cover
Contact Name
Prof. Dr. Elna Karmawati
Contact Email
littri_puslitbangbun@yahoo.co.id
Phone
+62251-8313083
Journal Mail Official
littri_puslitbangbun@yahoo.co.id
Editorial Address
Jalan Tentara Pelajar No. 1, Cimanggu, Bogor 16111
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Littri)
ISSN : 08538212     EISSN : 25286870     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Penelitian Tanaman Industri (JLITTRI) aims to publish primary research articles of current research topics, not simultaneously submitted to nor previously published in other scientific or technical ojournals. General review articles will not be accepted. The journal maintains strict standards of content, presentation,and reviewing. SCOPE The journal will consider primary research papers from any source if they make an original contribution to the experimental or theoretical understanding and application of theories and methodologies of some aspects of agricultural science in Indonesia including: Estate crops; Soil science; Climate science; Agronomy; Plant breeding; Biotechnology; Genetic resources; Plant pathology; Plant physiology; Entomology; Farming system; Postharvest technology; Socio-economic agriculture; Environment; Agricultural extension. The journal publishes Indonesian or English articles. Since the year of 2017, the jurnal is published twice a year in (June and December).
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019" : 6 Documents clear
PERBANDINGAN UJI TETRAZOLIUM DAN RADICLE EMERGENCE DALAM MENDUGA VIABILITAS BENIH KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.) / The Comparison of Tetrazolium and Radicle Emergence Test to Estimate the Viability of Arabica Coffee (Coffea arabica L.) Seeds Septyan Adi Pramana; Bambang Pujiasmanto; Amalia Tetrani Sakya
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.882 KB) | DOI: 10.21082/littri.v25n1.2019.1-10

Abstract

Development of seed testing methods needs to be conducted in order to obtain fast, precise and applicable result in the field. The objective of this study was to compare the two rapid test methods of Arabica coffee seed viability, the tetrazolium and radicle emergence tests. The experiment was conducted at Quality Seed Testing Laboratory, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya from beginning of January until March 2018. Three lots of Arabica coffee (Coffea arabica var. Sigarar Utang) (Lot A = harvest in 1st week of August, 2017; Lot B = 3rd week of August, 2017; and Lot C = 1st week of September, 2017) were obtained  from Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute, Jember. The experiments used completely randomized design with four replications. The result showed that the viability test using TZ was faster (4 days) than using RE (14 days). Regression equation models for estimating seed viability are less precise, while the estimation method of paired sample t-test was sufficient to predict the actual value of the seed viability. Redicle emergence is longer than tetrazolium which is for 14 days. The regression equation model of the radicle emergence is  sufficient to predict the seed physiological quality parameter.Keywords: viability, tetrazolium, radicle emergence, coffee seed AbstrakPengembangan metodologi uji benih untuk memperoleh hasil yang cepat, tepat dan aplikatif di lapangan.  Tujuan penelitian adalah membandingkan dua metode pengujian viabilitias benih kopi Arabika, yaitu uji tetrazolium dan radicle emergence (kemunculan radikula). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Mutu Benih, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya, mulai bulan Januari sampai Maret 2018. Tiga lot benih kopi Arabika varietas Sigarar Utang (Lot A : panen minggu I bulan Agustus 2017, Lot B : minggu III bulan Agustus 2017, Lot C : minggu I bulan September 2017) diperoleh dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap satu faktor (lot benih) dengan empat kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian viabilitas kopi dengan metode TZ lebih cepat (4 hari) dibandingkan dengan metode kemunculan radikula (14 hari). Penggunaan model regresi untuk menduga viabilitas biji kurang tepat, sementara penggunaan t-test berpasangan sangat tepat untuk menduga nilai yang sebenarnya dari viabilitas biji. Oleh karena itu, metode pendugaan mutu benih kopi Arabika berdasarkan kemunculan radikula lebih tepat untuk digunakan di lapangan.Kata kunci: viabilitas, tetrazolium, kemunculan radikula, benih kopi
PERBAIKAN TEKNIK PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PERKEBUNAN PALA BANDA (Myristica Fragrants Houtt) DI MALUKU / Control Techniques Improvement of Banda Nutmeg Pest and Disease in Maluku Marietje Pesireron; Sheny Kaihatu; Risma Suneth; Yacob Ayal
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v25n1.2019.45-58

Abstract

Banda Nutmeg (Myristica fragrans Houtt.) is a native plant of Maluku Islands. The aim of the study was to improve control technique of pest and disease Banda nutmeg in Maluku. The location of this study was in Pulau Ay village, Banda Naira District, Central Maluku Regency. This Study began in 2014 - 2015 through a survey of pest and disease identification. The research used Randomized Block Design (RBD) consisting of 6 (six) treatments followed by DMRT test. Treatment of Integrated Pest Management (IPM) includes: (A) Sanitation + furadan 3G pesticides), (B) Sanitation + Beauvaria bassiana, (C) Sanitation + Shell charcoal + Additional fertilizer (M2C), (D) Sanitation + Shell charcoal + Liquid Organic Fertilizer (LOF), (E) Sanitation + Biotris and (F) farmers' Practices. Results of identification, the main pests and diseases were stem borers (Batocera hercules) and stem cancer (Phytopthora palmivora). Pest and disease attacks, decline fruit production for the last 5 years from 3000-5000 fruits/tree/year to 457 - 2905 fruits/tree/year. After the treatment, the production increases 1,850 - 3,000 fruits/tree/year. The effective technology component applied was Treatment B (Sanitation + Beauvaria Bassiana), followed by treatment D (Sanitation + Shell charcoal + LOF), treatment C (Sanitation + Shell Charcoal + M2C) and treatment E (Sanitation + Biotris). The control treatment which was economically beneficial, were: treatment D (Sanitation + shell charcoal + LOF), followed by treatment C (Sanitation + shell charcoal + M2C), B (Sanitation + Beauvaria bassiana) and treatment A (Sanitation + furadan 3G pesticides).Keyword: Integrated control, Banda Nutmeg, LOF, B. bassiana, biotris AbstrakPala Banda (Myristica fragrans  Houtt.) merupakan tanaman asli Kepulauan Maluku. Tujuan dari penelitian adalah untuk menguji teknik pengendalian hama dan penyakit terpadu pada pala Banda di Maluku. Lokasi penelitian di Desa Pulau Ay, Kecamatan  Banda  Naira, Kabupaten Maluku Tengah. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2014 -2015, dimulai dengan survei identifikasi hama dan penyakit utama tanaman pala. Penelitian pengendalian hama dan penyakit menggunakan Racangan Acak Kelompok  (RAK) yang terdiri atas 6 perlakuan, yaitu (A) Sanitasi + furadan pestisida 3G), (B)   Sanitasi + Beauveria bassiana, (C) Sanitasi + Arang tempurung + Pupuk tambahan (M2C), (D) Sanitasi + Arang tempurung + pupuk organik cair, (E) Sanitasi + Insektisida nabati Biotris dan (F) kebiasaan petani. Hasil identifikasi diketahui bahwa hama utama pada pertanaman pala di Maluku adalah penggerek batang (Batocera hercules) dan penyakit utamanya adalah kanker batang (Phytophthora   palmivora). Akibat serangan hama dan penyakit maka produksi buah pala selama 5 tahun terakhir menurun dari dari 3000 - 5000 buah/pohon/tahun menjadi 457 - 2905 buah/pohon/tahun. Setelah dilakukan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu maka produksi meningkat menjadi 1.850 -3.000 buah/pohon/tahun. Paket pengendalian terbaik adalah perlakuan sanitasi + B. bassiana, diikuti dengan perlakuan sanitasi + arang tempurung + hormon, perlakuan sanitasi + arang tempurung + pupuk tambahan, dan perlakuan sanitasi + insektisida hayati biotris. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman pala yang paling menguntungkan adalah  sanitasi + arang tempurung  + pupuk organik cair. Oleh karena itu, perlakuan tersebut perlu diuji pada skala komersial sebelum direkomendasikan kepada petani.Kata kunci: Pengendalian terpadu, pala Banda, LOF, B. bassiana, biotris
POTENSI BAKTERI ENDOFIT ASAL TANAMAN LADA SEBAGAI PELARUT FOSFAT DAN PENGIKAT NITROGEN SERTA PENGHASIL IAA / Potency of Endophytic Bacteria from Black Pepper as Phosphate Solubilization, Nitrogen Fixation and IAA Production Gusmaini Gusmaini; Andriana Kartikawati
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v25n1.2019.11-21

Abstract

The potential of endophytic bacteria to promote plant growth has been already well known. However, research on indigenous endophytic bacteria from wild or cultivated pepper plants are still limited.  The research was conducted in Microbiology Laboratory and Glass House of Research Institute for Spice and Medicinal Crops, Bogor, West Java  from June 2015 to April 2016. The objective of this study was to isolate and characterize the potential of endophytic bacteria from cultivated and wild pepper plants as phosphate (P) solubilizing, N2 fixation, and IAA hormone producers. Endophytic bacteria were isolated from the roots and leaves of both cultivated and wild pepper plants. The surfaces part of plant samples were sterilized using alcohol 70% and sodium hypochlorite 2%. Healthy parts of plants (roots and leaves) are selected as samples. Then, 1 g of plant part was crushed into small particles, extracted, filtered and cultured on Trypticase Soy Agar medium, with 3 replications for each dilution. All bacterial isolates were assessed their capability as P solubilizing, N2 fixation, and IAA hormone producer. The result showed the different capability of each endophytic bacteria derived from cultivated and wild pepper plants in promoting plant growth. The results of isolation of endophytic bacteria were obtained by 23 isolates from P. nigrum and 11 isolates from P. colubrinum. The endophytic bacteria could be grouped as followed: four isolates were IAA producers; 21 isolates possessed two functions (10 isolates as N2 fixation and IAA producers,  while 11 isolates as P solubilizing, and IAA producers); and nine isolates have three functions as P solubilizing, N2 fixation, and IAA producer viz. Ca3(1)2, La0(2)1, La2(2)2, La4(1)3, La4(3)1, La4(3)2, La4(3)3, La4(3)4, and Ld0(2)2.  All 34 endophytic bacterial isolates obtained from this study can potentially be used to improve nutrient use efficiency and accelerate plant growth. Furthermore, it is necessary to further examine the role of endophytic bacteria, which have single or multiple functions, in improving plant growth and fertilizer use efficiency for pepper plants.Keywords : Piper nigrum, Piper colubrinum, endophytic bacteria, P solubilizing, N2 fixation, phytohormone.AbstrakPotensi bakteri endofit untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman sudah banyak diketahui. Namun bakteri endofit indigenus tanaman lada, baik lada yang sudah dibudidayakan maupun lada liar belum banyak dilakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor, Jawa Barat pada bulan Juni 2015–April 2016. Penelitian bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi potensi bakteri endofit yang berasal dari tanaman lada budidaya dan liar sebagai pelarut P, pengikat N, dan penghasil hormon IAA in vitro. Bakteri endofit diisolasi dari akar dan daun tanaman lada budidaya dan lada liar. Permukaan sampel bagian tanaman disteril dengan menggunakan alkohol 70% dan sodium hypochlorite 2%. Bagian tanaman (akar dan daun) yang sehat dipilih sebagai contoh. Setiap bagian tanaman sebanyak 1 g ditimbang kemudian digerus sampai halus kemudian ekstraknya disaring dan ditumbuhkan pada medium Trypticase Soy Agar dengan 3 ulangan untuk tiap pengenceran. Semua isolat bakteri yang diperoleh diukur kemampuannya sebagai pelarut fosfat (P), pengikat N, dan penghasil IAA invitro. Hasil isolasi dan karakterisasi menunjukkan kemampuan setiap bakteri endofit yang berasal dari lada budidaya dan liar yang berfungsi sebagai pemicu pertumbuhan tanaman berbeda-beda. Dari hasil isolasi diperoleh sebanyak 23 isolat dari Piper nigrum dan 11 isolat dari P. colubrinum. Bakteri endofit tersebut dapat dikelompokkan menjadi penghasil IAA (4 isolat), 21 isolat berfungsi ganda (10 isolat sebagai pengikat N2 dan penghasil IAA serta 11 isolat sebagai pelarut P dan penghasil IAA), dan 9 isolat berfungsi ketiganya (pelarut P, pengikat N2 dan sekaligus penghasil IAA).  Hasil penelitian  mengindikasikan bahwa isolat bakteri endofit tersebut dapat dimanfaatkan untuk memacu pertumbuhan tanaman. Peran bakteri endofit tersebut perlu diuji lebih lanjut aktivitas dan kestabilannya dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman.Kata kunci : Piper nigrum, Piper colubrinum, lbakteri endofit, pelarut P, pengikat N, fitohormon.
PERTUMBUHAN BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA MEDIA TANAM KOMBINASI ANTARA GAMBUT, TANAH LAPISAN ATAS DAN ARANG SEKAM PADI DI PEMBIBITAN AWAL/The Growth of Oil Palm Seeds (Elaeis guineensis Jacq.) on Combinated Media of Peat, Topsoil an Marlin Sefrila; Lucy Robiartini B.; Astuti Kurnianingsih; Ilham Setiawan S.
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v25n1.2019.31-36

Abstract

Growth medium is very important to produce good quality of seedling. The use of different growing media would give a different influence on plant colonization, as each medium type has different nutrient content.  The purpose of the study was to evaluate the growth of oil palm seedlings in a variety of growing media composition in pre-nursery. The research was carried out in smallholder estate of Keramasan Karyajaya Village, Kertapati Sub district of South Sumatra from September 2017 until December 2017. The design used was completely randomized design with growing media (M) as treatments: M0 (topsoil/controls), M1 (peat), M2 (topsoil+rice husk charcoal), M3 (peat + rice husk charcoal), M4 (topsoil+peat+rice husk charcoal). The observed variables were plant height number of leaves, greenness of leaves, and the number of survival seeds. The results of this study showed that growth media significantly affected plant height and the greenness of leaves. The percentage of oil palm seeds growing on peat media increase about 13% compared to the top soil medium. So, peat moss media can be used as an alternative media to replace the top soil media.Key words: topsoil, peat, rice husk charcoal, oil palm, pre-nursery AbstrakMedia pembibitan sangat penting dalam menghasilkan bibit yang berkualitas baik. Penggunaan media tanam yang berbeda-beda diduga akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman, karena setiap jenis media tanam memiliki kandungan unsur hara yang berbeda.  Tujuan penelitian adalah mengevaluasi pertumbuhan benih kelapa sawit pada berbagai komposisi media tanam di pembibitan awal. Penelitian dilaksanakan di perkebunan rakyat Desa Keramasan Karyajaya, Kecamatan Kertapati, Sumatera Selatan dari bulan September 2017 sampai Desember 2017. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan media tanam (M): M0 (Tanah lapisan atas/kontrol), M1 (Gambut), M2 (Tanah lapisan atas+arang sekam padi), M3 (Gambut+arang sekam padi), M4 (Tanah lapisan atas+gambut+arang sekam padi). Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, tingkat kehijauan daun, dan jumlah benih yang hidup.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan tingkat kehijauan. Persentase tumbuh benih kelapa sawit pada media gambut naik sekitar 13% jika dibandingkan dengan media tanah lapisan atas, sehingga media gambut dapat digunakan sebagi media alternatif untuk menggantikan media tanah lapisan atas.Kata kunci: Tanah lapisan atas, gambut, arang sekam padi, kelapa sawit, pembibitan awal
PEMANFAATAN LIMBAH KOMODITAS PERKEBUNAN UNTUK PEMBUATAN ASAP CAIR / Utilization of Plantation Commodities Waste for Liquid Smoke Sarwendah, Mamik; Feriadi, Feriadi; Wahyuni, Tri; Arisanti, Tiffani Nindya
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v25n1.2019.22-30

Abstract

Liquid smoke is the result of condensation of smoke from the pyrolysis process of biomass containing elements of lignin and cellulose. The chemical and physical components of liquid smoke were determined by the raw materials used. The purpose of this study was to determine the characteristics of liquid smoke from different plantation wastes. The raw material used consists of coconut shells, palm shells, and sawdust. Coconut shells were obtained from coconut milk traders in the Pangkal Pinang market. Palm oil shells were taken from palm oil mill waste. Sawdust was a waste of wood craftsmen in Pangkalpinang. Liquid smoke was produced by pyrolysis using a simple tool consisting of a plate with the main components of a combustion tube, a smoke conduit pipe, and a condensing tube. This study used a randomized block design with five replications. The results showed the highest yield of liquid smoke was obtained from coconut shell compared to palm shell liquid and sawdust liquid smoke. Liquid smoke from coconut shel had lower pH and water content than that from oil palm shell and sawdust. The phenol content of coconut shell liquid smoke was 19.45 mg/ml, sawdust liquid smoke 8.24 mg/ml and oil palm shell liquid smoke 19.54 mg/ml. The acid content of coconut shell liquid smoke (7.44%) was higher than that of oil palm shell liquid smoke (5.70%) and sawdust (1.36%).Keywords: phenol, pyrolysis, coconut shell, oil palm shell AbstrakAsap cair merupakan hasil kondensasi asap dari proses pirolisis biomassa yang mengandung unsur lignin dan selulosa. Komponen kimia dan fisika asap cair ditentukan oleh bahan baku yang digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik asap cair dari limbah komoditas perkebunan yang berbeda. Bahan baku yang digunakan terdiri dari tempurung kelapa, cangkang kelapa sawit dan serbuk gergaji. Tempurung kelapa diperoleh dari pedagang santan di pasar Pangkal Pinang. Cangkang kelapa sawit diambil dari limbah pabrik kelapa sawit. Serbuk gergaji  merupakan limbah pengrajin kayu yang ada di Pangkalpinang.  Pembuatan asap cair dilakukan dengan pirolisis menggunakan alat sederhana yang tediri dari plat dengan komponen utama tabung pembakaran, pipa penyalur asap,  dan tabung kondensasi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan lima ulangan. Hasil penelitian menunjukkan rendemen asap cair dari tempurung kelapa paling tinggi dibandingkan dengan asap cair cangkang kelapa sawit dan serbuk gergaji. Asap cair tempurung kelapa mempunyai pH dan kadar air yang lebih rendah daripada asap cair cangkang kelapa sawit dan serbuk gergaji. Kandungan fenol asap cair tempurung kelapa 19,45 mg/ml, asap cair serbuk gergaji 8,24 mg/ml dan asap cair cangkang kelapa sawit 19,54 mg/ml. Kandungan  asam asap cair tempurung kelapa (7,44%) lebih tinggi  daripada asap cair cangkang kelapa sawit (5,70 %) dan serbuk gergaji (1,36 %).Kata kunci: fenol, pirolisis, tempurung kelapa, cangkang kelapa sawit
PEMBENTUKAN PLANLET MUTAN TEBU TOLERAN NATRIUM KLORIDA DENGAN MUTASI DAN SELEKSI IN VITRO / Mutant Planlet Formation of Sugarcane Tolerant Sodium Chloride Through In Vitro Selection and Mutation Rossa Yunita; RR. Sri Hartati; Sri Suhesti; Syafaruddin Syafaruddin
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v25n1.2019.37-44

Abstract

The needs of sugarcane continue to increase so extensification of farming is needed to meet the demand. However, the available land is the sub-optimal land such as saline land. For this reason, salinity tolerant varieties are needed. To used create sugarcane varieties that are tolerant to salinity stress induction mutation technology using gamma rays combined with in vitro selection using NaCl can be used. The purpose of this study was to obtain sugarcane mutant planlets which were tolerant to the salinity resulted from the induction mutations and in vitro selection. The plant material used in this study were PS862 and PSJT941 sugarcane varieties. The environmental design used in this study was a completely randomized design. This study consisted of four main stages of activity namely (1) mutation induction using gamma ray irradiation (5, 10, 15 20, 25.30 and 35 Gy) and in vitro selection on media containing NaCl; (2) bud regeneration in MS medium + BA 3 mg / l + Zeatin 0.3 mg / l + Proline 100 mg / l for sugarcane callus PS862 and MS varieties + BA 3 mg / l + Zeatin 0.1 mg / l + Proline 100 mg / l for sugarcane callus PSJT941 and (3) root induction on MS + IBA 1 mg / l. The results of this study were 122 mutant plantlets originating from the PS862 variety and 66 mutant planlets originating from PSJT941 which were tolerant to NaCl salt stress. The mutants obtained were salinity tolerant because they were able to grow on media containing NaCl. To produce a population that is salinity tolerant, it is necessary to test it in a greenhouse and in the field that is gripped by salinity.Keywords : Salt stress, iradiation, PS862, PSJT941, Saccharum sp AbstrakKebutuhan komoditas tebu terus meningkat, sehingga diperlukan ekstensifikasi untuk memenuhinya dapat dilakukan dengan cara ekstensifikasi. Namun demikian, lahan yang tersedia adalah lahan sub optimal seperti lahan salin, untuk itu diperlukan varietas toleran salinitas.  Untuk merakit varietas tebu yang toleran terhadap cekaman salinitas dapat mengunakan teknologi mutasi induksi dengan menggunakan sinar gamma yang dikombinasikan dengan seleksi in vitro, Sedangkan untuk menyeleksi kalus secara in vitro digunakan NaCl. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan   planlet-planlet mutan tebu toleran salinitas hasil mutasi induksi dan seleksi in vitro. Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kalus tebu varietas PS862 dan PSJT941. Rancangan lingkungan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap.  Penelitian ini yang  terdiri  atas empat tahap  kegiatan utama yaitu (1) induksi mutasi dengan menggunakan iradisi sinar gamma  (5, 10, 15 20, 25,30 dan 35 Gy) dan seleksi in vitro pada media yang mengandung NaCl;  (2) regenerasi tunas pada media MS + BA 3 mg/l + Zeatin 0,3 mg/l + Prolin 100 mg/l untuk kalus tebu varietas PS862  dan MS + BA 3 mg/l + Zeatin 0,1 mg/l + Prolin 100 mg/l untuk kalus tebu PSJT941dan (3) induksi akar pada media MS + IBA 1 mg/l. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah  122  planlet mutan  yang berasal dari varietas PS862 dan 66 planlet mutan yang berasal dari PSJT941 yang toleran cekaman garam NaCl. Mutan yang diperoleh memiliki sifat toleran salinitas karena mampu tumbuh pada media yang mengadung NaCl.  Untuk menghasilkan populasi yang toleran salinitas perlu dilakukan pengujian di rumah kaca dan di lapang yang tercekam salinitas.Kata Kunci :  Cekaman garam, iradiasi, PS862, PSJT941, Saccharum sp.

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2019 2019


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 2 (2021): December 2021 Vol 27, No 1 (2021): June, 2021 Vol 26, No 2 (2020): December, 2020 Vol 26, No 1 (2020): June, 2020 Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019 Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019 Vol 24, No 2 (2018): Desember, 2018 Vol 24, No 1 (2018): Juni, 2018 Vol 23, No 2 (2017): Desember, 2017 Vol 23, No 1 (2017): Juni, 2017 Vol 22, No 4 (2016): Desember, 2016 Vol 22, No 3 (2016): September, 2016 Vol 22, No 2 (2016): Juni, 2016 Vol 22, No 1 (2016): Maret, 2016 Vol 21, No 4 (2015): Desember 2015 Vol 21, No 3 (2015): September 2015 Vol 21, No 2 (2015): Juni 2015 Vol 21, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 20, No 4 (2014): Desember 2014 Vol 20, No 3 (2014): September 2014 Vol 20, No 2 (2014): Juni 2014 Vol 20, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 19, No 4 (2013): Desember 2013 Vol 19, No 3 (2013): September 2013 Vol 19, No 2 (2013): Juni 2013 Vol 19, No 1 (2013): Maret 2013 Vol 18, No 4 (2012): Desember 2012 Vol 18, No 3 (2012): September 2012 Vol 18, No 2 (2012): Juni 2012 Vol 18, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 17, No 4 (2011): Desember 2011 Vol 17, No 3 (2011): September 2011 Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011 Vol 17, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 16, No 4 (2010): Desember 2010 Vol 16, No 3 (2010): September 2010 Vol 16, No 2 (2010): Juni 2010 Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 15, No 4 (2009): Desember 2009 Vol 15, No 3 (2009): September 2009 Vol 15, No 2 (2009): Juni 2009 Vol 15, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008 Vol 14, No 3 (2008): September 2008 Vol 14, No 2 (2008): Juni 2008 Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 13, No 4 (2007): DESEMBER 2007 Vol 13, No 3 (2007): SEPTEMBER 2007 Vol 13, No 2 (2007): JUNI 2007 Vol 13, No 1 (2007): MARET 2007 Vol 12, No 4 (2006): DESEMBER 2006 Vol 12, No 3 (2006): SEPTEMBER 2006 Vol 12, No 2 (2006): JUNI 2006 Vol 12, No 1 (2006): MARET 2006 Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005 Vol 11, No 3 (2005): SEPTEMBER 2005 Vol 11, No 2 (2005): JUNI 2005 Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 10, No 4 (2004): Desember, 2004 Vol 10, No 3 (2004): September, 2004 Vol 10, No 2 (2004): Juni 2004 Vol 10, No 1 (2004): Maret 2004 Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003 Vol 9, No 3 (2003): September, 2003 Vol 9, No 2 (2003): Juni, 2003 Vol 9, No 1 (2003): Maret, 2003 Vol 8, No 4 (2002): Desember, 2002 Vol 8, No 3 (2002): September, 2002 Vol 8, No 2 (2002): Juni, 2002 Vol 8, No 1 (2002): Maret, 2002 Vol 7, No 4 (2001): Desember, 2001 Vol 7, No 3 (2001): September, 2001 Vol 7, No 2 (2001): Juni,2001 Vol 7, No 1 (2001): Maret, 2001 Vol 6, No 3 (2000): Desember, 2000 Vol 6, No 2 (2000): September, 2000 Vol 6, No 1 (2000): Juni, 2000 Vol 5, No 4 (2000): Maret, 2000 Vol 5, No 3 (1999): Desember, 1999 Vol 5, No 2 (1999): September, 1999 Vol 5, No 1 (1999): Juni, 1999 Vol 4, No 6 (1999): Maret, 1999 Vol 4, No 5 (1999): Januari, 1999 Vol 4, No 4 (1998): November, 1998 More Issue