cover
Contact Name
Syamsul Maarif
Contact Email
-
Phone
+6281548695337
Journal Mail Official
jeemm.up45@gmail.com
Editorial Address
Jl. Proklamasi, No. 1, Babarsari, Yogyakarta, 55281
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material
ISSN : 25797433     EISSN : 25797433     DOI : http://dx.doi.org/10.30588/jeemm
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material is registered with ISSN 2579-7433 (online) on The Indonesian Institute of Sciences (LIPI). This journal is under publishment of the Mechanical Engineering Department, Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. It is a scientific journal focusing on Energy, Manufacturing, Material, Mechanical, and Software Simulation. It provides a publishing platform for scientists and academicians to share, publish, and discuss all aspects of the latest outstanding development in the field of Mechanical Engineering.
Articles 140 Documents
Analisis Karakterisasi Komposit Hybrid pada Spatbor Depan Motor Matic Muhammad Abdus Shomad; Adi Sofyan
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Proklamasi 45 University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30588/jeemm.v4i2.758

Abstract

This study aims to determine the manufacturing characteristics of the fender on automatic motorbikes. The method used is a hand lay-up by combining three types of fibers used for the binding material, namely hemp fiber (natural), coconut coir fiber (natural), and glass fiber (synthesis) or hybrid composites. The hybrid composite test is done in the form of a tensile strength test and impact strength test. The matic hybrid fender product fabrication process uses the hand lay-up method with random variations in the first layer of glass fiber, woven hemp fiber as the second layer, and random coconut fiber as the last layer. The highest tensile test results for the two types of fiber arrays with the SR-SR-SK fiber arrangement of 47.67 MPa, while the lowest tensile strength value for the SR-SF-SK variation of the fiber array is 35.59 MPa. The highest impact test result was 0.0141 J/mm2 for the SR-SF-SK variation, and the lowest impact strength for the SF-SR-SK variation was 0.01226 J/mm2.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pabrikasi spatbor (fender) pada motor matic. Metode yang digunakan adalah hand lay up dengan menggabungkan tiga jenis serat yang digunakan untuk bahan pengikat, yaitu serat rami (alami), serat sabut kelapa (alami), dan serat gelas (sintesis) atau komposit hybrid. Uji komposit hybrid dilakukan dalam bentuk uji kuat tarik dan uji kekuatan impak. Proses fabrikasi produk matic hybrid fender menggunakan metode hand lay up dengan variasi acak pada lapisan pertama serat kaca, serat anyaman rami sebagai lapisan kedua, dan serat sabut kelapa acak sebagai lapisan terakhir. Hasil uji tarik tertinggi pada kedua jenis larik serat dengan susunan serat SR-SR-SK sebesar 47,67 MPa, sedangkan nilai kekuatan tarik terendah untuk variasi SR-SF-SK dari larik serat adalah 35,59 MPa. Hasil uji impak tertinggi adalah 0,0141 J/mm2 untuk variasi SR-SF-SK, dan kekuatan impak terendah untuk variasi SF-SR-SK adalah 0,01226 J/mm2.
Pembuatan Ekstrak Rhizophora mucronata Sebagai Bahan Baku Inhibitor Korosi Skala Lab dan Skala Aplikasi Wajilan Wajilan; Andrian Fernandes; Arif Wahyudianto
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Proklamasi 45 University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30588/jeemm.v5i1.777

Abstract

Pembuatan inhibitor dalam bentuk ekstrak pekat dari bahan organik pada skala lab telah banyak dilakukan, namun percobaan dalam skala aplikasi yang lebih besar jarang dilakukan. Bahan organik pembuatan ekstrak pekat dapat menggunakan daun bakau (Rhizopora mucronata) banyak ditemukan di daerah mangrove. Penelitian bertujuan untuk membandingkan proses pembuatan inhibitor berupa ekstrak pekat dari daun bakau skala lab dengan skala aplikasi yang lebih besar terkait waktu pemekatan, daya listrik yang digunakan, sifat fisik (berat jenis dan sifat warna), sifat fitokimia (alkaloid, flavonoid, saponin dan tannin) dari ekstrak pekat yang dihasilkan. Pada skala lab, 500 gram daun kering bakau, dilarutkan dalam 500 ml etanol 96%, setelah 2 hari filtrate disaring dan dipekatkan hingga menjadi 10 ml menggunakan rotary evaporator. Pada skala aplikasi 20 kali lebih besar dari skala lab dan proses pemekatan menggunakan kipas angin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembuatan 10 ml ekstrak pekat skala lab menggunakan rotary evaporator memerlukan waktu 4 jam, dengan menghabiskan daya listrik sebesar 10,4 KWH. Ekstrak pekat memiliki berat jenis 0,958 dan sifat warna L* = 2,8, a* = 6,6 dan b* = 3,2. Sedangkan proses pembuatan 200 ml ekstrak pekat skala aplikasi yang lebih besar yang menggunakan kipas angin memerlukan waktu 72 jam, dengan menghabiskan daya listrik sebesar 3,6 KWH. Ekstrak pekat memiliki berat jenis 0,965 dan sifat warna L* = 6,8, a* = 17,4 dan b* = 8,8. Kedua cara ekstraksi memiliki komponen fitokimia yang sama, yaitu flavonoid, saponin dan tannin.
Analisis Komparasi Bantalan Luncur Material Kuningan, Bronze, dan Besi Tuang Ditinjau dari Uji Kekasaran Permukaan dan Uji Keausan Abrasi Candra Prilyanto; Yuliyanti Dian Pratiwi; Antonius Dwi Setyoko
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Proklamasi 45 University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30588/jeemm.v4i2.750

Abstract

Slide bearings have been widely applied to various industrial machines. In its application, there is a friction force that makes the sliding bearings wear. Brass, bronze, and cast iron are commonly used in the manufacture of slide bearings, so it is necessary to test each material's wear rate to determine which material for the slide bearing has the lowest wear rate. The slide bearing specimen in this study was made using the same two lathes. Surface roughness test, material hardness test, and stress relieving heat treatment were carried out to evaluate their effect on the materials' wear rate. The roughness values of the slide bearing specimens of the three materials made using two lathes before stress-relieving treatment were included in grade N4 after stress relieving treatment were included grades N4 and N5. The average value of the brass material wear rate before and after stress-relieving treatment is 0.03 gr/hour. The average wear rate of bronze material before and after stress relieving treatment was 0.01 gr/hour. The average value of cast iron material wear rate before and after stress-relieving treatment is 0.17 g/hour. The wear rates of brass, bronze, and cast iron materials were made using two lathes. Before and after the stress-relieving treatment, there was no significant difference in each material. The lowest wear rate is on bronze material, which is 0.01 gr/hour.Bantalan luncur telah banyak diaplikasikan pada berbagai macam mesin industri. Dalam pengaplikasiannya, terdapat gaya gesek yang membuat bantalan luncur tersebut mengalami keausan. Kuningan, bronze, dan besi tuang merupakan material yang umum digunakan dalam pembuatan bantalan luncur, sehingga perlu dilakukan pengujian laju keausan pada masing-masing material guna menentukan material pembuat bantalan luncur yang memiliki tingkat laju keausan paling rendah. Specimen bantalan luncur pada penelitian ini dibuat menggunakan dua buah mesin bubut yang sama. Uji kekasaran permukaan dan uji kekerasan material serta perlakuan panas stress relieving dilakukan untuk melihat pengaruhnya terhadap tingkat laju keausan material. Nilai kekasaran specimen bantalan luncur dari ketiga material tersebut yang dibuat menggunakan dua buah mesin bubut sebelum perlakuan stress relieving masuk dalam grade N4, setelah perlakuan stress relieving masuk dalam grade N4 dan N5. Rata-rata nilai laju keausan material kuningan sebelum dan setelah perlakuan stress relieving adalah 0,03 gr/jam. Rata-rata nilai laju keausan material bronze sebelum dan setelah perlakuan stress relieving adalah 0,01 gr/jam. Rata-rata nilai laju keausan material besi tuang sebelum dan setelah perlakuan stress relieving adalah 0,17 gr/jam. Laju keausan dari material kuningan, bronze, dan besi tuang yang dibuat menggunakan dua buah mesin bubut, sebelum dan sesudah perlakuan stress relieving tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan pada masing-masing material. Laju keausan paling rendah ada pada material bronze sebesar 0,01 gr/jam.
Pengaruh Kadar Waterglass Sebagai Bahan Pengikat Cetakan Pasir Kering Dengan Metode CO_2 Terhadap Kekerasan dan Kekuatan Tarik Sumpena Sumpena; Wardoyo Wardoyo; Hb Sukarjo
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Proklamasi 45 University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30588/jeemm.v5i1.851

Abstract

Salah satu hal yang sangat mempengaruhi hasil pengecoran besi tuang adalah penggunaan pasir cetak dan bahan pengikat pasir cetak. Bahan pengikat kimia yang digunakan dalam membuat cetakan pasir salah satunya adalah waterglass yang mengandung Sodium silicate hydrate sehingga akan mengeras setelah dialiri gas CO_2. Kadar waterglass pada cetakan pasir mempengaruhi permeabilitas dan konduktivitas pasir. Sifat konduktivitas ini mempengaruhi laju pendinginan logam cair. Laju pendinginan yang terjadi pada proses pengecoran mempunyai peranan penting dalam pembentukan struktur mikro, dimana struktur mikro mempengaruhi sifat mekanik yang dimiliki oleh benda cor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi kadar waterglass sebagai bahan pengikat cetakan pasir kering dengan metode CO_2 terhadap kekerasan dan kekuatan tarik produk pulley. Pada penelitian ini, pasir yang digunakan adalah pasir silika dengan variasi kadar waterglass 8%, 13%, 18%, 23%, kemudian cetakan dialiri gas CO_2 dengan tekanan 1 kgf/〖cm〗^2 selama 5 menit. Komposisi cairan logam yang digunakan dalam pembuatan spesimen adalah 91% tatal, 2% karbon dan 0,7% sillikon. Penuangan cairan logam dilakukan menggunakan ladel pada suhu sekitar 1300°C. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai kekerasan tertinggi pada cetakan dengan kadar waterglass 23% sebesar 238,7 BHN, dan kekerasan terendah pada cetakan dengan kadar waterglass 18% sebesar 200,2 BHN. Kekuatan tarik tertinggi diperoleh pada cetakan dengan kadar waterglass 23% sebesar 163,5 MPa, dan kekuatan tarik terendah pada cetakan dengan kadar waterglass 13% sebesar 128,28 MPa.
Ketahanan Korosi Sambungan Friction Stir Welding dengan Variasi Material Pin Tool Istyawan Priyahapsara; Bahrudin Yusuf Habibie
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Proklamasi 45 University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30588/jeemm.v4i2.768

Abstract

The use of friction stir welding (FSW) for welding materials that have low weldability such as aluminum is a breakthrough in manufacturing. Therefore, FSW is widely used in aircraft structures. FSW has advantages such as superior mechanical properties, green manufacturing, energy saving, and others. Despite its advantages, there have been very few studies analyzing corrosion in FSW. This study aims to find out whether there is corrosion in the FSW connection with the variations of the pin material which serves as a soft metal stirrer in the FSW process. The method of joining the material is carried out by a friction stir welding (FSW) process using the pin tool ST60, ST60 hardened, and stainless-steel with a plate-shaped specimen. After friction stir welding (FSW) connection and temperature measurement on the specimen, then the specimen is cleaned and weighed. After that, corrosion testing was carried out for 14 days (336 hours) using the immersion test method, which was immersed in seawater corrosive media. Calculation of the corrosion rate using the weight loss method. Then take photos of the microstructure to determine the type of corrosion that is formed. The lowest corrosion rate was on the specimen with a stainless-steel pin tool with an average corrosion rate of 0.3254 mpy. The corrosion that is formed on specimens that has been welded is a type of exfoliation corrosion and corrosion causes pits to occur.Penggunaan friction stir welding (FSW) untuk pengelasan material yang memiliki mampu las rendah seperti alumunium merupakan terobosan dalam dunia manufaktur. Oleh karena itu, FSW banyak digunakan dalam struktur pesawat terbang. FSW memiliki keunggulan seperti sifat mekanis yang superior, manufaktur hijau, hemat energi, dan lain lain. Terlepas keunggulannya, hanya terdapat sedikit penelitian yang menganalisis korosi dalam FSW. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu apakah ada korosi dalam penyambungan FSW dengan variasi material pin yang bertugas sebagai pengaduk logam lunak dalam prosess FSW. Metode penyambungan material dilakukan dengan proses friction stir welding (FSW) menggunakan pin tool ST60, ST60 hardened, dan stainless-steel dengan spesimen berbentuk plat. Setelah dilakukan sambungan friction stir welding (FSW) dan pengukuran temperatur pada spesimen, selanjutnya dilakukan pembersihan spesimen dan penimbangan. Setelah itu dilakukan pengujian korosi selama 14 hari (336 jam) dengan menggunakan metode immersion test yaitu direndam dengan media korosif air laut. Perhitungan laju korosi dengan manggunakan metode weight loss. Kemudian dilakukan pengambilan foto struktur mikro untuk mengetahui jenis korosi yang terbentuk. Nilai laju korosi yang paling rendah yaitu pada spesimen dengan pin tool stainless-steel dengan nilai rata-rata laju korosi 0,3254 mpy. Korosi yang terbentuk pada spesimen yang telah dilakukan pengelasan merupakan jenis exfoliation corrosion dan korosi menyebabkan terjadinya pits.
Simulasi Lemari Pengering Tenga Surya Dengan Prisma Kaca Menggunakan Computational Fluid Dynamics Lohdy Diana; Arrad Ghani Safitra; Fifi Hesty Sholihah; Ahmad Taufiqurrahman Azhar
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Proklamasi 45 University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30588/jeemm.v5i1.830

Abstract

Lemari pengering merupakan bagian penting pada pemanas udara tenaga surya. Lemari pengering diharapkan mampu menyimpan panas dalam waktu yang lama. Hal tersebut menyebabkan analisa thermal pada lemari pengering perlu dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik termal dan aliran yang terjadi pada lemari pengering. Karakteristik tersebut antara lain distribusi temperatur, perubahan temperatur dan kecepatan, dan pola aliran udara. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Finite Volume Method berupa simulasi menggunakan software komputasi fluida atau Computational Fluid Dynamics, simulasi menggunakan model tiga dimensi pada kondisi transient dengan time step 0.015. Data simulasi diambil saat 5 detik, 15 detik, 25 detik, dan 35 detik. Hasil simulasi diperoleh perubahan distribusi temperatur udara terhadap waktu yang terjadi pada bidang XY dan bidang XZ lemari pengering. Berdasarkan hasil simulasi diketahui terjadi penurunan temperatur udara. Temperatur udara tertinggi terjadi pada bagian bawah lemari pengering dengan temperatur udara sebesar 331 K. Prisma kaca pada bagian atas lemari pengering mampu memberikan panas pada udara. Terjadi aliran balik di dalam lemari pengering yang menyebabkan udara panas dari saluran masukkan tidak terdistribusi merata.
Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air Mikrohidro di Sungai Pintab dan Sungai Amandit Kalimantan Selatan Rendi Rendi; Jainal Arifin; Mujiburrahman Mujiburrahman; Ice Trianiza
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Proklamasi 45 University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30588/jeemm.v4i2.733

Abstract

A survey of the potential for electricity generation from water energy was carried out on two rivers in South Kalimantan. These rivers are the Batang Banyu River or the Pintab River in Balangan Regency and the Amandit River in Kandangan Regency. The purpose of this study is to calculate the potential for electrical energy. The method used is to collect primary data in water velocity, cross-sectional river area, river discharge, and river height. Measurements were carried out three times at different times, namely in January, April, and July 2020. The difference in this month is due to the presence of the rainy season and the dry season. The method used in measuring river potential is measuring the river's flow rate. It is calculated by the potential energy equation, after obtaining the river's hydraulic potential, then calculating the generating power. Based on the calculations that have been made on the Batang Banyu River or the Pintab River in Balangan Regency and the Amandit River in Kandangan Regency, the potential for micro-hydropower plants is quite large, namely 419.7 kW and 619 kW, respectively. Suppose the river is installed with a turbine with an efficiency of 0.74, a generator efficiency of 0.85, and the mechanical transmission efficiency of 0.98, then the river respectively can generate electricity 258.71 kW and 360.9 kW.Survei potensi pembangkit listrik dari energi air dilakukan pada dua sungai di Kalimantan Selatan. Sungai tersebut adalah Sungai Batang Banyu atau Sungai Pintab di Kabupaten Balangan dan Sungai Amandit di Kabupaten Kandangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung potensi energi listrik. Metode yang digunakan yaitu mengumpulkan data primer berupa kecepatan air, luas penampang sungai, debit sungai, dan ketinggian sungai. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dengan waktu yang berbeda yaitu pada bulan Januari, April, dan Juli 2020. Perbedaan bulan ini dengan pertimbangan adanya musim hujan dan musim kemarau. Metode yang digunakan dalam pengukuran potensi sungai adalah mengukur debit aliran sungai, kemudian dihitung dengan persamaan energi potensial. Setelah diperoleh potensi hidrolik sungai, kemudian menghitung daya pembangkit. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada sungai Batang Banyu atau Sungai Pintab di Kabupaten Balangan dan Sungai Amandit di Kabupaten Kandangan, diperoleh potensi pembangkit listrik tenaga air mikrohidro cukup besar yaitu berturut-turut adalah 419,7 kW dan 619 kW. Apabila di sungai tersebut dipasang sebuah turbin yang memiliki efesiensi 0,74, efesiensi generator 0,85, dan efesiensi transmisi mekanik 0,98, maka sungai tersebut dapat membangkitkan listrik berturut-turut sebesar 258,71 kW dan 360,9 kW.
Rancang Bangun Mesin CNC Lathe Mini 2 Axis Eddy Kurniawan; Syaifurrahman Syaifurrahman; Bong Jekky
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Proklamasi 45 University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30588/jeemm.v4i2.769

Abstract

The use of a lathe that is controlled by computer numerical controlled (CNC) with high speed and good dimensional accuracy, so it uses less human resources. The use of CNC machines is increasing rapidly, along with factory automation. Therefore, the need for skilled CNC machine design experts is increasing. The development of a CNC lathe that is strong and easy to move from one place to another is a necessity for educational institutions with limited space to practice CNC lathes for their students. In this research, the design and manufacture of a strong and self-produced 2 axis mini-lathe machine prototype were carried out. The method used in designing the structure of the machine, and selecting the electric motor to drive the spindle, and the stepper motor to drive the chisel. The results of this study obtained a 2 axis mini-lathe CNC machine with predetermined electronic components, so that it has a design torque of the spindle motor of 4.7454 Nm and a speed of 1,500 rpm, with a stepper motor power of 36 W, with a cutting speed of 90 m min. This CNC machine can work on aluminum material in the experimental process of the infeed depth used is 0.5 mm/rotation with a maximum cutting speed (feed-rate) of 0.75 m/minute. It is recommended to use a low feed rate in machining. The axial force on the stepper motor is 1,368 N with a tool pressure when machining of 912 MPa so that it can cut the A6061 type aluminum material with a yield point of 145 MPa. In the future research can be developed using a material that is tougher than aluminum in order to measure the maximum capabilities of the machine.Penggunaan mesin bubut yang dikendalikan oleh computer numerical controlled (CNC) dengan kecepatan tinggi dan akurasi dimesi yang bagus, sehingga penggunakan tenaga kerja yang lebih sedikit. Penggunaan mesin CNC meningkat pesat seiring dengan berjalannya otomatisasi pabrik. Oleh karena itu, kebutuhan tenaga ahli di bidang perancangan mesin CNC yang terlatih semakin meningkat. Pengembangan mesin bubut CNC yang kuat dan mudah dipindahkan dari satu tempat ketempat yang lain merupakan kebutuhan lembaga pendidikan dengan ruang yang terbatas untuk melakukan praktik mesin bubut CNC kepada siswanya. Dalam penelitian ini, dilakukan perancangan dan pembuatan prototipe mesin bubut CNC lathe mini 2 axis yang kuat dan dapat diproduksi sendiri. Metode yang dipakai adalah merancang struktur dari mesin, dan melakukan pemilihan motor listrik sebagai penggerak spindle, serta motor stepper sebagai penggerak pahat. Hasil dari penelitian ini didapat mesin CNC lathe mini 2 axis dengan komponen elektronik yang sudah ditentukan, sehingga mempunyai rancangan torsi motor penggerak spindle sebesar 4,7454 Nm dan kecepatan 1.500 rpm, dengan daya motor stepper 36 W, dengan kecepatan potong 90 m/menit. Mesin CNC ini mampu mengerjakan material aluminium pada proses percobaan kedalaman pemakanan yang dipakai 0,5 mm/putaran dengan kecepatan penyayatan (feedrate) maksimal 0,75 m/menit. Disarankan menggunakan feedrate kecil dalam permesinan. Gaya aksial pada motor stepper sebesar 1.368 N dengan tekanan pahat saat permesinan sebesar 912 MPa, maka mampu menyayat material bahan alumunium tipe A6061 yang yield point sebesar 145 MPa. Kedepannya dapat dikembangkan penelitian dengan menggunakan material yang lebih keras dari aluminium agar dapat mengukur kemampuan maksimal dari mesin.
Pengaruh Shot Peening terhadap Laju Perambatan Retak Fatik Sambungan Friction Stir Welding pada Aluminium Seri 5083 Wartono Wartono
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Proklamasi 45 University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30588/jeemm.v4i1.728

Abstract

This research aims to find out the effect of shot peening on the rate of fatigue crack propagation in the aluminum alloy 5083, which has undergone the friction stir welding (FSW) process. In general, the FSW welded joint is subjected to softening and decreasing mechanical properties compared to the parent metal. Shot peening treatment is expected to reduce the rate of fatigue crack propagation. The FSW process is carried out on 3 mm thick aluminum and butt joint welding joints. The machine used in the FSW process is a milling machine with a spindle rotation of 910 rpm and a table speed of 18.2 mm/min. The surface of the material that has been processed by FSW, then proceeds with the shot peening process by firing steel balls for 6 minutes, 10 minutes, and 14 minutes. The results of the FSW process without shot peening (NP) and FSW with shot peening (SP) microstructure, SEM, and fatigue crack propagation tests were performed. The test results show that the FSW process with shot peening has decreased the rate of fatigue crack propagation marked by an increase in the value of the Paris constant (n). The increase in Paris's constant values (n) in the FSW with SP6, SP10, and SP14 was 0.241%, 5.428%, and 13.371%, respectively.
Analisis Laju Aliran Udara dan Laju Aliran Massa Bahan Bakar Terhadap Beban Pembakaran Sampah pada Incinerator Berbahan Bakar Limbah Oli Bekas Junaidi Junaidi; Eddy Kurniawan; Abdika Lasmana
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Proklamasi 45 University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30588/jeemm.v5i1.838

Abstract

The amount of household waste and B3 from oil machine  waste have been increasing along with the increasing of polulation and the number of vehicles. This waste can be used as a source of energy. The aim of this research was to analize the air flow rate and mass flow rate of fuel in the incinerator oil machine waste using a burner furnace by conducting several variations of the experiment with variations in air velocity of 10,4 m/s (B1), 13,4 m/s (B2) and 14,3 m/s (B3) and fuel flow rate of 0,00408 l/s (A1) and 0,00838 l/s (A2) with fuel valve openings 1/2 and 1/4. The test results showed that the highest temperature was 1021,50C in the A2-B3 experiment with 45 minutes and the lowest temperature was obtained in the A1-B1 experiment which was 840,50C at the same time. In the incinerator test, the burning of dry plastic waste weighing 12 kg of waste burns out in 34 minutes with a temperature ratio for the burner furnace which is 780,90C and the incinerator chamber space is 480,70C and the combustion rate is 21,42 kg/hour. the yield of residual combustion is 9,32% and the incinerator combustion eficiency is 90,68% and for dry leaf waste weighing 8 kg the waste is burnt out in 20 minutes with a burner furnace temperature ratio of 712,30C and incinerator chamber space of 443, 20C and the combustion rate of 24,24 kg / hour and the yield of combustion residue is 96,94%.

Page 5 of 14 | Total Record : 140