cover
Contact Name
nuryani
Contact Email
nuryanigz@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
gjph.ug@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota gorontalo,
Gorontalo
INDONESIA
Gorontalo Journal of Public Health
Published by Universitas Gorontalo
ISSN : 26145057     EISSN : 26145065     DOI : https://doi.org/10.32662/gjph.v6i1.3035
Core Subject : Health,
Gorontalo Journal of Public Health (GJPH) adalah jurnal yang diterbitkan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Gorontalo. GJPH terbit dua kali dalam setahun yakni pada bulan April dan Oktober. Jurnal ini menerima tulisan ilmiah berupa laporan penelitian dengan fokus dan Scope meliputi: 1. Epidemiologi; 2. Biostatistik; 3. Pendidikan dan Promosi Kesehatan; 4. Kesehatan Lingkungan; 5. Kesehatan dan Keselamatan Kerja; 6. Administrasi Kebijakan Kesehatan; 7. Manajemen Rumah Sakit; 8. Gizi Kesehatan Masyarakat; 9. Kesehatan Reproduksi
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "VOLUME 2 NOMOR 2, OKTOBER 2019" : 5 Documents clear
Faktor Berhubungan dengan Rendahnya Kunjungan Antenatal pada Kontak Pertama Pemeriksaan Ibu Hamil (K-1) Dengo, Moh. Rivandi; Mohamad, Idjrak
Gorontalo Journal of Public Health VOLUME 2 NOMOR 2, OKTOBER 2019
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (539.342 KB) | DOI: 10.32662/gjph.v2i2.746

Abstract

The coverage of Antenatal Care (ANC) visits in Gorontalo District during the last three years is as follows: the first visit of the pregnant women in 2015 reached 90%, the visit in the following year in 2016 decreased to 76%, and the visit in 2017 reached 89,86%. This research aims to find out the factors related to the decrease of Antenatal Care in accordance with the decrease in the Antenatal Care visits in the first contact of pregnant women checking K-1 in the working area of Community Health Center Bongomeme Gorontalo District in 2018. The population of the current research was all pregnant women listed in Kohort pregnant women book in the Community Health Center Bogomeme in 2018 there were 163 pregnant women participated. The research design used was a cross sectional study approach. The obtained data were subsequently examined using chi-square test by referring to p value < 0,005. The research results shown that the parity variable of the pregnancy has p value of 0,038, pregnant women knowledge has p value of 0,012, and pregnant women job has p value of 0,000. Thus, this variable has a parity of pregnancy, knowledge of pregnant women and occupation of pregnant women has a relationship with antenatal visits (K-1), while family support variables with p value of 0.478 means that this variable has no relationship with antenatal visits (K-1). The conclusion was the parity, pregnant women knowledge, and pregnant women occupation have the significant relationship with the antenatal care visits (K-1), while the family support has no significant relationship with antenatal visits (K-1). The pregnant women should maintain the pregnancy spacing, maintain the pregnancy health, and increase their knowledge.Cakupan kunjungan Antenatal Care (ANC) di Kabupaten Gorontalo selama tiga tahun terakhir adalah cakupan kunjungan pertama ibu hamil (K-1) tahun 2015 mencapai 90%, pada tahun berikutnya tahun 2016 terjadi penurunan yaitu 76% dan pada tahun 2017 mencapai 89,86%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya kunjungan Antenatal Care pada kontak pertama pemeriksaan ibu hamil K-1 pada Wilayah Kerja Puskesmas Bongomeme Kabupaten Gorontalo tahun 2018. Adapun populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil tercatat di buku kohort ibu hamil Puskesmas Bongomeme tahun 2018 yaitu sebanyak 163 orang ibu hamil. Desain penelitian yang digunakan adalah pendekatan cross sectional study. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji statistic chi square dengan melihat nilai p value < 0,005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variable paritas kehamilan dengan nilai p value 0,038, pengetahuan ibu hamil nilai p value 0,012, dan pekerjaan ibu hamil nilai p value 0,000. Artinya variabel paritas kehamilan, pengetahuan ibu hamil dan pekerjaan ibu hamil memiliki hubungan dengan kunjungan antenatal (K-1). Sedangkan variabel dukungan keluarga nilai p value 0,478 ini berarti variabel dukungan keluarga tidak memiliki hubungan dengan kunjungan antenatal (K-1). Disimpulkan bahwa paritas, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu ada hubungan yang signifikan dengan kunjungan antenatal K-I, sedangkan dukungan keluarga tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kunjungan antenatal (K-I). Ibu hamil agar lebih menjaga jarak kehamilan, menjaga kesehatan kehamilan, meningkatkan pengetahuan ibu hamil.
Pengetahuan, Status Hidrasi, Persen Lemak Tubuh, Kadar Hemoglobin, dan Kebugaran Atlet Senam Ghalda, Ayu; Gifari, Nazhif; Nadiyah, Nadiyah
Gorontalo Journal of Public Health VOLUME 2 NOMOR 2, OKTOBER 2019
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.428 KB) | DOI: 10.32662/gjph.v2i2.737

Abstract

AbstractPhysical fitness is the ability of a person body to do a day work without feeling significant fatigue, that the body has a reserve of energy to overcome the excessive workload. The purpose of this study was to determine the relationship between hydration knowledge, hydration status, body composition, hemoglobin level with physical fitness in gymnastics athletes. This study was design a cross sectional study at GOR Raden Inten East Jakarta. Independent variables were hydration knowledge, hydration status, body composition (percent of body fat) and hemoglobin level, while the dependent variable was physical fitness. The statistical test used in this study was the spearman correlation test, because the dependent variable in this study was abnormally distributed. The results of this study were that there was no significant relationship between hydration knowledge and physical fitness (r = 0.181; p > 0.05), there was no significant relationship between hydration status and physical fitness (r = -0,440; p = 0,052), there was no relationship significant between body composition (percent of body fat) and physical fitness (r = 0,351; p > 0.05), and there was a significant relationship between hemoglobin level and physical fitness (r = 0,600; p < 0.05). The conclusion in this study, there was a significant relationship between hemoglobin level and physical fitness.Kebugaran jasmani merupakan kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan sehari-hari tanpa merasakan kelelahan yang cukup berarti, sehingga tubuh itu sendiri memiliki cadangan energi untuk mengatasi beban kerja yang berlebih. Tujuanpenelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan hidrasi, status hidrasi, komposisi tubuh, kadar hemoglobin dengan kebugaran pada atlet senam. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional yang dilakukan di GOR Raden Inten Jakarta Timur. Variabel independen yaitu pengetahuan hidrasi, status hidrasi, komposisi tubuh (persen lemak tubuh)dan kadar hemoglobin, sedangkan variabel dependen yaitu kebugaran.  Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi spearman, karena variabel dependen pada penelitan berdistribusi tidak normal. Hasil dari penelitian yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan hidrasi dan kebugaran (r=0,181; p>0,05), tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status hidrasi dan kebugaran (r=-0,440; p>0,05), tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komposisi tubuh dan kebugaran (r=0,351; p>0,05) dan terdapat hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin dan kebugaran (r=0,600; p<0,05). Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin dengan kebugaran atlet.
Pelaksanaan PSN 3M Plus untuk Pencegahan Demam Berdarah Dengue (Studi Kasus Masyarakat Desa Kamal) Ramadhani, Firdausi; Yudhastuti, Ririh; Widati, Sri
Gorontalo Journal of Public Health VOLUME 2 NOMOR 2, OKTOBER 2019
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (476.935 KB) | DOI: 10.32662/gjph.v2i2.584

Abstract

Based on data from Bangkalan District health profile in 2010, total DHF cases were 709 cases. In 2011 there was a decline in cases, namely 226 people and one person died. In 2012 there was a surge in 397 cases and six people were declared dead (Bangkalan District Health Profile 2010-2012). Bangkalan District Health Office has sought various programs to deal with dengue cases. This study aims to determine the knowledge and implementation of the Eradication of Mosquito Nests. Using qualitative methods with a case study approach. Data collection was carried out during the period of April-June 2017. The population is in part of the community living in Kamal Sub-district. Data was collected through interviews with housewives from Kamal Village, community leaders and Puskesmas officers. From the results of the study it was found that public knowledge about 3M Plus DHF and PSN was still low. Communities are more familiar with fogging and larvacide to combat dengue than the 3M Plus PSN program. The low implementation of 3M Plus PSN and the lack of information on 3M Plus DBD and PSN. As a recommendation, the relevant parties should immediately take strategic and technical steps in implementing the 3M Plus PSN as the main approach in DHF control. Facilitating partnerships between communities and the government and seeking community participation in tackling DHF through PSN mobilization activities. Expanding access to information about 3M Plus DHF and PSN, not only in schools but also covering all levels of society.Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten Bangkalan tahun 2010  kasus DBD total penderita sebanyak 709 kasus. Pada tahun 2011 sempat mengalami penurunan kasus yaitu dengan jumlah 226 penderita dan satu orang dinyatakan meninggal. Pada tahun 2012 kembali mengalami  lonjakan  yaitu 397 kasus dan enam orang dinyatakan meninggal (Profil Kesehataan Kabupaten Bangkalan 2010-2012). Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan sudah mengupayakan berbagai program untuk mengatasi kasus DBD.             Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk. Menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan selama periode Bulan April-Juni 2017. Populasinya sebagian masyarakat yang tinggal di Kecamatan Kamal. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan ibu rumah tangga Desa Kamal, tokoh masyarakat dan petugas Puskesmas. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pengetahuan masyarakat tentang DBD dan PSN 3M Plus masih rendah. Masyarakat lebih mengenal fogging dan larvasida untuk menanggulangi DBD daripada program PSN 3M Plus. Rendahnya pelaksanaan PSN 3M Plus dan minimnya informasi mengenai DBD dan PSN 3M Plus. Sebagai rekomendasi, sebaiknya pihak terkait segera mengambil langkah strategis dan teknis dalam pelaksanaan PSN 3M Plus sebagai pendekatan utama dalam pengendalian DBD. Memfasilitasi  kemitraan antara masyarakat dan pemerintah serta mengupayakan partisipasi masyarakat dalam menanggulangi DBD melalui kegiatan penggerakan PSN. Memperluas akses informasi tentang DBD dan PSN 3M Plus, bukan hanya di sekolah namun juga mencakup seluruh lapisan masyarakat.
Sejumlah Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Vitamin A pada Balita Hanapi, Sunarti; Nuryani, Nuryani; Ahmad, Rahmawaty
Gorontalo Journal of Public Health VOLUME 2 NOMOR 2, OKTOBER 2019
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (512.03 KB) | DOI: 10.32662/gjph.v2i2.751

Abstract

Based on Indonesian Basic Health Research 2018Vitamin A capsule coverage for children 6-59 months reached 53.1%. Based on Department of Health Gorontalo district Vitamin A capsule coverage in work area of Asparaga community health center reached 80%. The research aims at investigating association of giving vitamin A toward toddler. This research used observational analytic method with cross sectional study approach. This research was conducted in February until April with total of samples were 262 children  6-59 mount and respondents were toddler mother. The technique of collecting samples was using purposive sampling technique and the technique of data collection was using questionnaire. The technique of data analysis was chi square test. The findings reseacrh was found that the giving of vitamin A on toddler was 126 (48,1%) and not giving vitamin A was 136 (51,9%) toddlers, low mothers knowledge 63,4%, active cadre 28,2%, active participation toddlers 5,0%. Base on analysis bivariate indicated that sufficient knowledge of mothers 67,7% of the toddlers were given vitamin A and chi square test showed knowledge of p value = 0,000, the role of active cadres 82,4% of the toddlers were given vitamin A with p value = 0,000 and the activity of toddlers visiting community health center / Posyandu 100% of the toddlers were given vitamin A with p value = 0,000. It was concluded that the mothers knowledge factor, the role of cadres and the activity of toddlers visiting Community Health Center and Posyandu were related to the provision of viramin A in the toddlers. It was recommended for mothers of toddlers to explore more information regarding the importance of providing vitamin A to toddlers, and to be active partisipation in Community Health Center / Posyandu activities.Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 cakupan kapsul vitamin A pada anak 6-59 bulan mencapai 53,1%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo cakupan pemberian vitamin A di Wilayah Kerja Puskesmas Asparaga mencapai 80%. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui sejumlah faktor yang berhubungan dengan pemberian vitamin A pada balita. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan rancangan cross sectional study. Penelitian ini dilakukan pada Februari sampai April dengan jumlah sampel 262 balita umur 6-59 bulan dengan ibu balita sebagai responden. Pengambilan sampel dengan tekhnik purvosive sampling dan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, analisis menggunaka chi square test. Hasil penelitian didapatkan pemberian vitamin A pada balita sebanyak 126 (48,1%) dan tidak diberikan vitamin A sebanyak 136 (51,9%) balita, pengetahuan ibu kurang 63,4%, keaktifan kader 28,2%, keaktifan kunjungan balita 5,0%. Berdasarkan hasil uji bivariat menunjukkan pengetahuan ibu cukup 67,7% anak balita diberikan vitamin A chi square  test menunjukkan pengetahuan  p value = 0,000, peran kader aktif 82,4% balita diberikan vitamin A dengan p value = 0,000, dan keaktifan kunjungan balita ke Puskesmas / Posyandu 100% balita diberikan vitamin A dengan p value = 0,000 berhubungan dengan pemberian vitamin A pada balita. Disimpulkan bahwa faktor pengetahuan ibu, peran kader dan keaktifan kunjungan balita ke Puskesmas dan Posyandu berhubungan dengan pemberian viramin A pada balita. Disarankan kepada ibu balita agar lebih menggali informasi terkait pentingnya pemberian vitamin A pada balita, serta aktif dalam kegiatan Puskesmas / Posyandu.
Gambaran Pola Makan Anak Baduta Pendek di Desa Pasongsongan (Wilayah Pesisir Kabupaten Sumenep) Soesanti, Inne
Gorontalo Journal of Public Health VOLUME 2 NOMOR 2, OKTOBER 2019
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.239 KB) | DOI: 10.32662/gjph.v2i2.738

Abstract

Toddler stunted problems describe the existence of chronic nutritional problems, ranging from the womb to the age of 2 years. This study aims to describe the eating patterns stuntted the toddlers in Pasongsongan Village. This study was used qualitative approach. The informants was determined by purposively, with informants were grandmothers or mothers who have grandchildren or stunting children, traditional healer/herbalist, posyandu cadre, public community. Data collection using interview and observation techniques. The result was showed stunted toddlers who were given food in the porridge form until the age of one year, rice cake and soup without side dishes and vegetables. These foods were given on the grounds that the intestine of the child was not strong in receiving rough food. Animal foods were given a compilation of 12 months selected children classified as late. Sea fish was given after the child can walk, with the reasons toddlers can get infection intestinal worms. Wormy myth was very trusted by the informants, that cause most of them not give sea fish to their children before the age of one years. Practices to give food with high  carbohydrate water and low protein dense. The conclusion was the lack of protein sources such as egg, sea fish, and chicken in both quality and quantity can be a factor that cause stunting in the children under two years old. The suggestions for the children under two years old must be given food sources of protein, and given information for the mother about knowledge the benefits of consuming fish for children under the age of two years.Masalah balita pendek menggambarkan adanya masalah gizi kronis, mulai dari dalam kandungan sampai usia 2 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pola makan anak baduta pendek di Desa Pasongsongan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penentuan informan secara purposive, dengan informan adalah nenek atau ibu yang mempunyai cucu atau anak baduta yang stunting, dukun/pembuat jamu, kader posyandu dan tokoh masyarakat. Pengumpulan data dengan teknik wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan anak baduta stunting diberikan makanan berupa bubur sampai usia satu tahun, lontong dan kuah tanpa lauk dan sayur, makanan-makanan tersebut diberikan dengan alasan usus anak belum kuat menerima makanan yang kasar. Makanan hewani diberikan ketika anak berusia 12 bulan tergolong terlambat. Ikan laut diberikan setelah anak bisa berjalan, dengan alasan takut anak terkena cacingan. Mitos cacingan sangat dipercaya oleh para informan, sehingga banyak yang tidak memberikan ikan laut kepada anaknya sebelum usia satu tahun. Pemberian makanan lebih banyak mengandung karbohidrat dan air serta rendah protein. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kurangnya pemberian sumber protein seperti telur, ikan laut, dan daging ayam baik secara kualitas maupun kuantitas dapat menjadi faktor yang menyebabkan stunting pada anak baduta. Saran yang diberikan bahwa anak di bawah usia dua tahun harus diberikan makanan sumber protein, dan kepada ibu balita perlu diberikan informasi terkait pengetahuan mengenai manfaat mengkonsumsi ikan bagi anak di bawah usia dua tahun.

Page 1 of 1 | Total Record : 5