Jurnal Teknodik
Scope: The scope of TEKNODIK Journal is about Educational Technology (Learning), as a discipline, subject material, or profession. The process of activities includes Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation (ADDIE). The scope of TEKNODIK Journal is not only in the form of study, research, or development, but also book review on education technology. Focus: 1. Distant and Open Learning; 2. Information and Communication Technology (ICT) for Education; 3. Learning Strategy; 4. Learning Media; 5. Innovative Learning System or Model; 6. Development of Digital Learning Content; 7. Utilization of ICT and other media for Education (Learning)
Articles
10 Documents
Search results for
, issue
"Jurnal Teknodik Vol. 10 No. 19, Desember 2006"
:
10 Documents
clear
KECENDERUNGAN GLOBAL DAN REGIONAL DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNTUK PENDIDIKAN
Bambang Warsita
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol. 10 No. 19, Desember 2006
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (80.403 KB)
|
DOI: 10.32550/teknodik.v10i19.394
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)Â untuk pendidikan sekarang ini sudah menjadi keharusan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Beberapa contoh pemanfaatan TIK untuk pendidikan dalam perspektif global, regional dan nasional antara lain: (1) ASEAN SchoolNet, (2) EdukasNet, (3) Global Distance EducationNet (GDNet), dan sebagainya. Pendidikan dewasa ini dan masa mendatang ditandai dengan berbagai kecenderungan yang terkait dengan globalisasi, internasionalisasi dan transnasionalisasi pendidikan, yaitu berkenaan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat, tekanan perkembangan ekonomi, persoalan pemerataan dan perluasan akses serta tantangan untuk meningkatkan mutu, relevansi, daya saing, dan komitmen global dalam pendidikan. Kecenderungan global dan regional dalam pemanfaatan TIK untuk pendidikan masa depan akan lebih bersifat jaringan, terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait dengan produktifitas kerja dan kompetitif
PENGEMBANGAN BAKAT KREATIVITAS ANAK
Dirlanudin Dirlanudin
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol. 10 No. 19, Desember 2006
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (39.754 KB)
|
DOI: 10.32550/teknodik.v10i19.399
Pengembangan bakat kreativitas anak sering ditelantarkan dalam pendidikan formal, padahal amat bermakna bagi pengembangan potensi anak secara utuh dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan serta seni budaya. Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Sikap dan perilaku kreatif perlu dipupuk sejak dini, agar anak didik kelak tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan, tetapi mampu menghasilkan pengetahuan baru, tidak hanya menjadi pencari kerja, tetapi mampu menciptakan pekerjaan baru. Dalam pengembangan kreativitas anak perlu peran sinergi dari orang tua, sekolah/guru dan masyarakat pada umumnya. Bimbingan dan konseling perlu bagi anak berbakat kreatif. Konselor perlu menemukenali potensi anak-anak kreatif ini dan memberi sistem dukungan serta model pembelajaran yang memupuk produktivitas kreatif mereka
MENGAPA HARUS MENJADI GURU?
Sudirman Siahaan
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol. 10 No. 19, Desember 2006
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (60.343 KB)
|
DOI: 10.32550/teknodik.v10i19.395
Banyak istilah atau ungkapan yang sering diberikan untuk memaknai keberadaan guru. Beberapa di antaranya yang dapat dicatat adalah yang mengatakan bahwa “Guru adalah sosok yang patut ditiru dan diguguâ€, “Guru adalah panutan masyarakatâ€, “Guru adalah orang tempat bertanyaâ€, “Guru yang bermutu menghasilkan bangsa yang bermutuâ€, dan “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasaâ€. Pada umumnya, semua ungkapan atau pernyataan mengenai guru dirasakan sangatlah menyenangkan dan sungguh-sungguh apresiatif. Namun, apabila ditanyakan kepada para guru, boleh jadi mereka akan mengatakan bahwa yang penting adalah kenyataannya. Untuk apa semanis madu, setinggi apa pun rasa pujian apabila dalam kenyataannya, para guru belum merasakan konkritisasinya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Memang sampai dengan tahun 1970-an, profesi guru dirasakan sebagai profesi panggilan yang benar-benar menjadi pekerjaan pilihan atau idaman (selected profession). Dalam kaitan ini, pertanyaan tentang “Mengapa harus menjadi guru?†menjadi suatu pertanyaan yang menarik dan menggugah perhatian setidak-tidaknya bagi kalangan masyarakat yang peduli terhadap profesi guru. Mengapa kemudian, pertanyaan yang sama ini cenderung menjadi pertanyaan yang kurang atau bahkan tidak lagi menarik atau menggugah perhatian? Namun, akhir-akhir ini setidak-tidaknya pertanyaan yang lebih menarik perhatian dan juga mungkin menggugah perhatian adalah “Mengapa tidak harus menjadi guru?â€. Tulisan ini mencoba memberikan kajian singkat tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan keberadaan guru dengan harapan akan dapat menjadi bahan pemikiran untuk pembahasan lebih lanjut.
INTERAKTIVITAS DAN LEARNER CONTROL PADA MULTIMEDIA INTERAKTIF
Gatot Pramono
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol. 10 No. 19, Desember 2006
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (141.748 KB)
|
DOI: 10.32550/teknodik.v10i19.400
Mulitmedia Interaktif adalah suatu medium yang menyediakan interaktivitas yang lebih luas bila dibandingkan dengan media lain. Salah satu bentuk dari interaktivitas yang disediakan oleh multimedia adalah learner control. Learner control adalah suatu kontrol yang memberikan keleluasaan bagi pengguna untuk menjelajahi isi dari multimedia. Ada 3 jenis learner control: content control, pace control, and display control. Adanya learner control memberikan suatu nilai tambah di dalam multimedia yakni memberikan pilihan bagi pengguna (personalize) sesuai dengan selera dan kemampuannya. Di dalam suatu multimedia , dengan adanya GUI (Graphical User Interface), mungkin saja suatu learner control telah tersedia secara inheren; tetapi akan lebih bermanfaat bagi pengguna bila learner control ini dirancang sejak awal sehingga learner control ini menyatu dengan materi yang diberikan. Tulisan ini mencoba membedah sedikit interaktivitas pada umumnya dan learner control pada khususnya serta mengkaji bagaimana penerapan learner control dalam suatu multimedia pembelajaran interaktif.
KEBUTUHAN DIKLAT ONLINE UNTUK TENAGA PENDIDIK
Oos M Anwas
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol. 10 No. 19, Desember 2006
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (57.892 KB)
|
DOI: 10.32550/teknodik.v10i19.391
Sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan, tenaga pendidik harus melek ICT, termasuk dalam sistem pendidikan dan pelatihan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami tentang kebutuhan pengembangan diklat online pada lembaga diklat tenaga pendidik, dari aspek materi diklat, sasaran, kesiapan SDM dan infrastruktur, serta bentuk diklat online sesuai dengan kebutuhan. Hasil pengolahan dan analisis data diketahui bahwa materi diklat online yang dibutuhkan terkait dengan peningkatan kemampuan mengajar, penguasaan mata pelajaran, menyusun karya ilmiah, dan pengetahuan/keterampilan yang dapat meningkatkan kesejahteraan guru. Secara umum infrastuktur dan SDM (pengelola dan sasaran) masih belum siap menyelenggarakan diklat online. Oleh karena itu diklat online bagi tenaga pendidik masih sebagai tataran keinginan (felt needs). Untuk itu diperlukan upaya agar keinginan ini menjadi sebuah kebutuhan nyata (real needs), antara lain melalui kegiatan sosialisasi internet, pelatihan, menciptakan iklim kondusif melek ICT, membangun infrastruktur, serta kerjasama dengan pihak terkait
PENDIDIKAN KEAKSARAAN DALAM PERSFEKTIF PSIKOLOGI SOSIAL
Yuni Sugarti
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol. 10 No. 19, Desember 2006
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (41.03 KB)
|
DOI: 10.32550/teknodik.v10i19.396
Jumlah kelompok buta aksara masih cukup signifikan. Ini adalah tantangan pendidikan nasional, apalagi melek huruf menjadi salah satu indikator Human Developmen Indek (HDI). Psikologi sosial yang dapat menjelaskan perilaku individu dan konteks sosial sangat diperlukan dalam proses pendidikan keaksaraan. Karakter utama kelompok buta aksara adalah orang dewasa dan miskin. Langkah awal pendidikan keaksaraan adalah membangkitkan motivasi mereka melalui materi yang bisa meningkatkan pendapatan dan kecakapan real hidup mereka. Selanjutnya dapat dibangun persepsi, motif, sikap, dan perilaku positif tentang pentingnya melek huruf di era global ini. Di sisi lain nilai-nilai empati, tanggungjawab sosial, atau norma keseimbangan bagi warga negara berkecukupan perlu dikembangkan kepada kelompok ini. Oleh karena itu pendidikan keaksaraan perlu ditangani secara terpadu dengan melibatkan pihak terkait.
PROSES BELAJAR: TANTANGAN DALAM PENELITIAN BIDANG PEMBANGUNAN PENDIDIKAN MASYARAKAT
Joko Susanto
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol. 10 No. 19, Desember 2006
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (60.97 KB)
|
DOI: 10.32550/teknodik.v10i19.392
Mulitmedia Interaktif adalah suatu medium yang menyediakan interaktivitas yang lebih luas bila dibandingkan dengan media lain. Salah satu bentuk dari interaktivitas yang disediakan oleh multimedia adalah learner control. Learner control adalah suatu kontrol yang memberikan keleluasaan bagi pengguna untuk menjelajahi isi dari multimedia. Ada 3 jenis learner control: content control, pace control, and display control. Adanya learner control memberikan suatu nilai tambah di dalam multimedia yakni memberikan pilihan bagi pengguna (personalize) sesuai dengan selera dan kemampuannya. Di dalam suatu multimedia , dengan adanya GUI (Graphical User Interface), mungkin saja suatu learner control telah tersedia secara inheren; tetapi akan lebih bermanfaat bagi pengguna bila learner control ini dirancang sejak awal sehingga learner control ini menyatu dengan materi yang diberikan. Tulisan ini mencoba membedah sedikit interaktivitas pada umumnya dan learner control pada khususnya serta mengkaji bagaimana penerapan learner control dalam suatu multimedia pembelajaran interaktif.
PENGEMBANGAN MODEL FASILITASI BELAJAR DALAM MEMPERDAYAKAN MASYARAKAT PELAKU USAHA KECIL
Asep Saepudin
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol. 10 No. 19, Desember 2006
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (70.179 KB)
|
DOI: 10.32550/teknodik.v10i19.397
Penelitian ini mengkaji tentang upaya pemberdayaan masyarakat pelaku usaha kecil yang berada pada sentra usaha kerajinan Cibeusi di Kabupaten Sumedang, dengan fokus permasalahan bagaimana model fasilitasi belajar yang dapat memberdayakan kelompok pelaku usaha kecil dalam mengembangkan kemandirian usaha produktifnya?. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan program pemberdayaan pada masyarakat pelaku usaha kecil melalui model fasilitasi belajar. Model fasilitasi belajar dirumuskan berdasarkan dukungan teoritis yang mengkaji tentang: konsep pembelajaran, pemberdayaan dan usaha kecil. Disain penelitian menggunakan Research and Development, dengan metode studi kasus, deskriptif, dan uji eksperimen. Analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif, dengan sampel penelitian 30 orang diambil secara purposif. Temuan penelitian ini: (1) secara alamiah dalam menjalankan usahanya anggota kelompok dihadapkan pada keterbatasan pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga mereka membutuhkan fasilitasi belajar, (3) kegiatan model fasilitasi belajar adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran, (4) uji coba model menunjukan hasil efektif, dengan indikator: pertama adanya keterlibatan aktif anggota kelompok. Kedua, data nilai pre-test dan post-tes menunjukkan angka signifikan. Kesimpulan penelitian adalah bahwa model fasilitasi belajar dipandang efektif dan berimplikasi teoritis dan praktis.
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNTUK PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MELALUI WEB SEKOLAH
Syaad Patmanthara
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol. 10 No. 19, Desember 2006
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (42.35 KB)
|
DOI: 10.32550/teknodik.v10i19.393
Berbagai penemuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah cara pandang manusia terhadap dunia termasuk di dalamnya dunia pendidikan. Peran serta teknologi informasi dan komunikasi dalam mendukung kegiatan dan aktivitas pembelajaran sehingga dapat mendukung sistem pendidikan dalam bentuk web sekolah yang nampaknya akan menjadi salah satu alternatif solusi bagi perkembangan kebutuhan pembelajaran di tanah air. Perubahan di era globalisasi sistem pendidikan dari yang sebelumnya bersifat manual dan konvensional, menjadi suatu sistem yang efektif dan efisien dengan dukungan teknologi informasi. Pengembangan Web sekolah akan mendukung proses pembelajaran berdasarkan teori pembebasan seperti “Constructivistâ€, yang telah merubah pola belajar “TeacherCentred†menjadi “Student-Centred†dengan menciptakan budaya belajar mandiri siswa.
PENDIDIKAN ORANG DEWASA SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN NON FORMAL
Tasril Bartin
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol. 10 No. 19, Desember 2006
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (50.911 KB)
|
DOI: 10.32550/teknodik.v10i19.398
Dalam sistim pendidikan nasional, pendidikan non formal dianggap setara degan pendidikan formal. Kedua jenis pendidikan ini hanya berbeda dalam soal konteks, waktu, tujuan, dan karakter peserta didiknya. Pendidikan orang dewasa merupakan salah satu pendekatan dalam pelaksanaan pendidikan non formal karena sebagian besar peserta didiknya orang dewasa, yang datang dengan berbagai latar belakang sosial budaya, pengalaman, minat, dan tujuan yang berbeda. Rendahnya hasil belajar sebagai indikator dari ketidakberhasilan pembelajaran, dimana peserta tidak mampu menerima dengan baik bahan belajar yang diajarkan oleh tutor merupakan masalah dalam pendidikan no formal. Salah satu penyebabnya adalah prinsip dan teori pendidikan orang dewasa (andragogi) belum diterapkan secara maksimal dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan orang dewasa dapat memecahkan berbagai persoalan kehidupan sehar-hari, termasuk berbagai musibah yang beruntun menimpa masyarakat Indonesia. Dengan pendekatan pendidikan orang dewasa melalui beberapa strategi dan teori belajar yang dikembangkan menurut falsafah kerja yang tepat, pemulihan mental dan aspek fisik lainnya dapat segera dilakukan. Demikian juga berbagai persiapan pendidikan bagi orang dewasa ke depan juga dapat dirancang melalui pemahaman falsafah kerja orang dewasa.