cover
Contact Name
Pantjar Simatupang
Contact Email
jae.psekp@gmail.com
Phone
+62251-8333964
Journal Mail Official
jae.psekp@gmail.com
Editorial Address
Lt. III Gedung A. Kawasan Inovasi Pertanian Cimanggu Jl. Tentara Pelajar No. 3B, Kota Bogor 16111
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Agro Ekonomi
ISSN : 02169053     EISSN : 25411527     DOI : http://dx.doi.org/10.21082/
Core Subject : Agriculture,
Ruang lingkup dari Jurnal Agro Ekonomi adalah sosial ekonomi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan
Articles 391 Documents
Sikap Petani terhadap Risiko Produksi Padi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Adreng Purwoto
Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 2 (1993): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1754.909 KB) | DOI: 10.21082/jae.v12n2.1993.1-23

Abstract

Since the achievement of the Indonesia rice self sufficiency level in 1984, the trend of the wetland rice yield in Java has been declining. In this regard, attention has to be paid to turn the yield trend up by reducing the existing gap between the potential and the actual yields at the farm level. To a large extent, the government has been attempting to improve the actual rice yield as well as the total rice production through the establishment of various policies and programs which influence factors other than risk and uncertainty stemming from rice production. This study aims to measure the farmers attitude toward risks as well as as to examine the socio-economic factors which influence this attitude. This study was conducted in the rainfed rice producing region, of Grobogan District, Central Java. It was assumed that farmers in rainfed area face higher production risk than those in irrigated area. By applying the "Observed Economic Behavior" method, this study found that most farmers are risk averters. This attitude is significantly determined by the size and the sparsity of the farmers' land. The risk aversion behavior become more evident as the land become smaller in size and as lands location become more sparsely. The small scale farmers have the tendency to adopt the safety-first principle. The land sparsity of tended to impede the application of proper management practices over the rice farms. The main implication of the finding would be to encourge farmers to perform collective activities on a larger and a more consolidated farm lands. This will enable the farmers to practice to better farm management.
Abstrak Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris nFN nLN
Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 2 (2016): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (84.744 KB) | DOI: 10.21082/jae.v34n2.2016.%p

Abstract

Identifikasi Faktor-Faktor yang Kondusif untuk Merintis Pengelolaan Irigasi di Tingkat Tertier yang lebih Produktif dan Berkelanjutan nFN Sumaryanto
Jurnal Agro Ekonomi Vol 25, No 2 (2007): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.572 KB) | DOI: 10.21082/jae.v25n2.2007.148-177

Abstract

EnglishIrrigation water scarcity has been a pressing problem in agricultural production and the problem will be intensifying in the future. As consequence, efforts to enhance agricultural production and farmers' income will be affected. Therefore, a more productive and sustainable irrigation management alternatives for agricultural production should be developed. This study aims to identify conducive factors in initiating a more productive and sustainable irrigation management, especially at tertiary level. The study was conducted at technical irrigation area of Brantas River Basin, East Java on October – December 2000 and February – May 2001 which is updated using the data of survey conducted in February 2006. Using ordered logit model, it was identified that conducive factors in initiating the more productive and sustainable irrigation management at tertiary level were: larger land holding area, more favorable supply of irrigation water, higher quality of land holding, more significant contribution of farm income, better performance of Water User’s Association, and the availability of household labor for farming. Negative factor was fragmented land holding. IndonesianTerkait dengan perubahan iklim, peningkatan produksi pertanian dan pendapatan petani akan semakin terkendala oleh kelangkaan air irigasi. Oleh karena itu, irigasi harus dikelola secara lebih produktif dan berkelanjutan. Penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang kondusif untuk merintis sistem pengelolaan seperti itu, terutama di tingkat tertier. Penelitian dilakukan di wilayah pesawahan irigasi teknis Daerah Aliran Sungai Brantas, Jawa Timur pada bulan Oktober – Desember 2000 dan Februari – Mei 2001 yang kemudian diperbaharui datanya pada survei yang dilaksanakan pada bulan Februari 2006. Dengan pendekatan ordered logit, hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang kondusif untuk merintis pengelolaan irigasi yang lebih produktif dan berkelanjutan adalah jika sawah garapan per petani lebih luas, kondisi pasokan air irigasi lebih mudah diatur, rata-rata kualitas lahan garapan lebih baik, peran usahatani lahan sawah dalam ekonomi rumah tangga petani dominan, kinerja pengurus HIPPA lebih baik, dan tenaga kerja rumah tangga untuk usahatani lebih tersedia. Faktor yang tidak mendukung adalah fragmentasi garapan.
Analisis Volatilitas Harga Cabai Keriting di Indonesia dengan Pendekatan ARCH GARCH Rizka Amalia Nugrahapsari; Idha Widi Arsanti
Jurnal Agro Ekonomi Vol 36, No 1 (2018): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (713.215 KB) | DOI: 10.21082/jae.v36n1.2018.25-37

Abstract

EnglishChili includes a strategic commodity in Indonesia because of its high price volatility that makes it a major determinant of national inflation dynamics. The government always tries to improve its capability in implementing the chili price stabilization policy. The objective of the study is to assess the volatility of curly chili price volatility in Indonesia by using the ARCH GARCH approach with daily price data of January 2011 to December 2015. The results showed that the right model to calculate chili price volatility is ARCH (1). The price volatility was low and price movement was only influenced by the volatility in the previous day, not by the price variant, so the chili price volatility in the future will be smaller. Low volatility indicates that demand and supply characteristics were predictable. Price changes gradually and predictable. Farmers’ protection policy through import restrictions improves stability of domestic supply. The policy reduces the risk of drastic decline in prices due to imported chili, so the price volatility of chili in the period 2011–2015 was lower than the previous period. However, the seasonal price variation remains. Therefore, the policy should be supported with all season chili availability assurance.IndonesianCabai termasuk komoditas strategis di Indonesia karena harganya volatil sehingga menjadi salah satu penentu utama dinamika inflasi nasional. Untuk itu, pemerintah senantiasa berusaha meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan kebijakan stabilisasi harga cabai. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji volatilitas harga cabai keriting di Indonesia dengan pendekatan ARCH GARCH dan data harga harian cabai keriting periode Januari 2011 hingga Desember 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model yang tepat untuk menghitung volatilitas harga cabai keriting adalah ARCH(1). Hasil pendugaan model menunjukkan volatilitas harga cabai keriting rendah dan pergerakan harga hanya dipengaruhi oleh volatilitas pada satu hari sebelumnya, tidak dipengaruhi varian harga, sehingga diperkirakan volatilitas harga cabai keriting di masa datang akan semakin kecil. Volatilitas yang rendah menunjukkan karakteristik waktu permintaan dan penawaran cabai keriting dapat diprediksi. Perubahan harga terjadi bertahap dan dapat diperkirakan. Kebijakan perlindungan petani melalui pembatasan impor cabai menyebabkan penyediaan cabai di dalam negeri menjadi lebih stabil. Kebijakan ini mengurangi risiko penurunan harga secara drastis akibat masuknya cabai impor, sehingga volatilitas harga cabai pada periode 2011–2015 lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Namun, masih terdapat variasi harga musiman. Oleh karena itu, kebijakan ini perlu diperkuat dengan upaya jaminan sediaan cabai sepanjang musim.
Analysis of Marketing Margin Behaviour Using Econometric Model: The Case of Groundnut in East Java Prajogo Utomo Hadi
Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 1 (1990): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1232.159 KB) | DOI: 10.21082/jae.v9n1.1990.26-40

Abstract

IndonesianPedagang sering dikritik sebagai pihak yang membuat harga komoditas pertanian di tingkat petani tetap rendah dan harga di tingkat konsumen tinggi serta cenderung memperbesar marjin pemasaran. Studi ini bertujuan menganalisis perilaku marjin pemasaran kacang tanah di Jawa Timur dan secara spesifik menguji hipotesa bahwa pedagang tidak mempraktekkan strategi price levelling dan bersikap netral terhadap risiko harga. Dengan menggunakan metoda ekonometrik, hasil analisis menunjukkan bahwa pedagang menerapkan strategi tersebut di atas dan bersikap netral terhadap risiko harga, dan marjin pemasaran tidak meningkat dalam jangka panjang. Berdasarkan hasil penelitian ini, kebijaksanaan stabilisasi harga kacang tanah tidak dianjurkan.EnglishMiddlemen are often blamed as those practicing a behaviour which keeps price of agricultural commodities low at the farmgate and high at the consumer level and tend to widen the gap between these two price levels, i.e., the marketing margins. The present study aims to analyze the behaviour of marketing margins of groundnut in East Java. It specifically tests the hypotheses of the non-existence of price levelling behaviour and price-risk neutrality of the middlemen. Employing an econometric method, the present study found that middlemen practiced price levelling behaviour and did not respond to price risk and the marketing margins has not increased in the long-run. On the basis of these results, policies stabilising the price of groundnut are not suggested.
Analisis Daya Saing Usahatani Kedelai di DAS Brantas Masdjidin Siregar; nFN Sumaryanto
Jurnal Agro Ekonomi Vol 21, No 1 (2003): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.187 KB) | DOI: 10.21082/jae.v21n1.2003.50-71

Abstract

EnglishThe major objective of this paper is to analyze the competitiveness of soybean production in Brantas River Basin, the major soybean producing region in Indonesia. The results indicate that the returns to management is negative. This implies that soybean has no competitive advantage, which is also shown by the values of PCR of about unity. The value of DRC, which is approximately equal to unity, also indicates that soybean has a weak comparative advantage. The results of the break even analysis indicate that soybean would be financially competitive if the world price of soybean at least increases by 8.5%, or the exchange rate of dollar to the local currency at least declines by 9.2%, or soybean productivity at least increases by 27.4% from the base period, ceteris paribus. In other words, there should be a serious attempt to increase the efficiency of soybean crop by increasing productivity through the use of quality seeds and balanced amounts of fertilizers. Besides, research in soybean variety improvement should be intentionally encouraged from now on. Not much can be done from fiscal and monetary policy sides in a gradually more liberalized international trade in the future. IndonesianTujuan utama makalah ini adalah untuk menganalisis daya saing komoditas kedelai di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, yang merupakan daerah utama penghasil kedelai di Indonesia. Hasil analisis memperlihatkan bahwa penerimaan bersih untuk pengelola (returns to management) adalah negatif. Ini berarti bahwa komoditas kedelai tidak memiliki keunggulan kompetitf yang dipertegas lagi oleh nilai PCR sekitar satu. Nilai DRC yang berada disekitar satu juga menunjukkan bahwa komoditas kedelai memiliki keunggulan komparatif yang lemah. Dari analisis titik impas diperoleh kesimpulan bahwa komoditas kedelai akan mempunyai daya saing finansial jika harga kedelai dunia naik paling sedikit 8,5 persen, atau nilai tukar dolar terhadap rupiah paling sedikit turun 9,2 persen atau produktivitas kedelai naik paling sedikit 27,4 persen, ceteris paribus. Dengan perkataan lain harus ada upaya peningkatan efisiensi tanaman kedelai melalui peningkatan produktivitas dengan penggunaan benih bermutu serta pupuk berimbang. Disamping itu, dukungan terhadap penelitian pengembangan varietas kedelai juga harus diutamakan mulai sekarang. Kebijakan fiskal dan moneter tidak banyak yang dapat dilakukan dalam era perdagangan internasional yang semakin liberal ke depan.
Sources of Major Agricultural Export Earnings Stability in Indonesia Simatupang, Pantjar
Jurnal Agro Ekonomi Vol 7, No 1 (1988): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (941.704 KB) | DOI: 10.21082/jae.v7n1.1988.47-60

Abstract

IndonesianStabilitas penerimaan ekspor adalah penting untuk mengurangi premi resiko bagi eksportir. Oleh karena itu, stabilitas penerimaan ekspor dapat mempengaruhi volume ekspor, dan selanjutnya tingkat produksi. Stabilitas penerimaan ekspor juga penting bagi pemerintah dalam mengelola cadangan devisa. Stabilitas penerimaan ekspor juga mempengaruhi tingkat nilai tukar. Oleh karena itu, pemahaman akan sumber penyebab ketidakstabilan penerimaan ekspor adalah sangat penting, sehingga dapat diambil kebijakan yang tepat. Dalam penelitian ini dibahas sumber ketidakstabilan penerimaan ekspor dari empat komoditi ekspor utama Indonesia yaitu karet, kopi, kelapa sawit, dan teh dengan mempergunakan sidik ragam. Komoditi yang paling tidak stabil nilai ekspomya adalah karet dan kopi. Sumber utama ketidakstabilan penerimaan dari ekspor karet adalah harga internasional selama periode 1976-1985. Harga internasional merupakan sumber utama ketidakstabilan dari ekspor kopi pada periode 1976-1980. Namun, pada periode 1981-1985 volume eksporlah yang menjadi sumber utama ketidakstabilan. Kelapa sawit dan teh sama seperti ketidakstabilan pada kopi.EnglishExport earning stability is important for exporters to reduce risks premium. Hence, it may affect the volume of export and then production. For the government export earning stability is important in managing its foreign exchange reserve. Export earning stability may also affect the prevailing exchange rate. Understanding the causes of export earning instability will be useful in taking appropriate policies for the export earning stabilization. This paper decomposes the export earning sources of instability of four Indonesia major agricultural export commodities: rubber, coffee, palm oil, and tea using variance analysis. The most unstable is rubber export and followed by coffee. The main source of instability for rubber is international price for the 1976-1985 period. Price was the main source of instability for coffee during the 1976-1980 period. But in the 1981-1985 period, quantity is the main source of export earning instability. Palm oil and tea follow the same pattern with coffee.
Strategy Formulation of Farmers Capacity Building through Technological Innovation in Disadvantaged Regions of Indonesia Swastika, Dewa Ketut Sadra; Indraningsih, Kurnia Suci
Jurnal Agro Ekonomi Vol 38, No 1 (2020): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.552 KB) | DOI: 10.21082/jae.v38n1.2020.15-27

Abstract

IndonesianPermasalahan utama daerah tertinggal adalah kemiskinan. Oleh karena sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup pada pertanian, maka strategi yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah tertinggal ialah memacu peningkatan produktivitas pertanian melalui inovasi teknologi. Penelitian ini bertujuan merumuskan strategi peningkatan kapasitas petani melalui inovasi teknologi untuk mengakselerasi pembangunan pertanian di daerah tertinggal. Penelitian dilakukan dengan metode analisis SWOT berdasarkan data primer yang dikumpulkan melalui survei di Provinsi Jawa Barat, Bengkulu, dan Kalimantan Selatan pada tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi melaksanakan gerakan inovasi teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) secara berkelanjutan merupakan prioritas pertama di tiga provinsi contoh. Prioritas berikutnya adalah meningkatkan fasilitas penyuluh disertai sanksi pelanggaran disiplin, menyediakan bimbingan teknis melalui sekolah lapang PTT, melaksanakan program percontohan usaha tani (demfarm) di tiap desa, menyediakan skim kredit lunak, menegakkan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), dan meningkatkan partisipasi petani dalam pembangunan pertanian. Implikasinya bahwa harus ada upaya khusus untuk mempertahankan penerapan teknologi PTT yang didukung oleh kredit lunak dengan prosedur sederhana, penerapan HPP secara konsisten, dan bimbingan teknis melalui program demfarm.  EnglishThe main problem of disadvantaged areas is poverty. Since most are dependent on agriculture, then the most appropriate strategy for increasing the population welfare in disadvantaged areas is by increasing agriculture productivity through technological innovation. This study aimed to formulate strategies to improve farmers’ capacity through technological innovation to accelerate agricultural development. The analysis was conducted using the SWOT method based on primary data collected through surveys in West Java, Bengkulu, and South Kalimantan provinces in 2015. The results showed that strategy to pursue sustainable movement of the Integrated Crop Management (ICM) technology was the first priority in these three provinces. Other priorities were to improve extension workers’ facilities, provide technical guidance through ICM field school, conduct farm demonstration (demfarm) program in each village, provide soft loan schemes, enforce the Government Purchasing Price (GPP) policy, and increase farmer participation in agricultural development. Consequently, there should be a special effort to maintain ICM technology application, supported by a simple procedure of formal loan, consistent implementation of GPP, and technical guidance through the demfarm program.
Economies of Scale of Sugarcane Cooperatives in East Java Province and Their Influencing Factors Ening Ariningsih
Jurnal Agro Ekonomi Vol 31, No 1 (2013): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.153 KB) | DOI: 10.21082/jae.v31n1.2013.53-69

Abstract

IndonesianJawa Timur merupakan provinsi sentra tebu terbesar di Indonesia dengan banyak koperasi primer yang terlibat dalam bisnis pertebuan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keberadaan kondisi skala ekonomi dari koperasi-koperasi yang bergerak dalam agribisnis tebu di Provinsi Jawa Timur dan faktor-faktor yang memengaruhi skala ekonomi tersebut. Metode translog cost-function dan pendekatan produsen digunakan untuk menganalisis data panel dari koperasi-koperasi responden pada periode 2008-2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas koperasi yang bergerak dalam agribisnis tebu di Provinsi Jawa Timur yang dianalisis berada dalam kondisi diseconomies of scale. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa kondisi skala ekonomi dipengaruhi oleh output per anggota, klasifikasi koperasi, dan total asset koperasi.  Supaya skala ekonomi bisa tercapai dan bisa memberikan pelayanan yang lebih baik kepada anggotanya koperasi-koperasi tersebut harus memperbaiki efisiensi manajemennya.EnglishEast Java Province is the largest sugarcane producing center in Indonesia and there are many primary cooperatives engaged in sugarcane business.  The objective of this study is to determine the existence of economies of scale of sugarcane cooperatives in East Java Province and examine their influencing factors.  Trans-log cost-function method and producer approach coupled with a set of panel data over the period 2008 to 2011 was used in this study.  The study show significant diseconomies of scale for majority of sugarcane cooperatives in East Java and that the economies of scale were affected by output per member, classification, and total assets of the cooperatives.  These results strongly suggest that the sugarcane cooperatives improve their management efficiency in order to achieve economies of scale and better services for their members.
Analisis Kesenjangan Kesempatan Kerja dan Tingkat Pendapatan Antarpropinsi di Indonesia Achmad Rozany Nurmanaf
Jurnal Agro Ekonomi Vol 17, No 1 (1998): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.768 KB) | DOI: 10.21082/jae.v17n1.1998.13-21

Abstract

EnglishTwo important indicators of economic development program achievements are labor absorption rate and income level of society. To gain these indicators increasing is tightly related to efficiency level of resources allocation. Unfortunately, the potency of resources and the efficiency of their allocation are not distributed equally among regions and provinces. By using Theil's Coefficient this paper discusses the variation of labor absorption rate and income level among regions and provinces in Indonesia. Provinces where the economy is dominated by modern sector activities have higher production factor productivity and also have higher level of income. While, provinces where the economy is dominated by traditional sector activities have lower production factor productivity and have lower level of income.IndonesianDua indikator penting dalam keberhasilan program pembangunan ekonomi adalah tingkat penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat. Untuk mencapai keberhasilan kedua indikator tersebut erat hubungannya dengan tingkat efisiensi dan alokasi sumber daya. Sayangnya, potensi sumber daya dan pengalokasiannya tidak terdistribusi secara merata di antara wilayah dan propinsi di Indonesia. Dengan menggunakan Koefisien Theil, tulisan ini mendiskusikan variasi penyerapan tenaga kerja dan tingkat pendapatan di antara propinsi dan wilayah. Propinsi-propinsi yang perekonomiannya didominasi oleh kegiatan sektor modern mempunyai produktivitas faktor-faktor produksi yang lebih tinggi dan tingkat pendapatannya pun demikian pula. Sementara, propinsi-propinsi yang perekonomiannya didominasi oleh aktivitas di sektor tradisional memiliki produktivitas faktor-faktor produksi dan tingkat pendapatan yang lebih rendah.

Filter by Year

1981 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2021): Jurnal Agro Ekonomi: IN PRESS Vol 39, No 1 (2021): Jurnal Agro Ekonomi Vol 38, No 2 (2020): Jurnal Agro Ekonomi Vol 38, No 1 (2020): Jurnal Agro Ekonomi Vol 37, No 2 (2019): Jurnal Agro Ekonomi Vol 37, No 1 (2019): Jurnal Agro Ekonomi Vol 36, No 2 (2018): Jurnal Agro Ekonomi Vol 36, No 1 (2018): Jurnal Agro Ekonomi Vol 35, No 2 (2017): Jurnal Agro Ekonomi Vol 35, No 1 (2017): Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 2 (2016): Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 1 (2016): Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 2 (2015): Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 1 (2015): Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 2 (2014): Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 1 (2014): Jurnal Agro Ekonomi Vol 31, No 2 (2013): Jurnal Agro Ekonomi Vol 31, No 1 (2013): Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 2 (2012): Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 1 (2012): Jurnal Agro Ekonomi Vol 29, No 2 (2011): Jurnal Agro Ekonomi Vol 29, No 1 (2011): Jurnal Agro Ekonomi Vol 28, No 2 (2010): Jurnal Agro Ekonomi Vol 28, No 1 (2010): Jurnal Agro Ekonomi Vol 27, No 2 (2009): Jurnal Agro Ekonomi Vol 27, No 1 (2009): Jurnal Agro Ekonomi Vol 26, No 2 (2008): Jurnal Agro Ekonomi Vol 26, No 1 (2008): Jurnal Agro Ekonomi Vol 25, No 2 (2007): Jurnal Agro Ekonomi Vol 25, No 1 (2007): Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 2 (2006): Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 1 (2006): Jurnal Agro Ekonomi Vol 23, No 2 (2005): Jurnal Agro Ekonomi Vol 23, No 1 (2005): Jurnal Agro Ekonomi Vol 22, No 2 (2004): Jurnal Agro Ekonomi Vol 22, No 1 (2004): Jurnal Agro Ekonomi Vol 21, No 2 (2003): Jurnal Agro Ekonomi Vol 21, No 1 (2003): Jurnal Agro Ekonomi Vol 20, No 2 (2002): Jurnal Agro Ekonomi Vol 20, No 1 (2002): Jurnal Agro Ekonomi Vol 19, No 2 (2001): Jurnal Agro Ekonomi Vol 19, No 1 (2001): Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 2 (1999): Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 1 (1999): Jurnal Agro Ekonomi Vol 17, No 2 (1998): Jurnal Agro Ekonomi Vol 17, No 1 (1998): Jurnal Agro Ekonomi Vol 16, No 1-2 (1997): Jurnal Agro Ekonomi Vol 15, No 2 (1996): Jurnal Agro Ekonomi Vol 15, No 1 (1996): Jurnal Agro Ekonomi Vol 14, No 2 (1995): Jurnal Agro Ekonomi Vol 14, No 1 (1995): Jurnal Agro Ekonomi Vol 13, No 2 (1994): Jurnal Agro Ekonomi Vol 13, No 1 (1994): Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 2 (1993): Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 1 (1993): Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 2 (1992): Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 1 (1992): Jurnal Agro Ekonomi Vol 10, No 1-2 (1991): Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 2 (1990): Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 1 (1990): Jurnal Agro Ekonomi Vol 8, No 2 (1989): Jurnal Agro Ekonomi Vol 8, No 1 (1989): Jurnal Agro Ekonomi Vol 7, No 2 (1988): Jurnal Agro Ekonomi Vol 7, No 1 (1988): Jurnal Agro Ekonomi Vol 6, No 1-2 (1987): Jurnal Agro Ekonomi Vol 5, No 2 (1986): Jurnal Agro Ekonomi Vol 5, No 1 (1986): Jurnal Agro Ekonomi Vol 4, No 2 (1985): Jurnal Agro Ekonomi Vol 4, No 1 (1985): Jurnal Agro Ekonomi Vol 3, No 2 (1984): Jurnal Agro Ekonomi Vol 3, No 1 (1983): Jurnal Agro Ekonomi Vol 2, No 1 (1982): Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 2 (1982): Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 1 (1981): Jurnal Agro Ekonomi More Issue