cover
Contact Name
Muhammad Anas Ma`arif
Contact Email
anasdt16@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
almada@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota mojokerto,
Jawa timur
INDONESIA
Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya
ISSN : 25992473     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Humanities, Social,
Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya adalah jurnal ilmiah Interdisipliner yang memuat hasil-hasil penelitian dan pemikiran ilmu-ilmu Agama, Sosial, dan Budaya. Jurnal Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pesantren KH. Abdul Chalim, Mojokerto, Indonesia. Jurnal ini terbitk dua kali dalam satu tahun, pada bulan Januari dan Juni.
Arjuna Subject : -
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 6 No 3 (2023): Islam and Local Culture" : 15 Documents clear
Children's Rights Must Be Fulfilled by Parents From an Islamic Perspective M. Farid As Siddik
Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya Vol 6 No 3 (2023): Islam and Local Culture
Publisher : LPPM Institut Pesantren KH. Abdul Chalim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31538/almada.v6i2.2776

Abstract

This study aims to find out and describe the rights of children that parents must fulfill in the Islamic view because children are a mandate given by the Divine to both parents. A child means hope for the future, not just a connector of offspring but also as a successor to dreams and struggles. The type of research used is in the form of library studies (Library Research). A literature study is used in collecting information and data with the help of various library materials, such as documents, books, magazines, and historical stories. Meanwhile, the approach used by researchers is a descriptive qualitative approach. The results of this study show that in this life, two things must be understood and fulfilled by every human being, namely, an understanding of what is called rights and an understanding of obligations. The rights of the child that the parents are obliged to fulfill can be grouped; into 1) the rights of the child before birth and 2) the rights of the child when born.
Maqāṣid Al-Sharī‘ah: The Thoughts of Imam al-Shāṭibī in Tepung Tawar Ceremony at Melayu Traditional Marriage Reza Fahlevi; Muslihun Muslihun
Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya Vol 6 No 3 (2023): Islam and Local Culture
Publisher : LPPM Institut Pesantren KH. Abdul Chalim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31538/almada.v6i3.2777

Abstract

Tradition is a habit that people continuously carry out in a specific area. Carrying out traditions can be interpreted as realizing the process of socialization between each generation in a civilization. Each region has different traditions and cultures. One tradition still preserved from generation to generation by the people of Suka Maju Village is the Tepung Tawar ceremony. The purpose of this research is to critically examine the thinking of Imam al-Shāṭibī in Maqāṣid al-Sharī‘ah as an effort to measure the value of relevance between shariah and tradition; in this case, it is used to analyze the tradition of tepung tawar in traditional Melayu marriages in Suka Maju village. The results in this study indicate that the tradition of tepung tawar in the marriage of the Melayu community in Suka Maju Village, which was analyzed using Maqāṣid al-Sharī‘ah from the perspective of Imam Imam al-Shāṭibī is considered relevant, which is described on the validity and purpose of the procession. Furthermore, if based on the classification of Al-'awāid Imam al-Shāṭibī's idea to sharpen the analysis, then it strengthens that the tepung tawar tradition is the embodiment of Al-'awāid al-Jāriyyah’s conception of Al-shāṭibī. Tradisi merupakan kebiasaan yang secara kontinuitas dilakukan oleh masyarakat disuatu daerah tertentu. Melaksanakan tradisi dapat diartikan merealisasikan proses sosialisasi antar setiap generasi dalam sebuah peradaban. Setiap daerah mempunyai tradisi dan kebudayaan yang berbeda-beda. Salah satu tradisi yang masih terpelihara secara turun temurun oleh masyarakat Desa Suka Maju adalah upacara Tepung Tawar. Adapun tujuan dalam penelitiaan ini yaitu menelaah secara kritis pemikiran Imam al-Shāṭibī dalam Maqāṣid al-Sharī‘ah, sebagai upaya menakar nilai relevansi antara shariah dan tradisi, dalam hal ini digunakan untuk menganalisa tradisi tepung tawar pada perkawinan adat Melayu di Desa Suka Maju. Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa tradisi tepung tawar pada perkawinan masyarakat Melayu di Desa Suka Maju yang dianalisa menggunakan Maqāṣid al-Sharī‘ah perspektif Imam al-Shāṭibī dianggap telah relevan, yang terdeskripsi pada keabsahan maupun tujuan prosesinya. Lebih lanjut, jika berdasarkan klasifikasi Al-‘awāid gagasan Imam al-Shāṭibī untuk mempertanjam analisa, maka memperkuat bahwa tradisi tepung tawar merupakan perwujudan Al-‘awāid al-Jāriyyah konsepsi Al-shāṭibī.
Islamic Law Analysis of Chemical Castration Punishments Post The Decision of Mojokerto State Court No. 69/PID.SUS/2019/PN MJK Mgs M Hanief Fathurrahman; Muhammad Romli
Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya Vol 6 No 3 (2023): Islam and Local Culture
Publisher : LPPM Institut Pesantren KH. Abdul Chalim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31538/almada.v6i3.2779

Abstract

This research aims to determine the judges' views and basis for deciding the castration chemical sentence in the Mojokerto District Court and to know the review of Islamic Law on the castration chemical decision in the Mojokerto District Court. The research is included in the category of qualitative research based on library research using secondary data sources and descriptive-analytical approaches. The data sources of this study were classified into three parts, namely, primary, secondary, and tertiary legal materials. In comparison, the data analysis in this study uses the deductive method. The conclusions of this research result explain that First, the Panel of judges gave a legal assessment of the Defendant that he had admitted his actions included the Act against the Law, "intentionally committing violence forcing the child to have intercourse with him or with others" as evidenced by the testimony of witnesses under oath, the results of the post mortem and evidence and did the same thing nine times so that the castration chemical punished it. Second, Islamic Law considers that chemical castration is included in the jarimah ta'zir. Because jarimah ta'zir does not yet have provisions from syara' and there is no minimum or maximum limit, the determination of the sentence is the right of the ruler (leader or Judge). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan hakim dan dasar dalam memutuskan hukuman kebiri kimia di Pengadilan Negeri Mojokerto dan untuk mengetahui tinjauan Hukum Islam terhadap putusan kebiri kimia di Pengadilan Negeri Mojokerto. Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif berdasarkan penelitian kepustakaan dengan menggunakan sumber data sekunder dan pendekatan deskriptif-analitik. Sumber data penelitian ini diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu data primer, sekunder, dan tersier. Adapun analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deduktif. Kesimpulan dari hasil penelitian ini menjelaskan bahwa; Pertama, Majelis Hakim memberikan penilaian hukum terhadap Terdakwa yang mengakui perbuatannya termasuk Perbuatan melawan Hukum, “sengaja melakukan kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengan dirinya atau dengan orang lain” dibuktikan dengan keterangan saksi di bawah sumpah, hasil visum dan barang bukti serta melakukan hal yang sama sebanyak sembilan kali sehingga hukuman kebiri kimia itu. Kedua, Hukum Islam memandang bahwa kebiri kimia termasuk dalam jarimah ta'zir. Karena jarimah ta'zir belum ada ketentuan dari syara' dan belum ada batas minimal atau maksimal, maka penentuan hukuman adalah hak penguasa atau Hakim.
Islamic Law Review of Judge Considerations in Agreeing to Marriage Dispensation (Case Study in The Klaten Religious Court) Berlian Fajrul Falakh
Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya Vol 6 No 3 (2023): Islam and Local Culture
Publisher : LPPM Institut Pesantren KH. Abdul Chalim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31538/almada.v6i3.2809

Abstract

This study explains the review of Islamic law on the Judge's considerations in determining marriage dispensation at the Klaten Religious Court. This research is library research by writing and clarifying data from various written sources at the Klaten Religious Court. Moreover, it is supported by field research in the form of interviews with judges and data collection of primary legal information for the Judge's considerations in providing marriage dispensation for the underage bride and groom couples and normative, juridical reviews regarding the issue of judges' considerations in determining marriage dispensations. This research shows that the legal considerations of marriage dispensation by the judges of the Klaten Religious Court are Law Number 1 of 1974 Article 7, paragraphs (1) and (2) concerning marriage. Whereas normatively, it is the fiqhiyah rule of "maintaining benefit and rejecting harm" for all parties and society. The Judge's consideration in determining the dispensation of marriage has been in line with one of the fiqh rules, namely the Mashlahah Mursalah, which explains and stipulates the legal provisions. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dispensasi nikah yang ditetapkan oleh Hakim Pengadilan Agama Klaten pada pertimbangannya ditinjau dari Hukum Islam. Dengan sifat penelitian (library research) dari Pengadilan Agama Klaten berupa sumber tertulis, dengan cara mengklarifikasi data-datanya. Dan didukung (field research), dengan mewawancarai para hakim, dan mengumpulkan informasi pertimbangan-petimbangan Hakim pada penetapan dispensasi nikah terhadap pemohon dan tinjauan normative yuridis terkait pertimbangan pada penetapan dispensasi nikah. Dari penelitian ini, ditunjukkan bahwa pertimbangan-pertimbangan para Hakim Pengadilan Agama Klaten menurut yuridis ialah UU No1 1974 Pasal 7 ayat (1) dan (2) tentang Perkawinan. Sementara dari normative ialah kaidah fiqhiyah tentang “menjaga kemaslahatan dan menolak kemudharatan”. Dan pertimbangan terkait dispensasi nikah pada penetapannya telah searah dengan kaidah fiqh, yaitu Mashlahah Mursalah.
Prespectives of Social Interactions Between Islamic Boarding School and Rural Community Fedriana Oktaviani; Nurhadi Nurhadi; Saifuddin Zuhri
Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya Vol 6 No 3 (2023): Islam and Local Culture
Publisher : LPPM Institut Pesantren KH. Abdul Chalim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31538/almada.v6i3.3368

Abstract

This study aimed to examine the interaction between residents of an Islamic boarding school and the Tlepok village community and the community's perceptions of this interaction. The research utilized direct observation and interviews with community members who had interacted with the boarding school residents. Thematic analysis techniques were used to analyze the data, focusing on understanding the data, compiling codes, and identifying themes aligned with the research objectives. The study found that the interaction between the community and the Islamic boarding school residents has been positive. The boarding school residents displayed a polite attitude and respect toward the community, resulting in increased acceptance of the school's presence. The community has also benefited from the cooperative relationship with the boarding school, which has added to the trust and respect for the institution. The researcher used Max Weber's theory of social action, precisely the instrumental rationality action type, to explain this intertwined interaction phenomenon. This research highlights the importance of positive interaction and collaboration between Islamic boarding schools and the surrounding community. Building trust and mutual benefit can increase acceptance and a positive image for Islamic boarding schools. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji interaksi antara warga pondok pesantren dengan masyarakat dusun Tlepok serta persepsi masyarakat terhadap interaksi tersebut. Penelitian ini menggunakan pengamatan langsung dan wawancara dengan anggota masyarakat yang pernah berinteraksi dengan warga pesantren. Teknik analisis tematik digunakan untuk menganalisis data, berfokus pada pemahaman data, menyusun kode, dan mengidentifikasi tema yang selaras dengan tujuan penelitian. Studi ini menemukan bahwa interaksi antara komunitas dan warga pesantren telah positif. Warga pesantren menunjukkan sikap sopan dan hormat terhadap masyarakat, sehingga penerimaan terhadap kehadiran pondok pesantren meningkat. Masyarakat juga diuntungkan dengan adanya hubungan kerjasama dengan pondok pesantren yang menambah kepercayaan dan respek terhadap lembaga tersebut. Peneliti menggunakan teori tindakan sosial Max Weber, tepatnya tipe tindakan rasionalitas instrumental, untuk menjelaskan fenomena interaksi yang saling terkait ini. Penelitian ini menyoroti pentingnya interaksi dan kerjasama positif antara pondok pesantren dengan masyarakat sekitar. Hal ini juga menunjukkan bahwa membangun kepercayaan dan saling menguntungkan dapat menyebabkan peningkatan penerimaan dan citra positif bagi pesantren.
Dampak Perselisihan dan Perceraian Orang Tua Terhadap Kehidupan Religius dan Spiritual Anak Ahmad Junaidi; Abdul Aziz Wahab; Muhammad Hifdil Islam
Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya Vol 6 No 3 (2023): Islam and Local Culture
Publisher : LPPM Institut Pesantren KH. Abdul Chalim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31538/almada.v6i3.3455

Abstract

The purpose of marriage is sakinah, mawadah and warahmah. But, achieving these three things is not easy. The existence of disputes that occur repeatedly is the main factor in the breakdown of a marriage. This dispute can occur due to a lack of trust and communication between partners, so the final path chosen is divorce. The impact of this divorce is not only felt by husband and wife or parents but also by children. Therefore, the purpose of this study is to describe the impact of parental discord and divorce on the religious and spiritual lives of children. This research was conducted at MTs Miftahul Jannah, Wangkal Probolinggo with using a qualitative approach and purposive sampling technique. Data collection techniques included observation, interviews, and documentation of 5 research subjects who met the research criteria. The result obtained is that disputes and divorce have an impact on the child's religious and spiritual life. From a religious perspective, children's obedience to religion, in this case, depends on parenting before and after divorce, while from a spiritual perspective, children tend to mature faster than their age. They are more independent and feel able to find their own solutions to life's problems.
Nilai-nilai Sosial dalam Tradisi Bakar Kemenyan Pada Masyarakat Desa Sugiharjo Kecamatan Batang Kuis Kokoh Yeri Kustioro; Mailin Mailin
Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya Vol 6 No 3 (2023): Islam and Local Culture
Publisher : LPPM Institut Pesantren KH. Abdul Chalim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31538/almada.v6i3.3536

Abstract

This research will discuss the tradition of burning Kemenyan in Sugiharjo village based on social values and their relation to religious values. This research aims to determine whether the values contained in this incense burning tradition have a positive value or if this tradition is just to make one comfortable. This study uses a descriptive qualitative method by conducting research directly into the field, observing and interviewing one of the people in the village of Sugiharjo to obtain data sources. The study results show that the tradition of burning Kemenyan in Sugiharjo village is still used to carry out healing rituals and summon the spirits of the dead to be invited to communicate by telling them that they are eternal in the afterlife. This must be done because the nature of Kemenyan, a fragrance, can remind humans that when they die, all the limbs can no longer feel anything except the nose; therefore, the spirits of the dead can return when the Kemenyan is burnt.
Nilai Hak Asasi Manusia di Indonesia dalam Perspektif Islam Taufikurrahman Taufikurrahman; Dina In’am Nurida
Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya Vol 6 No 3 (2023): Islam and Local Culture
Publisher : LPPM Institut Pesantren KH. Abdul Chalim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31538/almada.v6i3.3552

Abstract

Human Rights are demanded that must be considered by everyone to get legal protection. Islam also comes with concern for human rights. So the purpose of this article is to present the Islamic view of human rights. This article uses a textual analysis study of human rights in Indonesia. In addition, for the accuracy of the data, researchers use case studies that explain the studies that have been studied with the data that have been obtained. The results of this study indicate that the position of human rights in Islam also meets a point of similarity with human values, which consist of human dignity. Various struggles for human rights according to Islamic religious guidelines also highlight various Islamic principles as a source of human rights ethics, such as; improving understanding of human rights principles according to Islamic ethical rules; contribute to increasing the effectiveness of religious authorities in various fields; and strengthening the struggle for human rights from an Islamic point of view. Hak Asasi Manusia merupakan tuntutan yang harus diperhatikan oleh setiap orang untuk mendapatkan perlindungan hukum. Islam pun hadir dengan memberikan prihatin pada hak asasi umat manusia. Sehingga tujuan artikel ini adalah untuk menyajikan pandangan Islam tentang hak asasi manusia. Artikel ini menggunakan studi analisis tekstual terhadap HAM di Indonesia. Selain itu, untuk keakuratan data peneliti menggunakan studi kasus yang menjelaskan kajian yang telah diteliti dengan data yang telah diperoleh. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedudukan HAM dalam Islam juga menemui titik persamaan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang terdiri dari harkat dan martabat manusia. Berbagai perjuangan hak asasi manusia menurut pedoman agama Islam juga menyoroti berbagai prinsip Islam sebagai sumber etika hak asasi manusia, seperti; meningkatkan pemahaman prinsip-prinsip hak asasi manusia menurut aturan etika Islam; berkontribusi pada peningkatan efektivitas otoritas keagamaan di berbagai bidang; dan memperkuat perjuangan hak asasi manusia dari sudut pandang Islam. Dalam artikel ini penulis didukung menggunakan metode studi analisis tekstual dalam melakukan penelitian yaitu dengan mencari berbagai sumber. Konsep yang diberikan agar setiap orang memahami dengan keberadaan HAM yang dimiliki setiap orang dan mendapat perlindungan dibawah hukum yang telah disahkan oleh negara . Berdasarkan hal tersebut berbagai penjelasan mengenai HAM salah satunya menurut perspektif islam akan menjadi bagian mendasar yang akan dijelaskan dalam artikel ini. Penggunaan HAM yang sangat dominan dalam pembahsan ini menjadi salah satu motif dalam melakukan penjelasan mengenai HAM.
Tinjauan Maqasid Syariah Prespektif Ibnu Taimiyyah terhadap Fatwa Majlis Ulama No. 02/MUNAS-VIII/MUI/2020 Tentang Nikah Wisata Abdullah Abdurrahman Bahmid; Akhmad Husaini
Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya Vol 6 No 3 (2023): Islam and Local Culture
Publisher : LPPM Institut Pesantren KH. Abdul Chalim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31538/almada.v6i3.3580

Abstract

Pernikahan adalah institusi sosial yang penting di hampir semua budaya dan agama di seluruh dunia. Pernikahan diartikan sebagai ikatan antara dua orang yang sah secara hukum dan agama untuk hidup bersama dalam suatu hubungan yang diakui oleh masyarakat. Pernikahan memiliki peran penting dalam membentuk keluarga dan kestabilan sosial, serta sebagai media untuk memenuhi kebutuhan emosional, spiritual, dan fisik dari pasangan yang menikah. Mengenai perkawinan di Indonesia, masih ditemukan praktik pernikahan yang tidak selaras dengan tujuan asal dari sebuah pernikahan. Yang kerap mereka sebut dengan nikah wisata (misyar). Hal ini yang melatarbelakangi untuk menganalisis praktik pernikahan wisata dalam tinjauan maqasid syariah Ibnu Taimiyyah. Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji fatwa MUI No. 02/MUNAS- VIII/MUI/ 2020 tentang nikah wisata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, dan sifatnya menggunakan metode berpikir deduktif untuk analisis deskriptif. Dan hasil dari penelitian ini adalah bahwasanya nikah wisata tidak selaras dengan tujuan maqasid syariah pada level dharuriyyah, yang menjadikan praktik pernikahan seperti ini menjadi haram.
Moderasi Beragama di Tengah Masyarakat Plural (Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Wonorejo Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo) Imam Safi'i; M. Alfin Fatikh; Mohamad Toha; Fatkhiyatus Su'adah
Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya Vol 6 No 3 (2023): Islam and Local Culture
Publisher : LPPM Institut Pesantren KH. Abdul Chalim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31538/almada.v6i3.3222

Abstract

Wonorejo Village's society in Banyuputih Situbondo Regency has four religions that live harmoniously. Islam is a majority group, while other religions are a minority group. In religious and state life, there are guidelines for life that can become a medium of harmony among them, namely socio-community ethics. In this paper, two objectives must be answered, including a) Knowing how the dynamics of the lives of the people of Wonorejo Village and B) knowing how the attitude of religious moderation is built in the plural society that occurs in the Wonorejo village as the capital of national and dynamic national life. To answer the purpose of this study, the author uses a type of qualitative research using the social construction theory of Peter L. Berger and Tomas Luckman. The results of this study show that the dynamics of the lives of the people of Wonorejo Village are classified as harmonious, peaceful, and tolerant. Furthermore, the attitude of religious moderation in this village takes time to happen. Three forces construct the lives of the people of Wonorejo Village until the attitude of religious moderation during plural society is pitched. Among them are the understanding and awareness of the individual, the existence of culture and tradition, and the role of agents. These three moments run simultaneously and are dialectic three moments, namely the moment of externalization, objectivation, and internalization.

Page 1 of 2 | Total Record : 15