cover
Contact Name
Pantjar Simatupang
Contact Email
jae.psekp@gmail.com
Phone
+62251-8333964
Journal Mail Official
jae.psekp@gmail.com
Editorial Address
Lt. III Gedung A. Kawasan Inovasi Pertanian Cimanggu Jl. Tentara Pelajar No. 3B, Kota Bogor 16111
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Agro Ekonomi
ISSN : 02169053     EISSN : 25411527     DOI : http://dx.doi.org/10.21082/
Core Subject : Agriculture,
Ruang lingkup dari Jurnal Agro Ekonomi adalah sosial ekonomi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan
Articles 391 Documents
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi, Konsumsi dan Harga Beras serta Inflasi Bahan Makanan A. Husni Malian; Sudi Mardianto; Mewa Ariani
Jurnal Agro Ekonomi Vol 22, No 2 (2004): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.795 KB) | DOI: 10.21082/jae.v22n2.2004.119-146

Abstract

EnglishRice price policy is one of the important instruments in order to create national food security. The aims of this research are to analyze the impact of factors on  production and consumption of rice, also the change of domestic rice price and food index. The secondary data, especially from BPS, Department of Agriculture and Bulog, is analyzed in quantitative way using econometrics model. The government’s basis paddy price policy, which was determined by Inpres No. 9, 2002 can’t be implemented effectively because government doesn’t maintain the compatible supporting policy. Factors that influence the paddy production are last year paddy harvest area, rice import, price of urea-based fertilizer, real exchange value, and domestic rice price. Factors that influence the rice consumption are numbers of population, domestic rice price, last year rice import, domestic corn price and real exchange value. Factors that influence the domestic rice price are real exchange value, domestic corn price and basic rice price. In the mean time, factors that influence inflation, which is represented by the price changing of food index are the domestic rice price, real exchange value, excess demand of rice, basic rice price, world rice price and paddy total production. Low rice price policy is not suggested because in fact can’t push industrial sector to compete in the world market. Policy of domestic paddy/rice price stability, which is oriented on increasing farmer’s income, is the package of policy needed by farmer nowadays.  IndonesianKebijakan harga gabah dan beras merupakan salah satu instrumen penting dalam menciptakan ketahanan pangan nasional. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras, serta perubahan harga beras domestik dan indeks harga bahan makanan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari BPS, Deptan dan Bulog yang dianalisis dengan menggunakan model ekonometrik. Hasil analisis menunjukkan bahwa kebijakan harga dasar gabah tidak akan efektif apabila tidak diikuti dengan kebijakan perberasan lainnya. Faktor determinan yang teridentifikasi memberikan pengaruh adalah: (1) Produksi padi dipengaruhi oleh luas panen padi tahun sebelumnya, impor beras, harga pupuk urea, nilai tukar riil dan harga beras di pasar domestik; (2) Konsumsi beras dipengaruhi oleh jumlah penduduk, harga beras di pasar domestik, impor beras tahun sebelumnya, harga jagung pipilan di pasar domestik, dan nilai tukar riil; (3) Harga beras di pasar domestik dipengaruhi oleh nilai tukar riil, harga jagung pipilan di pasar domestik dan harga dasar gabah; dan (4) Indeks harga kelompok bahan makanan dipengaruhi oleh harga beras di pasar domestik, nilai tukar riil, excess demand beras, harga dasar gabah, harga beras dunia dan total produksi padi. Kebijakan harga beras murah tidak dianjurkan, karena bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa kebijakan ini telah menyengsarakan petani padi dan tidak mampu mendorong sektor industri untuk mampu bersaing di pasar dunia. Kebijakan stabilitas harga beras di pasar domestik yang berorientasi pada peningkatan pendapatan petani, merupakan paket kebijakan yang sangat diperlukan petani padi saat ini.
Alternatif Kebijaksanaan Harga Untuk Meningkatkan Produksi Padi Sawah dan Pendapatan Petani (Kasus Sulawesi Selatan dan Sumatera Barat) Prajogo Utomo Hadi
Jurnal Agro Ekonomi Vol 8, No 2 (1989): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.178 KB) | DOI: 10.21082/jae.v8n2.1989.46-63

Abstract

EnglishThe aim of rice-price support and input-subsidy schemes is to increase domestic rice production and farmers' income. Employing the Cobb-Douglas profit function approach, the present study found that the lowland rice farmers in South Sulawesi and West Sumatera are profit maximisers, the production exhibits constant return to scale, and equal economic efficiency of small and large farm size and of two regions exists. In order to increase both rice production and farmers' income, the relative prices of inputs and output should be lowered.IndonesianTujuan kebijaksanaan harga padi dan subsidi harga input adalah untuk meningkatkan produksi beras dan pendapatan petani. Dengan menggunakan pendekatan fungsi keuntungan Cobb-Douglas, studi ini menemukan bahwa petani padi sawah di Sulawesi Selatan dan Sumatera Barat memaksimumkan keuntungannya, produksi bersifat constant return to scale, dan terdapat kesamaan dalam efisiensi ekonomik antara petani sempit dan petani luas dan antar daerah. Untuk meningkatkan produksi beras dan pendapatan petani, harga relatif input terhadap output perlu diturunkan.
Technical Efficiency and Income Level of Sugarcane Farming in Pati Regency Dwi Retno Mulyanti; nFN Jamhari
Jurnal Agro Ekonomi Vol 37, No 2 (2019): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (773.516 KB) | DOI: 10.21082/jae.v37n2.2019.95-112

Abstract

IndonesianDefisit produksi gula dalam negeri antara lain disebabkan oleh rendahnya produktivitas usaha tani tebu. Peningkatan efisiensi teknis dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi teknis usaha tani tebu dengan metode MLE stochastic frontier production function. Data primer diperoleh dari 61 contoh yang dipilih secara acak dari populasi petani tebu di pabrik gula Pakis Baru dan Trangkil di Kabupaten Pati pada April-Mei  2018.  Analisis menunjukkan bahwa efisiensi teknis dan pendapatan usaha tani tebu dengan sistem benih baru lebih tinggi daripada dengan sistem kepras. Penggunaan pupuk kimia sudah berlebihan. Keanggotaan kelompok tani berdampak signifikan dalam meningkatkan inefisiensi pada sistem benih baru, sedangkan keanggotaan dalam koperasi berpengaruh signifikan dalam menurunkan inefisiensi pada sistem benih baru. Jumlah anggota keluarga berpengaruh signifikan dalam mengurangi inefisiensi teknis sistem kepras.  Efisiensi teknis dan pendapatan usaha tani tebu dapat ditingkatkan melalui optimasi penggunaan sarana produksi dengan mematuhi rekomendasi pabrik mitra dan pemerintah, khususnya penggunaan pupuk sesuai dosis rekomendasi dan penggantian ratun yang sudah berumur tiga tahun dengan benih baru bermutu tinggi sesuai agroekosistem spesifik lokasi. Untuk itu, penyediaan layanan penyuluhan yang efektif merupakan syarat keharusan. EnglishDomestic sugar production deficit is partly caused low productivity of sugarcane farming. Improving technical efficiency may increase farm productivity and income. The study aims to analyze the sugarcane farming technical efficiency by using the stochastic frontier production function. The primary data were obtained from 61 randomly selected samples of sugarcane farmers population of the Pakis Baru and Trangkil sugar factories in Pati Regency in April-May 2018. The study shows that the sugarcane farming technical efficiency and income of the new sugarcane seed system is higher than the ratoon system. Chemical fertilizers have been over used.  Farmer group membership significantly increases inefficiency of the new sugarcane seed system, while the cooperative membership significantly decreases inefficiency of the new sugarcane seed system. Family member significantly decreases technical inefficiency of the ratoon system. Technical efficiency and farmers’ income can be improved by allocating production inputs in efficient manner based on the recommendations of partner Sugar Factory and Government, of in particular, fertilizer utilizations according to the recommended dosages and replacement of the already three years ratoon seeds with new high-quality seeds in accordance with the local agroecosystem condition. To this end, provision of an effective extension service is imperative.
Impacts of Cooperative Membership on Sugarcane Farmers’ Income in East Java Ening Ariningsih
Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 2 (2014): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.851 KB) | DOI: 10.21082/jae.v32n2.2014.147-165

Abstract

IndonesianProvinsi Jawa Timur merupakan sentra produksi tebu terbesar di Indonesia dan koperasi mempunyai peran penting dalam agribisnis tebu di wilayah itu.  Akan tetapi, walaupun banyak manfaat yang ditawarkan oleh koperasi, masih banyak petani tebu yang enggan untuk menjadi anggota koperasi. Studi ini bertujuan untuk mengkaji dampak keanggotaan koperasi terhadap pendapatan petani tebu di Jawa Timur.  Uji perbandingan nilai tengah dua contoh dengan uji-t digunakan dalam membandingkan biaya usahatani, penerimaan, dan pendapatan usahatani antara anggota dan bukan anggota, dan antara anggota dan bukan anggota yang memanfaatkan layanan jasa koperasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa layanan jasa koperasi mempunyai dampak yang positif terhadap harga tebu di tingkat petani. Demikian pula dampak positif secara nyata terhadap biaya usahatani,  penerimaan, dan pendapatan bersih usahatani dibandingkan dengan bukan anggota yang tidak memanfaatkan layanan jasa koperasi. Sebaliknya, tidak ada perbedaan yang nyata dalam biaya usahatani, penerimaan, dan pendapatan bersih usahatani antara petani anggota dan bukan anggota yang memanfaatkan jasa koperasi.  Hal ini menunjukkan bahwa status keanggotaan tidak berdampak nyata terhadap variabel-variabel tersebut selama kedua kelompok mendapat jasa layanan koperasi. Oleh karena itu, disarankan untuk membedakan layanan jasa antara anggota dan bukan anggota pada tingkat yang bisa memberikan insentif bagi bukan anggota untuk menjadi anggota koperasi.EnglishEast Java Province is the largest sugarcane producing center in Indonesia and cooperatives have important roles in sugarcane agribusiness in this province. However, in spite of the advantages offered by the cooperatives, there are still many farmers reluctant to become members of the cooperatives.  The objective of this study was to assess the impact of cooperative membership on sugarcane farmers’ income in East Java. The comparison of two samples means using t-test was applied in comparing the means of costs, revenue, and net farm income between members and non-members as well as members and non-members who availed cooperatives’ services. The results of the study showed that cooperatives’ services had a positive impact on sugarcane price at farm level. Moreover, the results of the two samples t-test showed that cooperative services had some significant positive impacts on sugarcane farm costs, revenue, and net income of the members as compared to non-members who did not avail cooperative services. However, there were no significant differences in sugarcane farm costs, revenue, and net income between farmer-members and non-members who availed cooperative services, suggesting that cooperative membership status had no significant impact on those variables. Therefore, service differentiation at a certain level that would become incentives for the farmers to become members of the cooperatives is recommended by the study.
Analisis Komparatif Kebijakan Harga Provenue dan Tarif Impor Gula A. Husni Malian
Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 1 (1999): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (577.51 KB) | DOI: 10.21082/jae.v18n1.1999.14-36

Abstract

EnglishThe policy of 1999 sugar price provenue has been a controversial because it can not increase the welfare of sugar cane farmers. There are four main constraining factors in implementing this policy i.e.: (1) The sugar factories have no enough budget to buy the sugar farmers' share; (2) The appreciation of exchange rates will push down the import parity price, thus most of factories will encounter difficulties in selling their product; (3) There is still doubt for the policy makers to decide whether it will be beneficial to the producers or to the consumers; and ( 4) There is a pressure of various organizations which deal with the sugar agribusiness systems to change the pro venue price with the application of import tariff. Results of a comparative study analysis to both policies indicated that the application of sugar import tariff of 65 percents will increase the farmers' income higher than that of to the alternative food crop commodity. The tariff policy is also considered as a short term decision which is good for the present economic crisis only even though it will be apposed by the IMF.IndonesianKebijakan harga provenue gula 1999 telah menimbulkan kontroversi, karena di dalam kenyataannya tidak mampu meningkatkan kesejahteraan petani tebu. Ada empat faktor utama yang menjadi kendala dalam pelaksanaan kebijakan ini, yaitu: (1) Pabrik gula tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli gula bagian petani; (2) Penguatan nilai tukar rupiah akan mendorong penurunan harga paritas impor gula, sehingga sebagian besar pabrik gula akan mengalami kesulitan dalam menjual produknya tanpa merugi; (3) Masih ada keraguan dari para pengambil kebijakan untuk memilih, apakah akan berpihak kepada produsen atau kepada konsumen; dan (4) Adanya desakan dari berbagai organisasi yang berkecimpung dalam sistem agribisnis gula untuk mengganti kebijakan harga provenue dengan penerapan tarif impor. Hasil analisis komparatif terhadap kedua pilihan kebijakan tersebut menunjukkan bahwa penerapan tarif impor gula sebesar 65 persen akan meningkatkan penerimaan petani tebu pada tingkat yang lebih besar dibandingkan dengan komoditas alternatif tanaman pangan. Kebijakan tarif juga dipandang sebagai pilihan jangka pendek yang tepat dalam kondisi krisis ekonomi seperti saat ini, meskipun akan mendapat tantangan dari IMF.
Production Efficiency of Cauliflower (Brassica Oleracea Var. Botrytis) at Cirateun, West Java, Indonesia Tjahjadi Sugianto
Jurnal Agro Ekonomi Vol 4, No 2 (1985): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1054.169 KB) | DOI: 10.21082/jae.v4n2.1985.27-39

Abstract

There is no available abstract from the Print Edition
Produktivitas dan Efisiensi Teknis Usahatani Padi Organik Lahan Sawah Adi Prayoga
Jurnal Agro Ekonomi Vol 28, No 1 (2010): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.076 KB) | DOI: 10.21082/jae.v28n1.2010.1-19

Abstract

EnglishResearch on productivity and technical efficiency of lowland organic rice was conducted in Sukorejo and Jambeyan villages, Sambirejo District, Sragen Regency. The research applies interview techniques to obtain primary data from 120 respondents. The respondents are selected using non proportionate stratified random sampling technique which is divided into equal size of four levels. This research aims to analyze the productivity, technical efficiency and source of technical inefficiency of organic rice, and compare the results with conventional rice performance. Productivity is measured by total factor productivity approach applies TFP index value. Technical efficiency is measured by using frontier production function and is estimated using MLE method assuming that Cobb-Douglas is the functional form of farm organic rice in the research areas. Estimation source of technical inefficiency applies linear regression model that approach simultaneously using frontier production function. The research result indicates that organic rice farmer’s performance of the eighth year and the fifth year is more productive than the conventional rice farmers. The level of technical efficiency varies from 0.47 to 0.96 with the average of 0.70. The level of technical efficiency of organic rice farmers of the eighth year and the fifth year is higher significantly compared to the conventional rice farmers. The result also shows that the number of productive age of family members and the frequency to attend extension activities is influencing to reduce technical inefficiency.IndonesianPenelitian produktivitas dan efisiensi teknis usahatani padi organik lahan sawah dilakukan di Desa Sukorejo dan Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen menggunakan responden sebanyak 120 orang yang dipilih dengan teknik non proportionate stratified random sampling yang terbagi sama besar dalam empat strata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produktivitas, efisiensi teknis dan sumber inefisiensi teknis padi organik, serta membandingkan dengan padi konvensional. Produktivitas diukur dengan pendekatan produktivitas faktor total menggunakan angka indeks TFP.  Efisiensi teknis diukur dengan menggunakan fungsi produksi frontier yang diestimasi dengan metode MLE, dengan mengasumsikan Cobb-Douglas adalah bentuk fungsional usahatani padi organik di daerah penelitian. Estimasi sumber inefisiensi teknis menggunakan model regresi linier yang diestimasi secara simultan dengan fungsi produksi frontier. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa petani padi organik tahun ke-8 dan tahun ke-5 lebih produktif dibandingkan petani padi konvensional. Tingkat efisiensi teknis yang dicapai petani sampel bervariasi antara 0,47 – 0,96 dengan rata-rata 0,70. Tingkat efisiensi teknis petani padi organik tahun ke-8 dan tahun ke-5 lebih tinggi secara signifikan dibandingkan petani padi konvensional. Hasil penelitian juga menemukan bahwa jumlah anggota keluarga usia produktif dan frekuensi mengikuti kegiatan penyuluhan berpengaruh menurunkan inefisiensi teknis.
Determinants of Public Investment: irrigation in Indonesia M. W. Rosegrant; Effendi Pasandaran
Jurnal Agro Ekonomi Vol 14, No 2 (1995): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.14 KB) | DOI: 10.21082/jae.v14n2.1995.1-20

Abstract

IndonesianAkumulasi kapital publik dan swasta merupakan faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi. Tulisan ini menguji faktor-faktor penentu perilaku investasi publik dengan menggunakan contoh investasi irigasi pemerintah di Indonesia. Dalam hal ini pemerintah Indonesia bertindak sebagai perencana sosial, memaksimalkan keuntungan sosial dalam mengalokasikan sumberdaya untuk investasi irigasi dengan kendala sumberdaya yang terbatas.
Dampak Kebijakan Input, Output, dan Perdagangan Beras terhadap Diversifikasi Pangan Pokok Edi Setiawan; Sri Hartoyo; Bonar M. Sinaga; M. Parulian Hutagaol
Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 2 (2016): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2107.292 KB) | DOI: 10.21082/jae.v34n2.2016.81-104

Abstract

EnglishAs one of the five most populous countries in the world, Indonesia has a big challenge to meet the food needs of its people. Food diversification has long been an important agenda of the national agricultural development planning program, but the achievement, however, remains disappointing. This paper aims to analyze the impacts of rice input, output and trade policy on diversification of major staple food consumption and production. This study analyzes four main staple foods, i.e. rice, maize, cassava, and wheat using national series data for the period of 1981-2013. The System of Simultaneous Equations Model consisting of 22 structural equations and 31 identity equations were estimated using a Two-Stage Least Square method. The results show that single policy instrument of reducing fertilizer and seed subsidies and increasing the government purchasing price policy increase diversification of food consumption and production. Increasing rice import tariff is not effective to improve either consumption nor production diversification, but rice import ban could improve consumption diversification. Increasing the government purchasing price is not quite effective as the compensation for the fertilizer subsidy reduction. The fertilizer subsidy reduction policy should be conducted gradually. Seed subsidy reduction combined with rice import ban is considered as an alternative to the existing policy. IndonesianSebagai salah satu dari lima negara dengan penduduk terbesar di dunia, Indonesia mempunyai tantangan cukup besar dalam pemenuhan konsumsi pangan penduduknya. Diversifikasi pangan sudah lama menjadi salah satu agenda penting dalam program nasional pembangunan pertaniani namun pencapaiannya masih jauh dari yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kebijakan input, output, dan perdagangan beras terhadap diversifikasi produksi dan konsumsi pangan pokok yaitu, beras, jagung, ubi kayu, dan terigu, untuk data tingkat nasional tahun 1981–2013. Penelitian ini menggunakan model persamaan simultan, terdiri atas 22 persamaan struktural dan 31 persamaan identitas yang diestimasi dengan metode Two Stage Least Square (2SLS). Hasilnya menunjukkan bahwa kebijakan tunggal baik pengurangan subsidi pupuk dan benih, maupun kebijakan menaikkan Harga Pembelian Pemerintah mampu meningkatkan diversifikasi produksi dan konsumsi pangan pokok. Kebijakan tarif impor beras tidak efektif untuk meningkatkan diversifikasi konsumsi dan produksi pangan pokok, tetapi kebijakan pelarangan impor dapat meningkatkan diversifikasi konsumsi pangan. Kebijakan peningkatan harga pembelian pemerintah terbukti kurang efektif sebagai kompensasi pengurangan subsidi pupuk. Kebijakan pengurangan subsidi pupuk harus diterapkan secara bertahap. Pengurangan subsidi benih yang disertai dengan pelarangan impor dapat menjadi kebijakan alternatif saat ini.
Supply and Demand Study of Employment in Indonesia the Case of Graduates from Vocation And Agriculture High-School Rudi Wibowo
Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 1 (1992): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.855 KB) | DOI: 10.21082/jae.v11n1.1992.51-62

Abstract

IndonesianPermasalahan penting dan mendasar di Indonesia yang harus dipecahkan dalam tahun-tahun mendatang adalah masalah lapangan kerja dan penyerapannya. Keadaan pasar tenaga kerja di Indonesia dewasa ini menunjukkan bahwa: (a) terdapat sejumlah besar angkatan kerja dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah, (b) setiap tahun sekitar 1,5-2 juta angkatan kerja baru memasuki pasar kerja, sebagian besar diantaranya adalah golongan usia muda dan putus sekolah, dan (c) keterbatasan kesempatan kerja disektor formal. Oleh karenanya, dalam jangka panjang sangat diperlukan perencanaan pendidikan yang berorientasi kepada pasar kerja. Salah satu aspek yang sangat berkaitan dengan hal tersebut adalah pendidikan yang bersifat kejuruan yang dirancang sesuai dengan perkembangan teknologi. Studi ini berusaha untuk memberikan gambaran proyeksi tentang isi permintaan dan penawaran tenaga kerja lulusan Sekolah Kejuruan Pertanian Tingkat Menengah Atas. Model pendekatan bersifat makro berlandaskan Tabel Input-Output yang digabungkan dengan koefisien-koefisien pendidikan dan lapangan kerja yang ada di Balitbang Depdikbud. Analisis dan pembahasan sampai pada kesimpulan bahwa jika asumsi tidak ada segmentasi pada pasar tenaga kerja, pada masa mendatang akan terdapat kelebihan penawaran tenaga kerja lulusan Sekolah Kejuruan Pertanian Menengah Atas. Sebaliknya, jika asumsi segmentasi pasar tenaga kerja dipenuhi secara sempurna, maka justru terdapat kelebihan permintaan tenaga kerja lulusan sekolah kejuruan tersebut. Hasil proyeksi hingga tahun 2000 memberi implikasi bahwa kebijaksanaan investasi di dalam peningkatan keberadaan Sekolah Kejuruan Pertanian Menengah Atas sangat mendukung laju percepatan kebutuhan tenaga kerja yang bersangkutan. Pekerjaan yang sangat penting untuk mendukung implikasi tersebut adalah penjabaran kebutuhan investasi pendidikan tersebut menurut pewilayahan dikaitkan dengan jangkauan permintaan terhadap tenaga kerja lulusan sekolah tersebut.

Page 9 of 40 | Total Record : 391


Filter by Year

1981 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2021): Jurnal Agro Ekonomi: IN PRESS Vol 39, No 1 (2021): Jurnal Agro Ekonomi Vol 38, No 2 (2020): Jurnal Agro Ekonomi Vol 38, No 1 (2020): Jurnal Agro Ekonomi Vol 37, No 2 (2019): Jurnal Agro Ekonomi Vol 37, No 1 (2019): Jurnal Agro Ekonomi Vol 36, No 2 (2018): Jurnal Agro Ekonomi Vol 36, No 1 (2018): Jurnal Agro Ekonomi Vol 35, No 2 (2017): Jurnal Agro Ekonomi Vol 35, No 1 (2017): Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 2 (2016): Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 1 (2016): Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 2 (2015): Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 1 (2015): Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 2 (2014): Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 1 (2014): Jurnal Agro Ekonomi Vol 31, No 2 (2013): Jurnal Agro Ekonomi Vol 31, No 1 (2013): Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 2 (2012): Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 1 (2012): Jurnal Agro Ekonomi Vol 29, No 2 (2011): Jurnal Agro Ekonomi Vol 29, No 1 (2011): Jurnal Agro Ekonomi Vol 28, No 2 (2010): Jurnal Agro Ekonomi Vol 28, No 1 (2010): Jurnal Agro Ekonomi Vol 27, No 2 (2009): Jurnal Agro Ekonomi Vol 27, No 1 (2009): Jurnal Agro Ekonomi Vol 26, No 2 (2008): Jurnal Agro Ekonomi Vol 26, No 1 (2008): Jurnal Agro Ekonomi Vol 25, No 2 (2007): Jurnal Agro Ekonomi Vol 25, No 1 (2007): Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 2 (2006): Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 1 (2006): Jurnal Agro Ekonomi Vol 23, No 2 (2005): Jurnal Agro Ekonomi Vol 23, No 1 (2005): Jurnal Agro Ekonomi Vol 22, No 2 (2004): Jurnal Agro Ekonomi Vol 22, No 1 (2004): Jurnal Agro Ekonomi Vol 21, No 2 (2003): Jurnal Agro Ekonomi Vol 21, No 1 (2003): Jurnal Agro Ekonomi Vol 20, No 2 (2002): Jurnal Agro Ekonomi Vol 20, No 1 (2002): Jurnal Agro Ekonomi Vol 19, No 2 (2001): Jurnal Agro Ekonomi Vol 19, No 1 (2001): Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 2 (1999): Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 1 (1999): Jurnal Agro Ekonomi Vol 17, No 2 (1998): Jurnal Agro Ekonomi Vol 17, No 1 (1998): Jurnal Agro Ekonomi Vol 16, No 1-2 (1997): Jurnal Agro Ekonomi Vol 15, No 2 (1996): Jurnal Agro Ekonomi Vol 15, No 1 (1996): Jurnal Agro Ekonomi Vol 14, No 2 (1995): Jurnal Agro Ekonomi Vol 14, No 1 (1995): Jurnal Agro Ekonomi Vol 13, No 2 (1994): Jurnal Agro Ekonomi Vol 13, No 1 (1994): Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 2 (1993): Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 1 (1993): Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 2 (1992): Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 1 (1992): Jurnal Agro Ekonomi Vol 10, No 1-2 (1991): Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 2 (1990): Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 1 (1990): Jurnal Agro Ekonomi Vol 8, No 2 (1989): Jurnal Agro Ekonomi Vol 8, No 1 (1989): Jurnal Agro Ekonomi Vol 7, No 2 (1988): Jurnal Agro Ekonomi Vol 7, No 1 (1988): Jurnal Agro Ekonomi Vol 6, No 1-2 (1987): Jurnal Agro Ekonomi Vol 5, No 2 (1986): Jurnal Agro Ekonomi Vol 5, No 1 (1986): Jurnal Agro Ekonomi Vol 4, No 2 (1985): Jurnal Agro Ekonomi Vol 4, No 1 (1985): Jurnal Agro Ekonomi Vol 3, No 2 (1984): Jurnal Agro Ekonomi Vol 3, No 1 (1983): Jurnal Agro Ekonomi Vol 2, No 1 (1982): Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 2 (1982): Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 1 (1981): Jurnal Agro Ekonomi More Issue