cover
Contact Name
Muhamad Agus
Contact Email
agus.muhamad0@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
agus.muhamad0@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan Jl. Sriwijaya No. 3 Pekalongan
Location
Kota pekalongan,
Jawa tengah
INDONESIA
PENA AKUATIKA : JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Published by Universitas Pekalongan
ISSN : 02165449     EISSN : 2301640X     DOI : 10.31941
Pena Akuatika mempublikasikan artikel-artikel yang berisi ide, gagasan, hasil penelitian, kajian pustaka di bidang ilmu perikanan dan kelautan
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 1 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN" : 6 Documents clear
PENGARUH PEMBERIAN AKAR TUBA (DERRIS ELLIPTICA) DAN SAPONIN DENGAN KOMBINASI DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP MORTALITAS IKAN KAKAP PUTIH (LATES CALCARIFER) Lilis Handayani; Hadi Pranggono; Linayati Linayati
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 19, No 1 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v19i1.729

Abstract

Pengaruh Pemberian Akar Tuba (Derris elliptica) dan Saponin dengan Kombinasi Dosis Yang Berbeda Terhadap Mortalitas Ikan Kakap Putih  (Lates calcarifer) Lilis Handayani, Hadi Pranggono, LinayatiProgram Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Universitas PekalonganEmail : hadipranggono17@gmail.com ABSTRAKIkan kakap (Lates calcarifer) adalah merupakan salah satu komoditas budidaya laut unggulan di Indonesia karena memiliki pertumbuhan yang relatif cepat dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan budidaya. Ikan kakp putih salah satu hama di dalam tambak udang, diantara kegagalan budidaya ialah disebabkan oleh masuknya hama kedalam tambak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi dosis akar tuba dan saponin terhadap mortalitas ikan kakap putih dan untuk mengetahui kombinasi dosis akar tuba dan saponin yang optimum terhadap mortalitas ikan kakap putih. Penelitian ini menggunakan metode RAL dan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kombinasi dosis akar tuba dan saponin dapat mempercepat mortalitas ikan kakap putih. Data mortalitas perlakuan C menunjukan nilai LC 50 dengan rata-rata yaitu 39,58 menit dan pada LC 100 yaitu 43,28 menit, perlakuan B menunjukan nilai LC 50 dengan rata-rata yaitu 49,45 menit dan pada LC 100 yaitu 49,57 menit dan perlakuan A menunjukan nilai LC 50 dengan rata-rata yaitu 75,86 menit dan pada LC 100 yaitu 80,66 menit. Sehingga diketahui pemberian akar tuba dan saponin dengan kombinasi dosis yang berbeda berpengaruh terhadap mortalitas ikan kakap putih dan dosis yang optimum adalah perlakuan C yaitu 25% akar tuba dan 75% saponin. Kualitas air selama penelitian masih dalam kisaran optimum dan layak untuk kehidupan ikan kakap putih.  Kata kunci : Ikan kakap putih, akar tuba dan saponin, mortalitas, kualitas air ABSTRACTSeabass is one of the leading marine aquaculture commodities in Indonesia because it has a relatively fast growth and easily adjust to the cultivation environment. Seabass  pheasant fish one of the pests in the shrimp pond, among the failure of the cultivation is caused by the entry of pests into the pond. This study aims to determine the effect of combination of tubal and saponin root dose to mortality of seabass  and to determine the optimum combination of tuba root and saponin doses of seabass  mortality. This research uses RAL method and qualitative analysis. The results showed that combination of tubal doses and saponins could accelerate mortality of seabass . The data of C treatment mortality showed LC 50 value with mean of 39,58 minute and at LC 100 that was 43,28 minutes, B treatment showed the value of LC 50 with average that is 49,45 minutes and at LC 100 that is 49,57 min and A treatment showed the value of LC 50 with average that is 75,86 minutes and at LC 100 that is 80,66 minutes. So it is known to give the tuba root and saponin with a combination of different doses effect on mortality of seabass and the optimum doses is C treatment that is 25% tubal root and 75% saponin. The water quality during research is still within the optimum and feasible range for the life of seabass.  Keywords : Seabass, tuba root and saponin, mortality, water quality
REKAYASA TEKNOLOGI POLIKULTUR UDANG VANAME DAN RUMPUT LAUT CAULERPA RACEMOSA YANG DIBERI PAKAN BUATAN YANG DIPERKAYA DENGAN ENZIM PROTEASE TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN Istiyanto Samidjan; Heryoso Heryoso; Vivi Endar Herawati; Hadi Pranggono
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 19, No 1 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v19i1.1148

Abstract

AbstrakPermasalahan yang sering muncul pada budidaya udang vanname di tambak adalah mortalitas yang tinggi disebabkan oleh faktor lingkungan dan penggunaan kolom air tambak atau petakan tambak kultivan yang dipelihara lebih dari 2 jenis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji  pengaruh sistem polikultur pada udang vanname (Litopenaeus vannamei) dan rumput laut (Caulerpa racemosa) dengan bobot rumput laut yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan serta perbaikan kualitas air tambak. Penelitian dilaksanakan pada bulan Pebruari sd Maret 2020 di Tambak mitra Pokdakan Sidomulyo, Kelurahan Krapyak Lor, Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan. Bahan uji yang digunakan adalah  udang vanname  yang berukuran 6,45 ± 0,05 gr dan rumput laut (Caulerpa racemosa) dengan bobot 0, 75, 150, 225 gr. Rancangan penelitian dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan yaitu T1 (udang vanname 20 ekor), T2 (udang vanname 20 ekor + rumput laut 75 gr), T3 (udang vanname 20 ekor + rumput laut 150 gr), dan T4 (udang vanname 20 ekor + rumput laut 225 gr). Hasil penelitian menunjukkan bahwa polikultur udang vanname dengan rumput laut berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan bobot mutlak, kelulushidupan dan konversi pakan (P<0.05). Pertumbuhan bobot mutlak pada udang vannamei tertinggi  pada T3 (20V+150 CR g RL) =udang vanname20 ekor + bobot rumput laut 150 g dengan bobot mutlak udang vanamei 19.60±3.42b g), kelushidupan 90±0.05b%, 1.65±0.09b, dan pertumbuhan bolbot mutlak C.racemosa T3 (932±2,73b g), kelulushidupan C.racemosa (90.25±4.25b%).Kata kunci: Polikultur, udang vaname, Caulerpa racemosa, pertumbuhan  AbstractThe problems that often arise of white shrimp vanname culture in ponds are high mortality caused by environmental factors and the use of pond water columns or pond plots that are maintained of more than 2 types. This study aims to examine the effect of the polyculture system on white shrimp vanname (Litopenaeus vannamei) and seaweed (Caulerpa racemosa) on different seaweed weights on growth and survival and improvement of pond water quality. The research was carried out from February to March 2020 in Pokkdakan Sidomulyo partner ponds, Krapyak Lor Village, Pekalongan Utara District, Pekalongan City. The test materials used were white shrimp vanname  measuring 6.45 ± 0.05 gr and seaweed (C. racemosa) with a weight of 0, 75, 150, 225 gr. The research design was carried out by experimental method using completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 replications, namely T1 (20 white shrimp vanname ), T2 (20 white shrimp vanname + 75 gr seaweed), T3 (20 white shrimp vanname + grass. sea 150 gr), and T4 (20 white shrimp vanname + 225 gr seaweed). The results showed that white shrimp vanname polyculture with seaweed had a significant effect (P <0.05) on absolute weight growth, survival and feed conversion (P <0.05). The highest absolute weight growth in white shrimp vanname was at T3 (20V + 150 CR g RL) = 20 vannamei shrimp + 150 g seaweed weight with 19.60 ± 3.42bg absolute weight of white shrimp vanname ), 90 ± 0.05b%, 1.65 ± 0.09b, survival rate and the absolute bolbot growth of C.racemosa T3 (932 ± 2.73b g), survival rate of C.racemosa (90.25 ± 4.25b%). Keyword: Polyculture, white shrimp Vannamei, Caulerpa Racemosa, growth
PENGARUH KOMBINASI TEPUNG IKAN DAN TEPUNG JEROAN BANDENG YANG BERBEDA PADA PAKAN BUATAN TERHADAP EFISIENSI PEMANFAATAN PAKAN DAN PERTUMBUHAN JUVENIL UDANG WINDU (Penaeus monodon) Pinandoyo Pinandoyo; Muhammad Bahrus Syakirin; Vivi Endar Herawati
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 19, No 1 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v19i1.1068

Abstract

AbstrakKomponen  biaya produksi terbesar yang diserap oleh pakan, adalah  50-70 %  dari total biaya produks.i Bahan baku  tepung jeroan bandeng  diharapkan dapat  menekan  biaya produksi  dan limbah jeroan bandeng sebagai salah satu bahan alternaif dalam pembuatan pakan. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen laboratorium menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan masing-masing dengan 3 ulangan. Masing-masing perlakuan menggunakan  kombinasi tepung jeroan bandeng  dan tepung ikan. Perlakuan A (0% ; 60%), B (20% ; 40%), C (40% ; 20%) dan D (60% ; 0%).  Pakan diberikan sebanyak 4 kali sehari yaitu pada pukul 08.00, 13.00, 17.00 dan 23.00 sebanyak 8% dari bobot biomassa udang.  Materi yang digunakan adalah juvenile udang windu dengan rata-rata bobot biomasa  0,75-1,29  g.  Juvenil udang dipelihara dengan kepadatan 30 ekor dalam ember dengan volume air 30 L dan salinitas 25 ppt. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan buatan berbentuk crumble dengan kombinasi persentase tepung jeroan bandeng dan tepung ikan  yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap RGR, EPP, dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap PER, tapi tidak berpengaruh nyata (P˃0,05) terhadap SR juvenile udang windu. Perlakuan B memberikan pertumbuhan relatif tertinggi yaitu 4,90%/hari. Nilai rasio efesiansi protein dan efisiensi pemanfaatan pakan tertinggi diperoleh dari perlakuan B sebesar 1,69 dan 56,96%. Kelulushidupan udang windu berkisar antara 83,33-87,78%. Kisaran kualitas air masih dalam kondosi yang layak untuk media budidaya udang windu. Berdasarkan penelitian dapat dwasimpulkan bahwa penggunaan substitusi 20% tepung jeroan bandeng dalam pakan buatan memberikan pertumbuhan dan kelulushidupan udang windu terbaik. Kata Kunci: Tepung Jeroan Bandeng, Penaeus monodon, Efisiensi Pakan, Pertumbuhan, Kelulushidupan.*) Corresponding Author pinandjaya@yahoo.com AbstractTotal production cost component of 50-70% was absorbed by the food. Accordingly, to reduce the cost of tiger shrimp production to try of waste utilization as an material alternative for feed substitution. The experiment method was used completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 replicates each. Treatment has different ratio Innards flour (%) and Fish flour (%). Treatment A (0% : 60%), B (20% : 40%), C (40% : 20%) and D (60% : 0%). The Feed given 4 times a day which was at 08.00, 13.00 17.00 and 23:00 as much as 8% of the weight of the shrimp biomass. The material used juvenile tiger shrimp with an average weight of 0.75 - 1.29 g biomass. Juvenile tiger shrimp maintained at a density of 30 head in a bucket of water with a volume of 30 L and salinity 30 ppt. The results showed that the artificial feeding crumble-shaped with a different substitution milkfish innards flour has a high significantly (P<0.01) on the RGR, EPP, and the PER had significantly effect (P<0.05), and but had no significantly effect (P˃0.05) on SR juvenile shrimp. Value of relative growth rate was highest in treatment B 4.90%/day. The best of protein efficiency ratio and feeding efficiency was obtained in treatment B 1.69 and 56.96%. Survival rate ranged of tiger shrimp between 83.33 - 87.78%. Range of water quality was still in decent condition for shrimp cultivation media. Based on the research, it could be concluded that using substitution of 20% innards milk fish flour in the feed artificial provides the best growth and survival rate of shrimp. Keywords: Innards Milkfish Flour, Penaeus monodon, feed  efficiency, growt , survival rate.
BIOKONSENTRASI LOGAM BERAT BESI (FE) PADA KERANG HIJAU DI PANTAI MOROSARI DEMAK Daviani Widawati; Siti Rudiyanti; Wiwiet Teguh Taufani
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 19, No 1 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v19i1.1106

Abstract

Pantai Morosari, Demak merupakan salah satu perairan yang dapat terindikasi tercemar logam berat. Logam berat yang berasal dari beberapa sumber salah satunya adalah besi (Fe). Fe dapat terendap, terlarut hingga terakumulasi pada biota air. Salah satu komoditi perikanan dari Morosari yang dapat terpapar Fe adalah Kerang Hijau. Manusia dapat terpapar Fe dari mengkonsumsi ikan/kerang yang berasal dari perairan tercemar. Tujuan penelitian ini mengetahui konsentrasi Fe di air Kerang Hijau. Penelitian dilakukan pada tiga stasiun di Pantai Morosari dan pemeriksaan logam berat di Laboratorium Kimia Unnes pada bulan Desember 2019. Penelitian ini menggunakan metode survei dan teknik sampling menggunakan purposive random sampling. Pengujian logam berat menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) dan analisis konsentrasi dihitung melalui faktor biokonsentrasi. Konsentrasi Fe pada air berkisar 1,587 - 1,658 mg/l. Konsentrasi logam berat pada plankton berkisar 306,9 - 408,2 mg/l dan Kerang Hijau berkisar 3,602 - 17,590 mg/l, hasil ini melebihi baku mutu berdasarkan USEPA (2004) dan BSN (2009). Nilai Faktor Biokonsentrasi Kerang Hijau terhadap air berkisar 2,215 - 10,996. Maximum Tolerable Intake orang dewasa rata-rata 41,13 kg/minggu, dan 12,34 kg/minggu untuk anak-anak.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT YANG MENGANDUNG EKSTRAK ETANOL RUMPUT LAUT GRACILARIA, SP TERHADAP BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUEREUS Bhayu Gita Bhernama
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 19, No 1 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v19i1.1060

Abstract

Kulit merupakan organ manusia yang paling penting guna melindungi tubuh dan organ dalam dari gangguan dan ancaman dari luar. Salah satu bahaya dari luar adalah bakteri pantogen dan kotoran lainnya sehingga dibutuhkan perlindungan. Salah satu cara melindungi kulit dari bakteri dengan menggunakan sabun. Sabun merupakan salah satu jenis pembersih kulit berguna untuk mengangkat berbagai jenis kotoran dan bakteri yang menempel dikulit. Oleh karena itu, dilakukan pengembangan sebuah produk sabun padat dengan memanfaatkan penambahan ekstrak etanol rumput laut merah Gracilaria, sp. Penelitian dilakukan dengan proses ekstrasi, uji fitokimia, proses pembuatan sabun, uji antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Hasil yang didapat dimana aktivitas antibakteri dari sabun padat yang mengandung ekstrak etanol dari rumput laut Gracilaria, sp memiliki daya hambat yang sedang pada penambahan ekstrak etanol 15 mL sebesar 11,67 mm. Selain itu, sabun padat ini efektif terhadap antibakteri. Hal ini dapat dilihat dari analisis One Way Anova yang didapatkan Fhitung>Ftabel. Hasil skrining fitokimia didapatkan senyawa metabolit sekunder dari ekstrak etanol rumput laut Gracilaria, sp  ini adalah senyawa flavonoid, saponin dan terpenoid
KARAKTERISTIK KERUPUK CUMI-CUMI (Loligo sp.) DENGAN BEDA SUHU OVEN PENGERINGAN DAN KETEBALAN KERUPUK Rika Amelia; Sumardianto Sumardianto; Slamet Suharto
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 19, No 1 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v19i1.1067

Abstract

AbstrakCumi-cumi (Loligo sp.) merupakan organisme yang luas sebarannya dan mengandung gizi yang tinggi, sehingga dapat digunakan dalam pembuatan kerupuk.Kerupuk dengan penambahan cumi–cumi diharapkan dapat memenuhi kualitas kerupuk. Proses pengeringan kerupuk perlu adanya alternatif pengeringan lain yang dapat memberikan kualitas kerupuk lebih baik dan higienis dengan menggunakan metode pengeringan oven dan ketebalan kerupuk akan mempengaruhi karakteristik kerupuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan suhu oven dan ketebalan kerupuk yang berbeda serta mengetahui metode perlakuan terbaik untuk mendapatkan karakteristik kerupuk cumi. Metode penelitian yang digunakan yaitu experimentallaboratories menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan perbedaan suhu oven dan ketebalan kerupuk A (suhu 50 oC :  2 mm), B (suhu 50 oC :  4 mm), C (suhu 60 oC :  2 mm), D (suhu 60 oC :  4 mm) dengan tiga kali ulangan. Parameter uji meliputi kadar air, kadar protein, kemekaran, kerenyahan dan hedonik. Data nonparametrik dianalisis dengan Kruskall-Wallis dan uji lanjut Mann-Whitney. Data parametrik dianalisis  menggunakan ANOVA dan uji lanjut Tukey HSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji hedonik terbaik pada perlakuan suhu 60 oC ketebalan 2 mm (7,00 7,30). Kadar air 9,74-10,98%; kadar protein 9,70-10,11%; kemekaran kerupuk 74,21-171,99%; kerenyahan kerupuk 1200,42-4300,92 gf dan rendemen cumi-cumi 59,05%. Kerupuk cumi termasuk kerupuk grade II menurut SNI No. (8272: 2016) yaitu dengan kadar protein 9,70-10,11%.Kata kunci: Cumi-cumi (Loligo sp.), Kerupuk, Ketebalan, Suhu.AbstractSquid (Loligo sp.) is an organism that is widely spread and contains high nutrition, so it can be used in making crackers. The process of drying crackers that can use the oven drying method and the thickness of the crackers will affect the characteristics of the crackers. This study aims to determine the effect of the use of oven temperature and thickness of different crackers and determine the best treatment method to get the characteristics of squid crackers. The method used was experimental laboratories by using Completely Randomized Design (CRD) by treating the difference in oven temperature and cracker thickness for A (temperature 50 oC :2 mm), B (temperature 50 oC :  4 mm), C (temperature 60 oC :  2 mm), D (temperature 60 oC : 4 mm) three replication. Test parameters include moisture content, protein content, linier expansion, crispness and hedonic. Nonparametric data was analyzed by Kruskall-Wallis test and followed by using Mann-Whitney test. Parametric data were analyzed by ANOVA and further analyzed using Tukey HSD test. The results showed that best value of test hedonic (7,00 7,30). Moisture content 9,74-10,98%, protein content 9,70-10,11%, linier expansion 74,21-171,99%, crispness 1200,42-4300,92 gf and yield of  squid 59,05%. Squid crackers including grade II crackers according SNI No. (8272: 2016) with protein content 9,70-10,11%.Key words :Crackers, Squid (Loligo sp.), Temperature, Thickness

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2020 2020


Filter By Issues
All Issue Vol. 24 No. 2 (2025): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 24 No. 1 (2025): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 23 No. 2 (2024): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 23 No. 1 (2024): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 23, No 1 (2024): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 22, No 2 (2023): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 22, No 1 (2023): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 21, No 2 (2022): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 21, No 1 (2022): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 20, No 2 (2021): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 20, No 1 (2021): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 19, No 2 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 19, No 1 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 18, No 2 (2019): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 18, No 1 (2019): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 17, No 2 (2018): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 17, No 1 (2018): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 16, No 1 (2017): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 15, No 1 (2017): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 14, No 1 (2016): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 13, No 1 (2016): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 12, No 1 (2015): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 2, No 1 (2010): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 2, No 1 (2007): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 1, No 1 (2010): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 1, No 1 (2009): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 1, No 1 (2008): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 1, No 1 (2007): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN More Issue