cover
Contact Name
Pantjar Simatupang
Contact Email
jae.psekp@gmail.com
Phone
+62251-8333964
Journal Mail Official
jae.psekp@gmail.com
Editorial Address
Lt. III Gedung A. Kawasan Inovasi Pertanian Cimanggu Jl. Tentara Pelajar No. 3B, Kota Bogor 16111
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Agro Ekonomi
ISSN : 02169053     EISSN : 25411527     DOI : http://dx.doi.org/10.21082/
Core Subject : Agriculture,
Ruang lingkup dari Jurnal Agro Ekonomi adalah sosial ekonomi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan
Articles 391 Documents
Market Conduct of the Corn Seed Producers: Multinationals Versus Local Companies Bambang Sayaka
Jurnal Agro Ekonomi Vol 23, No 2 (2005): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (130.583 KB) | DOI: 10.21082/jae.v23n2.2005.101-132

Abstract

IndonesianSekarang semakin banyak petani jagung yang menggunakan varietas yang produktivitasnya tinggi baik komposit maupun hibrida. Kecenderungan ini mendorong produsen benih untuk mengintensifkan bisnis mereka dengan berbagai strategi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa strategi pasar yang dilakukan oleh produsen benih jagung di Jawa Timur. Dengan modal, teknologi dan sumberdaya manusia yang lebih baik, perusahaan multinasional cenderung oligopolistik dan mendominasi industri benih jagung. Perusahaan multinasional juga lebih banyak melakukan penjualan melalui pasar terbuka dan memiliki indeks integrasi lebih tinggi. Pemerintah harus melakukan pengawasan yang ketat dalam industri ini agar kepentingan petani tidak dikorbankan. Untuk bersaing dengan perusahan multinasional, perusahaan lokal harus menerapkan strategi pasar yang lebih baik, misalnya meningkatkan kualitas benih dan mengurangi ketergantungan penjualan terhadap proyek pemerintah.EnglishCurrently corn farmers tend to apply high yielding varieties of composite and hybrid types. This trend encourages the corn seed producers to intensify their business, but tight competion has forced them to set their own strategy in order to get market shares. This study aimed at analyzing market conduct carried out by the corn seed producers in East Java. Having stronger capital, technology, and human resources, the multinational producers tended to be oligopolistic and dominated the corn seed industry. The multinationals were better off in selling their products through open market and had higher integration indexes. The government has to strictly apply the existing policy related to this industry’ conduct in order to protect farmers’ interest that may be negated by the competing corn seed producers. To contest with the multinationals, the local producers have to apply better market conduct, for example improving corn seed products and lessening reliance on captive market.
Demand for Inputs and Supply of Rice Under Risk and Selectivity Bias: A Study of Indonesian Farmers nFN Hermanto
Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 2 (1990): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2928.982 KB) | DOI: 10.21082/jae.v9n2.1990.1-29

Abstract

IndonesianPengambilan keputusan dalam proses produksi pertanian pada umumnya dilakukan secara beruntut mengingat akan adanya senjang waktu antara saat input dialokasikan dengan saat realisasi produksi. Studi tentang bagaimana prilaku petani dalam membuat keputusan dalam memilih jenis varitas dan jumlah input yang digunakan dalam proses produksi yang penuh dengan resiko, dapat memberikan pengertian yang lebih baik tentang bagaimana petani bereaksi terhadap kebijakan pertanian yang berkaitan dengan harga dan investasi di Indonesia. Dari hasil analisis fungsi logit, dapat diidentifikasikan bahwa peluang petani untuk mendapatkan hasil panen padi yang tidak baik sangat ditentukan oleh besarnya frekuensi kekeringan dan serangan hama disuatu lokasi. Penelitian ini selanjutnya menggunakan peubah frekuensi serangan hama dan kekeringan sebagai peubah yang menggambarkan besarnya resiko berproduksi tanaman padi. Dari hasil analisis fungsi probit dapat ditunjukkan bahwa petani cenderung menjadi enggan resiko ketika mereka memilih varitas padi. Kenyataan ini dapat dipahami mengingat bahwa untuk menanam padi, khususnya dengan varitas unggul, petani harus mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk tenaga kerja dan pembelian pupuk jika dibanding dengan biaya yang harus dikeluarkan jika ia menanam varitas padi lokal. Analisis permintaan "ex-ante menunjukkan bahwa tenaga kerja dapat dipandang sebagai input yang cenderung memperkecil resiko berproduksi padi varitas unggul. Hasil analisa juga menunjukkan bahwa pupuk adalah input yang cenderung meningkatkan resiko berproduksi baik untuk padi unggul maupun padi lokal. Sehubungan dengan analisis fungsi permintaan yang telah memperhitungkan efek bias dalam pemilihan varitas padi dapat ditunjukkan bahwa terjadi korelasi positif antara besarnya jumlah pupuk yang diminta dengan variabel yang menunjukkan efek bias dalam pemilihan varitas (VRSBT) tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa dengan mengabaikan pengaruh efek bias pemilihan varitas dapat mempengaruhi keabsahan dalam pendugaan parameter fungsi permintaan pupuk.
Faktor-Faktor yang Memotivasi Petani Menjual Lahan dan Dampaknya di Daerah Suburban Studi Kasus di Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor Iskandar Andi Nuhung
Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 1 (2015): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.989 KB) | DOI: 10.21082/jae.v33n1.2015.17-33

Abstract

EnglishLand conversion keeps threating sustainable agriculture as the converted land is fertile, irrigated in urban and suburban areas. Market mechanism along with its affecting factors and process encourages agricultural land conversion. This study was conducted in Nagrak Village, Sukaraja District, Bogor Regency aimed at assessing factors affecting people to convert agricultural land transaction along with its impacts and implications. There were 50 respondents in this study chosen using a stratified random sampling method. Data were analyzed using a multiple regression. The most significant factor motivating farmers to sell their agricultural land was urgent cash need. Other factor motivating farmers to sell their agricultural land is related business motivating. Land transaction between owners and buyers was either direct or indirect using brokers. Buyers purchase agricultural land was due to investment motivation, housing construction, or other purposes. Money earned from selling agricultural land was used for consumption expenditure (70%), and business capital and educational spending (30%). Impacts of land transaction and conversion were land use structure, increased money circulation in the rural areas, unemployment, and less water catchment in suburban areas. Continued study on land transaction and conversion is necessary for a larger scope both at regional and national levels.IndonesianTransaksi dan konversi lahan menjadi semakin mengancam keberlangsungan usaha pertanian karena lahan pertanian yang terkonversi umumnya lahan subur beririgasi yang berada di sekitar perkotaan atau suburban. Terjadinya transaksi didorong oleh adanya permintaan dan kesediaan petani untuk menjual lahannya. Permasalahannya adalah faktor-faktor apa yang memotivasi petani menjual lahannya, bagaimana proses transaksi itu terjadi, dan bagaimana dampak dari transaksi tersebut. Kajian  yang  dilakukan di daerah suburban Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi motivasi masyarakat  sekaligus mengamati secara deskriptif proses  terjadinya transaksi lahan, serta dampak dan implikasi yang diakibatkannya. Kajian ini mewawancarai 50 responden yang dipilih secara acak berjenjang (stratified sampling) dari tingkat kecamatan sampai rukun tetangga. Data dianalisis secara kuantitatif dengan  regresi berganda serta analisis deskriptif kualitatif dengan tabulasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang paling signifikan berpengaruh pada motivasi petani menjual lahannya adalah adanya kebutuhan mendesak dari keluarga petani. Faktor lainnya adalah terkait motivasi urusan bisnis. Mekanisme transaksi oleh pembeli dilakukan baik langsung maupun tidak langsung (melalui pihak ketiga), melalui biong, tokoh, aparat, dan perantara lainnya. Motif pembelian adalah untuk investasi (menyimpan uang dalam bentuk barang), pembangunan perumahan, dan peruntukan lain. Penggunaan uang hasil penjualan  bersifat konsumtif (70%)  serta  untuk modal usaha dan pendidikan (30%). Transaksi dan konversi lahan pertanian telah berdampak pada struktur penggunaan lahan, aspek ekonomi dalam bentuk bertambahnya uang beredar di desa, aspek sosial budaya berupa timbulnya pengangguran baru, dan aspek ekologi yaitu  berkurangnya wilayah resapan di daerah suburban. Diperlukan penelitian lanjutan yang lebih luas dan lebih mendalam untuk mengetahui fenomena transaksi lahan yang terjadi saat ini pada skala regional dan nasional.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Harga Lahan Sawah Pada Proses Alih Fungsi Lahan Sawah Ke Penggunaan Non Pertanian: Studi Kasus di Beberapa Desa, Kabupaten Karawang, Jawa Barat Erizal Jamal
Jurnal Agro Ekonomi Vol 19, No 1 (2001): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.582 KB) | DOI: 10.21082/jae.v19n1.2001.45-63

Abstract

EnglishWet land conversion to non-agricultural purposes is a choice taken by farmers rationally within a circumstances where the size of land holding is squeezing over time, and where farm activities could not give adequate returns. The actual selling price of converted land is, however, not representing the real price of the land. Moreover, existing institutions could not control the land conversion effectively. A study conducted involving 90 farmers in the three villages of Karawang, West Java, suggested that the price is significantly determined by the status of land, its labor absorption, and the distance of the land from tertiary drainage and industrial/settlement areas. Other factors such as productivity of the land and condition of irrigation are not significantly affect the price. Meanwhile, government regulation on wet land control and protection tend not to be consistent or even contradict one to another. In the process of land conversion, the landowner is likely to be in a weak position. To control the land conversion, appropriate and operationally applicable policy should be implemented; such as, applying compensation of incentive or disincentive.IndonesianAlih fungsi lahan sawah ke penggunaan non-pertanian merupakan pilihan rasional yang diambil petani, di tengah makin menyempitnya rata-rata penguasaan lahan dan tidak memadainya hasil dari kegiatan usahatani di sawah dalam memenuhi kebutuhannya. Masalahnya sekarang dalam proses alih fungsi lahan tersebut, harga yang diterima petani belum sepenuhnya mencerminkan nilai sebenarnya dari lahan, sehingga kalau terus dibiarkan dikuatirkan menghambat upaya optimalisasi pemanfaatan sumber daya di suatu wilayah. Hasil kajian di beberapa desa di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pada 90 orang petani yang sawahnya dialih fungsikan, terlihat bahwa harga lahan yang diterima petani lebih banyak hanya mempertimbangkan faktor letak terhadap jalan utama dan status penguasaan lahan. Sementara itu kondisi irigasi dan produktivitas lahan tidak berpengaruh secara nyata terhadap harga lahan sawah, demikian juga faktor lingkungan lainnya. Sehingga menyerahkan sepenuhnya alokasi pemanfaatan lahan kepada mekanisme pasar, akan menyebabkan lahan pertanian subur semakin terancam keberadaannya. Berkaitan dengan kecenderungan alih fungsi ini, pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan untuk mencegah terjadinya alih fungsi, namun karena tidak konsisten, peraturan yang ada belum sepenuhnya mampu melindungi lahan sawah. Pada masa yang akan datang perlu diterapkan kebijakan "insentif dan "disinsentif' dalam pengendalian alih fungsi lahan sawah. Disinsentif itu berupa penentuan kompensasi, di luar harga jual, terhadap pihak-pihak yang akan melakukan alih fungsi yaitu dengan memperhitungkan nilai sebenarnya dari lahan.
Penawaran Beras Indonesia: Suatu Analisa Kontribusi Peubah Penentu Produksi Beras Indonesia Erna Maria Lokollo
Jurnal Agro Ekonomi Vol 5, No 1 (1986): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.098 KB) | DOI: 10.21082/jae.v5n1.1986.30-37

Abstract

IndonesianBeras merupakan komoditi pangan utama di Indonesia. Konsekuensinya Pemerintah harus tanggap terhadap parameter yang berhubungan dengan penawaran beras. Penelitian ini menduga fungsi komponen luas panen dan produksi per hektar lahan sawah dan ladang di semua propinsi Indonesia kecuali Timor-Timur. Alat analisa yang digunakan adalah persamaan regresi logaritma dengan menggunakan data sekunder. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penggunaan varietas unggul dan harga pupuk nyata mempengaruhi areal panen, dengan elastisitas masing-masing 1.0015 dan -0.8720 (sawah) dan 0.9005 dan -1.006 (ladang). Penggunaan pupuk, varietas unggul dan harga padi nyata mempengaruhi produksi per hektar. Elastisitas masing-masing antara 0.125 sampai -0.384; 0.604 sampai -0.263 dan 0.639 sampai -0.917 untuk lahan sawah dan ladang.
Analisis Efisiensi Usahatani Padi di Beberapa Sentra Produksi Padi di Indonesia Nunung Kusnadi; Netti Tinaprilla; Sri Hery Susilowati; Adreng Purwoto
Jurnal Agro Ekonomi Vol 29, No 1 (2011): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (974.62 KB) | DOI: 10.21082/jae.v29n1.2011.25-48

Abstract

EnglishProduction efficiency improvement to increase national rice production becomes an important alternative at present since the farm areal extension alternatives seems to be more difficult to conduct. Land availability for rice farming is limited and land conversion from agriculture to non agriculture purposes is increasing because of many reasons. This paper aims to analyze the level of technical production efficiency in rice-producing provinces and to analyze factors influencing its technical efficiency. The results indicated that rice farming in five provinces is efficient with an average of technical efficiency of 91.86 percent. Factors influencing production efficiency are farmers’ ages and education levels, dummy variables of season, farmers group, land owner status, rice farming location, and number of parcel of land ownership. IndonesianUpaya peningkatan produksi beras nasional melalui efisiensi produksi  saat ini menjadi alternatif yang penting, mengingat alternatif melalui jalur ekstensifikasi  melalui perluasan areal tampaknya semakin sulit  ditempuh. Penyediaan lahan pertanian produktif semakin terbatas dan konversi lahan dari pertanian ke nonpertanian sulit dibendung karena berbagai alasan.  Tujuan kajian ini untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis produksi padi di beberapa provinsi sentra produksi padi nasional dan  mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi produksi padi tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani padi di lima provinsi sentra di Indonesia telah efisien dengan rata-rata efisiensi 91,86 persen. Peningkatan efisiensi akan memberikan  hasil lebih baik jika diarahkan ke luar Jawa. Lahan menjadi faktor paling responsif dalam upaya peningkatan produksi. Faktor  yang berpengaruh nyata terhadap inefisiensi yaitu umur petani, pendidikan petani, dummy musim, dummy kelompok tani, dummy status kepemilikan lahan, kepemilikan persil, dan dummy lokasi Jawa dan luar Jawa.
Daya Saing Minyak Kelapa Sawit Indonesia di Pasar Eropa Barat, Amerika Serikat, dan Jepang Bambang Dradjat; Prajogo U. Hadi
Jurnal Agro Ekonomi Vol 15, No 1 (1996): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.167 KB) | DOI: 10.21082/jae.v15n1.1996.72-91

Abstract

Until the early 1990's, the competition of palm oil in international markets has been dominated by Malaysian palm oil. It is believed that Indonesian palm oil is less competitive that of Malaysian's palm in the markets. The objectives of the present study are to analyse the competitiveness of Indonesian palm oil in the international markets, and to formulate strategies for market development. A Market-share approach is used to estimate the competitiveness of palm oil from Indonesia, Malaysia, and the Rest of the World (ROW) in West European, the United States, and Japanese markets. The results show that Indonesian palm oil is relatively competitive in comparison to that of Malaysian and ROW in most of the markets. Strategies to enhance market development for Indonesian palm oil are necessary. In the West European market, strategies to increase or to maintain market shares of Indonesian palm oil is of importance. In the United Kingdom, Netherlands, and German markets, in particular, the strategies have to take market situation of soybean oil into account. In the US and Japanese markets, strategies to penetrate or expand market is essential. These market development strategies deserve market and marketing supports.
Keuntungan Komparatif Usahatani Ubikayu di Daerah Produksi Utama di Lampung dan Jawa Timur Achmad Suryana
Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 1 (1981): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.493 KB) | DOI: 10.21082/jae.v1n1.1981.37-55

Abstract

IndonesianTanaman ubikayu mempunyai dua peranan, yaitu sebagai tanaman pangan dan tanaman perdagangan. Produk ubikayu berupa gaplek, pelet, dan tapioka merupakan komoditi ekspor yang menempatkan Indonesia pada urutan kedua setelah Thailand sebagai negara pengekspor ubikayu. Permintaan gaplek di pasar intemasional selama 10 tahun terakhir meningkat pesat terutama dari negara-negara MEE, tetapi Indonesia tidak sempat memanfaatkannya. Penyebabnya adalah elastisitas penawaran rendah karena pengelolaan usahatani ubikayu rakyat masih subsisten. Hal ini tercermin dari produksi ubikayu yang tidak mengalami kenaikan pada 10 tahun terakhir. Penyebab lainnya adalah permintaan ubikayu untuk bahan baku industri dalam negeri meningkat dan sebagian besar produksi ubikayu digunakan sebagai bahan pangan. Masalah pengembangan komoditi memang banyak, tetapi dapat kita golongkan pada dua macam masalah pokok, yakni: Potensi pengadaan dilihat dari segi biaya produksi dan sumberdaya yang tersedia.Kemampuan sistem tataniaga, yang harus tercermin pada kemampuan sistem itu memberikan respon terhadap perubahan permintaan pasar, di dalam maupun luar negeri.Penelitian ini mencoba menemukan jawaban atas sebagian dari permasalahan pertama. Daerah Lampung dan Jawa Timur dipakai sebagai daerah penelitian karena kedua daerah ini merupakan propinsi utama penghasil ubikayu di Jawa dan luar Jawa.
Dampak Perubahan Harga Bahan Bakar Minyak Terhadap Kinerja Sektor Pertanian (Pendekatan Analisis Input-Output) Pantjar Simatupang; Supena Friyatno
Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 1 (2016): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.047 KB) | DOI: 10.21082/jae.v34n1.2016.1-15

Abstract

EnglishThis study aims to estimate quantitative impacts of fuel price adjustment on prices of agribusiness inputs and outputs, inflation and household expenditures, farm profitability and farmers’ welfare as well as Gross Domestic Products form agriculture sector as the key parameters in designing policies related with fuel price adjustment to be conducted by the Government in the future. This study applies an Input-Output analysis (National Input-Output Table 2005). Micro agribusiness survey was also conducted to check validity of the macro secondary data. The Input-Output analysis shows if fuel price is raised by 100% then the agribusiness profitability will decrease by around 0.095–0.142% for food and horticulture farms, 0.052–0.141% for estate crops farms, 0.537-0.756% for livestock farms and 0.058–0.223% for post-harvest and processing business. Inflation elasticity is 0.044%. If the fuel price is raised by 1% then inflation will increase by 0.044%. Inflation rate can be seen as the increase in the household cost of living if there is no change in quantity of the consumption. Accordingly, if the fuel price is indeed must be increased to reduce the budget expense of the fuel subsidy and to improve energy use efficiency then it should be conducted gradually, say 10% per occasion, such that it would not have significant impacts on agricultural performance as well as farmers’ and rural people’s welfare. It is regrettable to see the historical experience that the government tends to postpone adjusting the fuel price, perhaps for political reason, but in the end has to rise fuel price sharply causing significant negative impacts on agricultural performances as well as farmers’ welfare.IndonesiaPenelitian ini dilakukan untuk memperoleh dugaan dampak perubahan harga BBM terhadap harga sarana, prasarana, dan hasil usaha pertanian, serta kinerja sektor pertanian yang merupakan parameter kunci dalam perumusan kebijakan terkait dengan penyesuaian harga BBM yang kemungkinan besar masih akan harus dilakukan pemerintah. Metode yang digunakan untuk menjawab tujuan tersebut adalah analisis input-output (Tabel IO Nasional tahun 2005). Survei mikro usaha pertanian juga dilakukan sebagai validasi kelogisan hasil analisis IO. Analisis input-output menunjukkan bahwa apabila harga BBM ditingkatkan 100% maka profitabilitas usaha akan menurun sekitar 0,095–0,142% untuk usaha tanaman pangan dan hortikultura, sekitar 0,052–0,141% untuk usaha perkebunan, sekitar 0,537–0,756% untuk usaha peternakan, dan sekitar 0,058–0,223% untuk usaha pascapanen dan pengolahan hasil pertanian. Elastisitas inflasi terhadap harga BBM adalah 0,044%. Apabila harga BBM ditingkatkan 1%, inflasi akan meningkat 0,044%. Inflasi dapat pula dipandang sebagai peningkatan biaya hidup atau pengeluaran konsumsi penduduk bila tidak ada perubahan kuantitas konsumsi. Oleh karena itu, kalau memang harus dilakukan guna mengurangi beban anggaran subsidi dan mendorong efisiensi penggunaan energi, kebijakan penyesuaian harga BBM sebaiknya dilakukan secara bertahap, misalnya 10% tiap kali peningkatan, sehingga dampaknya tidak berpengaruh nyata terhadap kinerja sektor pertanian maupun terhadap kesejahteraan petani dan penduduk perdesaan secara umum. Namun, pengalaman dari masa lalu menunjukkan bahwa pemerintah cenderung menunda-nunda kenaikan harga BBM, barangkali karena alasan politik, sehingga terpaksa melakukan kenaikan harga BBM secara tajam dan dampaknya terhadap kinerja usaha pertanian dan kesejahteraan petani pun akan besar.
Integrasi Perdagangan dan Dinamika Ekspor Indonesia ke Timur Tengah (Studi Kasus: Turki, Tunisia, dan Maroko) Rina Oktaviani; nFN Widyastutik; Tanti Novianti
Jurnal Agro Ekonomi Vol 26, No 2 (2008): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.925 KB) | DOI: 10.21082/jae.v26n2.2008.167-189

Abstract

EnglishEconomic development contributes to integration and trade dynamics among countries. From now on, with global economic crisis as background setting, market diversification seems to be an appropriate strategy to minimize the hazardous impact on Indonesia’s trade balance performance. It appears that the Middle East is a promising region with Turkey, Tunisia, dan Morocco as potential trade partners. An Intra Industry Trade (IIT) analysis shows that Indonesia experiences a relatively higher trade integration with Turkey compared to those with Tunisia and Morocco. In the meantime,  a Constant Market Share Analysis (CMS) analysis indicates that the existing export dynamics is convergence for potential products. These products of animal and vegetable fats and  oils, wood and wood products, and rubber and rubber products vary in decomposition effects in each trade partner. Combination of market intelligence and export product differentiation is considered as a comprehensive recommendation in first round stage for the Indonesia-Middle East FTA. IndonesianPerekonomian dunia yang berkembang pesat menyebabkan semakin tingginya integrasi dan dinamika perdagangan antarnegara. Dengan latar belakang krisis keuangan global, strategi diversifikasi pasar dianggap tepat untuk meminimisasi dampak yang merugikan bagi performa neraca perdagangan Indonesia. Komitmen strategi diversifikasi destinasi pasar memunculkan kawasan Timur Tengah sebagai kawasan yang potensial, meliputi Turki, Tunisia, dan Maroko. Analisis Intra Industry Trade (IIT) menunjukkan bahwa derajat integrasi perdagangan Indonesia–Turki lebih erat dibandingkan dengan Tunisia dan Maroko. Sementara itu, analisis Constant Market Share (CMS) mengindikasikan bahwa terdapat fenomena yang konvergen bagi dinamika ekspor Indonesia, dimana  minyak yang berasal dari tumbuhan dan hewan, kayu dan produk kayu, serta karet dan produk karet menjadi produk yang potensial dengan efek dekomposisi yang bervariasi pada setiap mitra dagang. Kombinasi penguatan market intelligence (sisi permintaan) dan diferensiasi produk ekspor (sisi penawaran) merupakan rekomendasi komprehensif bagi tahap inisiasi FTA Indonesia-Timur Tengah.

Page 10 of 40 | Total Record : 391


Filter by Year

1981 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2021): Jurnal Agro Ekonomi: IN PRESS Vol 39, No 1 (2021): Jurnal Agro Ekonomi Vol 38, No 2 (2020): Jurnal Agro Ekonomi Vol 38, No 1 (2020): Jurnal Agro Ekonomi Vol 37, No 2 (2019): Jurnal Agro Ekonomi Vol 37, No 1 (2019): Jurnal Agro Ekonomi Vol 36, No 2 (2018): Jurnal Agro Ekonomi Vol 36, No 1 (2018): Jurnal Agro Ekonomi Vol 35, No 2 (2017): Jurnal Agro Ekonomi Vol 35, No 1 (2017): Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 2 (2016): Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 1 (2016): Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 2 (2015): Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 1 (2015): Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 2 (2014): Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 1 (2014): Jurnal Agro Ekonomi Vol 31, No 2 (2013): Jurnal Agro Ekonomi Vol 31, No 1 (2013): Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 2 (2012): Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 1 (2012): Jurnal Agro Ekonomi Vol 29, No 2 (2011): Jurnal Agro Ekonomi Vol 29, No 1 (2011): Jurnal Agro Ekonomi Vol 28, No 2 (2010): Jurnal Agro Ekonomi Vol 28, No 1 (2010): Jurnal Agro Ekonomi Vol 27, No 2 (2009): Jurnal Agro Ekonomi Vol 27, No 1 (2009): Jurnal Agro Ekonomi Vol 26, No 2 (2008): Jurnal Agro Ekonomi Vol 26, No 1 (2008): Jurnal Agro Ekonomi Vol 25, No 2 (2007): Jurnal Agro Ekonomi Vol 25, No 1 (2007): Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 2 (2006): Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 1 (2006): Jurnal Agro Ekonomi Vol 23, No 2 (2005): Jurnal Agro Ekonomi Vol 23, No 1 (2005): Jurnal Agro Ekonomi Vol 22, No 2 (2004): Jurnal Agro Ekonomi Vol 22, No 1 (2004): Jurnal Agro Ekonomi Vol 21, No 2 (2003): Jurnal Agro Ekonomi Vol 21, No 1 (2003): Jurnal Agro Ekonomi Vol 20, No 2 (2002): Jurnal Agro Ekonomi Vol 20, No 1 (2002): Jurnal Agro Ekonomi Vol 19, No 2 (2001): Jurnal Agro Ekonomi Vol 19, No 1 (2001): Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 2 (1999): Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 1 (1999): Jurnal Agro Ekonomi Vol 17, No 2 (1998): Jurnal Agro Ekonomi Vol 17, No 1 (1998): Jurnal Agro Ekonomi Vol 16, No 1-2 (1997): Jurnal Agro Ekonomi Vol 15, No 2 (1996): Jurnal Agro Ekonomi Vol 15, No 1 (1996): Jurnal Agro Ekonomi Vol 14, No 2 (1995): Jurnal Agro Ekonomi Vol 14, No 1 (1995): Jurnal Agro Ekonomi Vol 13, No 2 (1994): Jurnal Agro Ekonomi Vol 13, No 1 (1994): Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 2 (1993): Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 1 (1993): Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 2 (1992): Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 1 (1992): Jurnal Agro Ekonomi Vol 10, No 1-2 (1991): Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 2 (1990): Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 1 (1990): Jurnal Agro Ekonomi Vol 8, No 2 (1989): Jurnal Agro Ekonomi Vol 8, No 1 (1989): Jurnal Agro Ekonomi Vol 7, No 2 (1988): Jurnal Agro Ekonomi Vol 7, No 1 (1988): Jurnal Agro Ekonomi Vol 6, No 1-2 (1987): Jurnal Agro Ekonomi Vol 5, No 2 (1986): Jurnal Agro Ekonomi Vol 5, No 1 (1986): Jurnal Agro Ekonomi Vol 4, No 2 (1985): Jurnal Agro Ekonomi Vol 4, No 1 (1985): Jurnal Agro Ekonomi Vol 3, No 2 (1984): Jurnal Agro Ekonomi Vol 3, No 1 (1983): Jurnal Agro Ekonomi Vol 2, No 1 (1982): Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 2 (1982): Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 1 (1981): Jurnal Agro Ekonomi More Issue