) | DOI: 10.32662/gjfr.v3i1.818

Abstract

ABSTRAK Hutan Desa Sukaraja merupakan hutan lindung yang dimanfaatkan oleh masyarakat melalui pengelolaan dengan sistem agroforestri dan pemungutan hasil hutan bukan kayu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai jenis dan jumlah HHBK dari tanaman MPTs serta menduga potensi HHBK dari tanaman MPTs pada masa yang akan datang berdasarkan ketersediaannya di masa kini. Data dikumpulkan melalui analisis vegetasi pada 29 plot contoh yang diambil berdasarkan metode SRS (Simple Random Sampling). Untuk memprediksi penambahan jumlah MPTs 1 sampai 4 tahun yang akan datang dilakukan pengamatan pohon pada fase tiang dan pancang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 11 jenis tanaman MPTs yang dimanfaatkan hasil hutan bukan kayunya oleh masyarakat Desa Sukaraja yaitu durian, cengkeh, pala, petai, alpukat, kemiri, mangga, nangka, jengkol, melinjo dan duku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hingga beberapa tahun yang akan datang pohon cengkeh dan durian masih menjadi MPTs yang paling banyak dimanfaatkan dan ditanam oleh masyarakat. Sedangkan mangga dan kemiri merupakan HHBK yang produksinya akan stagnan atau bahkan mengalami penurunan dalam kurun waktu 1-4 tahun yang akan datang. Kata Kunci : HHBK, MPTs, Hutan Desa, KHP Rajabasa  ABSTRACT Sukaraja Village Forest is a protected forest that is utilized by the community through agroforestry system and collection of non-timber forest products to improved community welfare. This study aimed to obtain data on the types and numbers of NTFPs from MPTs and to estimate the potential of NTFPs from MPTs in the future based on their availability in the present. Data was collected through vegetation analysis with 29 sample plots taken based on the SRS (Simple Random Sampling) method. To predict the increase of amount of MPTs in 1-4 years, observed of trees in the pole and sapling phases. The results showed that there were 11 types of MPTs that were utilized by non-timber forest products by the people of Sukaraja Village, that were Durio Zibethinus, Eugenis aromaticum, Phitecellobium lobatum, Parkia spesiosa, myristica fragnans, Artocarpus heterophyllus, Lansium domesticum, Persea americana, Alueuritas moluccanus, Gnetum gnemon and Mangifera indica. The results showed that for the next few years Eugenia aromaticum and Durio zibethinus trees were still the most widely used and planted by the community. While production of Mangifera indica and Alleurites moluccanus were the NTFPs that will be stagnate or even decline in the next 1-4 years. Keywords : NTFPs, MPTs, Village Forest, KPH Rajabasa
KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE HABITAT PERKEBUNAN KAKAO Jamalia Boinau; Daud Sanda Layuk; Dian Puspaningrum
Gorontalo Journal of Forestry Research VOLUME 3 NOMOR 1 TAHUN 2020 GORONTALO JOURNAL OF FORESTRY RESEARCH
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.62 KB) | DOI: 10.32662/gjfr.v3i1.796

Abstract

ABSTRAK Burung merupakan salah satu jenis satwa yang sangat terpengaruh keberadaannya akibat alih guna lahan hutan, terutama pada lahan-lahan monokultur seperti perkebunan kakao. Hilangnya pohon hutan dan tumbuhan semak, hilang pula tempat bersarang, berlindung dan mencari  makan bagi berbagai jenis burung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan jenis burung di berbagai tipe habitat yaitu kakao campuran, kakao tanpa naungan dan kakao tepi hutan. Penelitian ini menggunakan motedo titik hitung (point count). Pengamatan dilakukan pada pukul 06.00-09.00 WITA pagi hari dan 15.00-18.00 WITA pada sore hari. Semua burung yang tertlihat dan terdengar pada radius 200 m dihitung dan dicatat jenisnya. Hasil penelitian ini menunjukan keanekargaman jenis burung  pada seluruh areal masuk dalam kategori sedang yaitu H’= -2,60 dan kelimpahan 100.000 ind per ha dengan jumlah jenis sebanyak 67 dari 33 famili. Tidak ada perbedaan kemelimpahan antar tiga tipe habitat karena kesamaan vegetasi pada seluruh areal yang menjadi sumber pakan bagi beragai jenis burung dan juga jenis burung yang umum ditemukan. Indeks kesamaan jenis secara keseluruhan tidak mencapai 50% yang berarti indeks kesamaan jenis relatif rendah. Tidak ada perbedaan respon terhadap tiga tipe habitat yang berbeda, disebabkan karena tipa tipe habitat yang memiliki stuktur penyusun hutan dan vegetasi yang berbeda-beda.Kata Kunci: Burung, Habitat, Keanekaragaman.    ABSTRACKBird is one of animals which very influence their existence cause by the use of forest, especially on monoculture land such as cacao garden. Theloss of forest trees, bush, and nesting place, protection and food supply of many types of bird. This research aims at investigating the diversity and abundance bird in many habitat types such as cacao mixture, cacao without shade cacao and forest edge cacao. This research used point count method. The observation was conduct at 06.00-09.00 WITA Morning and 15.00-18.00 in the afternoon. Every bird which seen and heard on radius 200 m is counted and listed in every types. The findings reveals that the diversity of bird on type three is include in Medium category which is H’= -2,60 and abundance 100.000 ind/ha with total of type are 67 from 33 family. there is no difference of abundance between three types of habitat, because the similar vegetation i\on all area which become source of many types aof birds and general bird. index of type similarity  is not reach 50% which means index of relatively low species similarity. There is no difference response toward three types of different types of habitat, caused by types of habitat which has structure different forest compilers.Keywords: Birds, Habitat, Diversity.
KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA ULAT SUTERA (BOMBIX MORI L.) BERDASARKAN ASPEK FINANSIAL KABUPATEN BOALEMO PROVINSI GORONTALO Murni Djabar; Nurnaningsih Utiarahman
Gorontalo Journal of Forestry Research VOLUME 3 NOMOR 1 TAHUN 2020 GORONTALO JOURNAL OF FORESTRY RESEARCH
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.21 KB) | DOI: 10.32662/gjfr.v3i1.937

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha berdasarkan aspek finansial dan tingkat sensivitas usaha budidaya ulat sutera. Data berupa arus kas tunai dianalisis menggunakan kriteria kelayakan investasi, yaitu  Net  Present  Value  (NPV), Internal  Rate  or  Return  (IRR),  Gross  Benefit-Cost  Ratio  (gross  B/C),  dan Payback Period. Hasil dari penelitian ini NPV  pada  skala  usaha  I menghasilkan  nilai  sebesar  Rp  78,342,373  dan  nilai NPV pada skala usaha II menghasilkan  nilai  sebesar  Rp  432,249,449. Sedangkan nilai NPV pada skala usaha II sebesar Rp984,209,943. Berdasarkan kriteria kelayakan NPV, budidaya ulat sutera skala usaha I, II dan II layak dilaksanakan karena nilai NPV > 0. Nilai IRR pada skala usaha I, II dan III masing-masing 19.73%, 23.74%dan 26.95% lebih tinggi dari tingkat diskonto 12.50%. Dengan demikian, usaha ini dianggap layak berdasarkan kriteria IRR. Skala usaha I, II dan III memiliki nilai gross B/C1.11, 1.14 dan 1.16. Hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya ulat sutera layak dilakukan karena nilai Gross B/C> 1. Nilai Pay back Period (PBP) skala usaha I adalah 4.8 tahun, skala usaha II adalah 4.0 tahun dan skala usaha III adalah 3.54 tahun. Ketiga skala usaha dikatakan layak karena waktu pengembalian modal kurang dari umur proyek 25 tahun.Penurunan harga jual  kokon sebesar 10% lebih  berpengaruh  pada kondisi usaha daripada peningkatan biaya operasional sebesar 10%. Usaha yang dijalankan hanya skala usaha III layak dijalankan pada penurunan harga jual kokon sebesar 10%. Dan pada peningkatan biaya operasional 10%, skala usaha  II dan III layak dijalankan.
POTENSI SIMPANAN KARBON RANTING-DAUN KAYU PUTIH DI KPH YOGYAKARTA Budi Mulyana; Ris Hadi Purwanto
Gorontalo Journal of Forestry Research VOLUME 3 NOMOR 1 TAHUN 2020 GORONTALO JOURNAL OF FORESTRY RESEARCH
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.56 KB) | DOI: 10.32662/gjfr.v3i1.849

Abstract

ABSTRAKHutan tanaman kayu putih dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dan jasa lingkungan. Namun kajian tentang peran tanaman kayu putih dalam menghasilkan jasa lingkungan berupa penyimpanan karbon belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi simpanan karbon pada ranting-daun kayu putih yang siap pangkas. Alat yang digunakan adalah timbangan digital, kompas, dan parang. Bahan penelitian adalah tegakan kayu putih yang berumur 23-43 di KPH Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petak 31 KPH Yogyakarta didominasi oleh tegakan kayu putih berumur 23 tahun (52%) dengan potensi simpanan karbon pada ranting-daun kayu putih sebesar 545,6 gr/pohon. Tegakan kayu putih yang memiliki produktivitas terbesar adalah tegakan umur 33 tahun dimana simpanan karbonnya sebesar 807,7 gr/pohon dengan kerapatan tegakan 2.325 pohon/ha. Total simpanan karbon pada ranting-daun kayu putih untuk tegakan berumur 23, 27, 31, 33, 40, 41, dan 43 tahun secara berturut-turut adalah 36,50 ton, 1,58 ton, 10,70 ton, 2,83 ton, 3,61 ton, dan 5,90 ton. Dengan demikian, potensi total simpanan karbon pada ranting-daun kayu putih di petak 31 mencapai 65,04 ton.Kata kunci: hasil hutan bukan kayu, biomasa, jasa lingkungan, karbon, kayu putihABSTRACTCajuput plantation can be utilized for economic and environmental services purposes. However, studies on the role of cajuput plants to produce environmental services, especially as carbon storage have not been carried out. This study aim is determining the potential of carbon storage in leave-twigs of cajuput that are ready to be harvested. The research equipment are digital scales, compass, and knife. The research material is cajuput stand at 23-43 years at KPH Yogyakarta. The results showed that at compartment 31 of KPH Yogyakarta were dominated by stand on age 23 years (52%) which the carbon storage was 545,6 gr/tree. Cajuput stand that produces the higher carbon storage was the stand in which the age is 33 years. The carbon storage at age 23 years is 807,7 gr/tree and the stand density is 2.325 trees/ha. The total leave-twigs’ carbon storage at age of 23, 27, 31, 33, 40, 41, 43 were 36,5 tons, 1,58 tons, 10,70 tons, 2,83 tons, 3,61 tons, and 5,90 tons respectively. Thus, the potential of total carbon storage in cajuput’s leave-twigs at compartment 31 is 65,04 tons.Keywords: non-timber forest products, biomass, environmental services, carbon, cajuput
PENGUJIAN KUALITAS BIBIT Acacia mangium DAN Falcataria falcata DI UNIT PERSEMAIAN PERMANEN BPDAS CITARUM-CILIWUNG Inggar Damayanti; Muhammad Rifqi Hariri; Iin Pratiwi Husaini
Gorontalo Journal of Forestry Research VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2022 GORONTALO JOURNAL OF FORESTRY RESEARCH
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32662/gjfr.v5i2.2452

Abstract

ABSTRAKKeberhasilan penanaman pada lahan kritis memiliki kaitan erat dengan pengadaan bibit berkualitas baik karena akan menghasilkan tegakan yang baik. Mutu bibit merupakan ekspresi yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan bibit untuk beradaptasi dan tumbuh setelah penanaman. Penentuan standar mutu bibit didasarkan pada uji mutu bibit baik morfologi maupun fisiologis yang dihubungkan dengan keberhasilan bibit setelah ditanam di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai uji coba yang terukur dan praktis terhadap pertumbuhan bibit dengan mutu bibit Acacia mangium dan Falcataria falcata sesuai kriteria SNI 01-5006.1-2005. Penelitian dilakukan di Persemaian BPDAS Ciatarum-Ciliwung Darmaga Bogor. Bahan yang digunakan yaitu 100 bibit Acacia mangium dan 100 bibit Falcataria moluccana menggunakan media campuran arang sekam, cocopeat, dan top soil dengan perbandingan 1:1:1. Penilaian terhadap mutu fisik dan fisiologi bibit terdiri dari dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu syarat umum (berbatang tunggal, lurus, sehat, dan pangkal batangnya harus sudah berkayu); dan syarat khusus (kekompakan media, tinggi bibit, diameter batang bibit, jumlah daun, warna daun,umur bibit, dan kesehatan bibit dari gangguan hama dan penyakit). Dari kedua pengujian dinyatakan lulus uji karena memenuhi kriteria ambang batas toleransi sehingga menunjukkan bahwa pengelolaan persemaian sudah cukup baik.ABSTRACTThe success of planting on degraded land is closely related to the provision of good quality seedlings because it will produce good stands. Seed quality is an expression used to describe a seeds’ ability to adapt and grow after planting. The seed quality standard's determination is based on the morphological and physiological tests of the seed quality, which are related to the seedlings' success after planting in the field. This study aims to provide information on measurable and practical trials of seedling growth with seed quality of Acacia mangium and Falcataria falcata according to the SNI 01-5006.1-2005 criteria. The research was conducted at the BPDAS Ciatarum-Ciliwung Darmaga Nursery, Bogor. The materials used were 100 Acacia mangium seeds and 100 Falcataria falcata seeds using a mixture of husk charcoal, cocopeat, and topsoil in a ratio of 1: 1: 1. Assessment of the physical quality and physiology of the seedlings consists of two conditions that must be met, namely general requirements (single trunk, straight, healthy, and the base of the stem must be woody); and special requirements (compactness of media, seed height, diameter of seed stems, number of leaves, leaf color, age of seeds, and health of seeds from pests and diseases). The two tests declared that they had passed the test because they met the tolerance threshold criteria, thus indicating that the nursery management was good enough.
JENIS TANAMAN PENGHASIL PANGAN PADA TEGAKAN HUTAN DI AREAL GARAPAN KTH SEJAHTERA 4 DALAM TAHURA WAN ABDUL RACHMAN Kurnia Maulita; Ceng Asmarahman; Indriyanto Indriyanto
Gorontalo Journal of Forestry Research VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2022 GORONTALO JOURNAL OF FORESTRY RESEARCH
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32662/gjfr.v5i2.2034

Abstract

ABSTRAKTanaman penghasil pangan memiliki peran penting untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat di sekitar hutan.  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis pohon dan perdu penghasil pangan yang ada di KTH Sejahtera 4 Tahura Wan Abdul Rachman.  Penelitian dilakukan menggunakan metode garis berpetak.  Data yang ditemukan kemudian dianalisis dengan menghitung Kerapatan (K), Kerapatan Relatif (KR), Luas Penutupan (C), Luas Penutupan Relatif (CR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR), dan Indek Nilai Penting (INP).  Hasil penelitian ditemukan sebanyak 18 jenis tanaman penyusun tegakan hutan.  Duabelas jenis tanaman dalam tegakan hutan tersebut nerupakan penghasil pangan, yaitu alpukat (Persea americana), mangga (Mangifera indica), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), durian (Durio zibethinus), sukun (Artocarpus altilis), nangka (Artocarpus heterophyllus), tangkil (Gnetum gnemon), petai (Parkia speciosa), kakao (Theobroma cacao), pala (Myristica fragrans), kopi (Coffea robusta), dan cengkeh (Eugenia aromaticum).  Jenis pohon penghasil pangan yang paling dominan di KTH Sejahtera 4 Tahura Wan Abdul Rachman adalah pala dengan nilai INP sebesar 71,25 dan cengkeh dengan nilai INP sebesar 47,88.  Keragaman jenis dan jumlah pohon penghasil pangan lebih ditingkatkan untuk menunjang ketahanan pangan masyarakat sekitar Tahura Wan Abdul Rachman.Kata kunci: Pangan; Tegakan Hutan; INP; TahuraABSTRACTFood-producing plants have an important role in meeting the food needs of the people living around the forest.  This study aims to analyze the types of trees and shrubs that produce food in KTH Sejahtera 4 Tahura Wan Abdul Rachman.  Research was done using grid methods.  The data found is then analyzed by calculating the fragility (k), relative density (kr), extent of closure (c), relative extent of closure (cr), frequency (f), relative frequency (fr), and index of important value (inp).  The results of the study found as many as 18 types of plants that make up forest stands.  Twelve types of plants in the forest stand produce food, namely avocado (Persea americana), mango (Mangifera indica), lime (Citrus aurantifolia), durian (Durio zibethinus), breadfruit (Artocarpus altilis), jackfruit (Artocarpus heterophyllus), tangkil (Gnetum gnemon), petai (Parkia speciosa), cocoa (Theobroma cacao), nutmeg (Myristica fragrans), coffee (Coffea robusta) and clove (Eugenia aromaticum).  The most dominant type of food growing tree in KTH prosper4 tahura wan abdul rachman is head with an inp of 71,25 and a clove of inp of 47,88. Increased variety of the variety and number of food-producing trees to support food security around Tahura Wan Abdul Rachman.Keywords: Food; Forest Stand; INP; Tahura
IDENTIFIKASI JENIS TUMBUHAN OBAT YANG DIMANFAATKAN OLEH MASYARAKAT DESA TABO-TABO, KECAMATAN BUNGORO, KABUPATEN PANGKEP Ummul Mu'minin; Husnah Latifah; Hasanuddin Molo; Nirwana Nirwana; Hikmah Hikmah
Gorontalo Journal of Forestry Research VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2022 GORONTALO JOURNAL OF FORESTRY RESEARCH
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32662/gjfr.v5i2.2418

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan obat. Waktu penelitian dimulai pada bulan Juli - Agustus 2022. Penelitian menggunakan metode survei dengan teknik observasi, sedangkan penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan 30 responden  di Desa Tabo-Tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep. Hasil penelitian tanaman obat yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Desa Tabo-tabo terdapat 20 diantaranya yaitu : sisik naga, rumput teki, daun cakar ayam, kerinyu, tapak kuda, legundi, ciplukan, sirih hutan, awar-awar, kunyit, cocor bebek , pacing, karamunting, tahi ayam, sidaguri, sembung , bandotan, jahe, kamandrek dan ganda rusa. Adapun bagian tanaman obat yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat oleh masyarakat Desa Tabo-tabo yaitu: daun, akar, akar dan batang, umbi, getah dan seluruh bagian tanaman dimanfaatkan sebagia tanaman obat.