cover
Contact Name
Mikha Agus Widiyanto
Contact Email
jurnalteologipraktika@gmail.com
Phone
+628115422254
Journal Mail Official
jurnalteologipraktika@gmail.com
Editorial Address
Jl. Stadion RT. 12 Kel. Loa Ipuh, Kec. Tenggarong, Kab. Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Location
Kab. kutai kartanegara,
Kalimantan timur
INDONESIA
Jurnal Teologi Praktika
ISSN : 27228908     EISSN : 27228916     DOI : 10.51465
Jurnal Teologi Praktika adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh STT Tenggarong. Jurnal Teologi Praktika mempublikasikan artikel ilmiah dalam bidang praktika baik hasil penelitian lapangan maupun kajian konseptual yang berkaitan dengan teologi praktika. Jurnal ini terbuka untuk penulis dari akademisi, praktisi, mahasiswa yang relevan dengan lingkup jurnal ini dengan rasio minimum 60% eksternal dan maksimum 40% internal STT Tenggarong. Jurnal ini terbit dua kali dalam 1 tahun yaitu bulan Juni dan Desember. Lingkup jurnal ini adalah: 1. Pendidikan Kristen (Gereja, Sekolah, dan Keluarga) 2. Pastoral (Pastoral umum, pastoral pemuda, pastoral konseling) 3. Kepemimpinan Kristen 4. Manajemen Gereja 5. Misi dan Penginjilan
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 79 Documents
Peranan Penatalayanan Administrasi Bagi Efektivitas Pelayanan Gembala Jemaat Julianes, Matius; Jiu, Barthomius K; Widiyanto, Mikha Agus
Jurnal Teologi Praktika Vol 1, No 1 (2020): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tenggarong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51465/jtp.v1i1.10

Abstract

Administration stewardship needs to be organized and managed properly. The availability of administrative data is very helpful for pastors in planning and designing pastoral care services, so as to support the realization of effective pastoral care services. This research aimed to examine the role of administrative stewardship for the effectiveness of the ministry of pastors. This research used a correlational method. The results showed that there was a positive and significant role of administrative stewardship for the ministry of the pastor effectiveness. Good stewardship administration with the availability of data that can be accessed easily and quickly, making pastoral care effective
Pengajaran Mengenai Puasa Menurut Yesaya 58:1-12 Farida, Florence; Ester, Ester
Jurnal Teologi Praktika Vol 1, No 2 (2020): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tenggarong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51465/jtp.v1i2.16

Abstract

Abstract:The purpose of the research is to find out the Bible teaching about fasting, especially in the book of Isaiah 58:1-12, and its implications for the practice of Christian fasting today. The research used was a qualitative research method of literature study by analyzing the texts of the Book of Isaiah chapter 58: 1-12 and using descriptive hermeneutics method. The results of the analysis have implications for the fasting life of Christians today. It was found that Isaiah 58: 1-12 talks about the essence of fasting are seeking God, knowing God's way, doing what is right before God, obeying God, approaching God, humbling before God, and stopping from personal matters. Then it was found about the forms of fasting which are not desired and desired by God, and the right attitudes in doing fasting. Key Words: Teaching, Fasting Abstrak:Penelitian ini berujuan untuk menemukan pengajaran Alkitab, terutama di dalam kitab Yesaya    tentang puasa dan implikasinya terhadap praktik puasa kristiani pada masa kini. Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif literatur studi dengan menganalisa teks dari Kitab Yesaya pasal 58:1-12 dan menggunakan prinsip hermeneutik deskriptif. Hasil analisis berimplikasi pada kehidupan puasa orang Kristen pada masa kini. Didapati bahwa Yesaya 58:1-12 membicarakan tentang esensi kesalehan dari tindakan berpuasa adalah mencari Allah, mengenal jalan Allah, melakukan yang benar di hadapan Allah, taat kepada Allah, mendekat kepada Allah, merendahkan diri di hadapan Allah, dan berhenti dari urusan pribadi. Kemudian ditemukan tentang bentuk-bentuk puasa yang tidak dikehendaki dan dikehendaki Allah serta sikap-sikap yang benar dalam melakukan puasa. Didapati bahwa jika umat melakukan puasa sesuai dengan puasa yang Allah kehendaki, maka Allah memberikan berkat-berkatnya bagi umat. Kata Kunci: Pengajaran, Puasa
Servant Leadership Dalam Organisasi Kristen: Antara Gaya Kepemimpinan dan Ciri Utama Yohanes Parapat
Jurnal Teologi Praktika Vol 2, No 2 (2021): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tenggarong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51465/jtp.v2i2.38

Abstract

Servant leadership is generally positioned or placed as one of the leadership styles, where the consequences are not always used, but alternated with other leadership styles according to the needs of the organization. Based on these conditions, the aim of this article is to discuss how should Christian organizations such as churches and parachurchs place servant leadership, especially those referring to the teaching of Jesus Christ to His disciples in Matthew 20:25-28, Mark 10:42-45 and Luke 22: 24-27. Article is prepared using a qualitative approach with library research method. The result based on the values contained in Matthew 20:25-28, Mark 10:42-45 and Luke 22:24-26, apart from being a leadership style, the Bible shows that servant leadership is further a main characteristic or trait that will remain displayed, regardless of leadership style that is being used in a Christian organization. By placing servant leadership as the main characteristic, each member of the Christian organization as a whole will be brought to change to become like Christ.AbstrakServant Leadership atau kepemimpinan hamba umumnya diposisikan atau ditempatkan sebagai salah satu gaya kepemimpinan, sehingga konsekuensinya tidak selalu digunakan, melainkan bergantian dengan gaya kepemimpinan lainnya sesuai keperluan organisasi. Berdasarkan kondisi tersebut, artikel ini bertujuan untuk membahas bagaimana seharusnya organisasi Kristen seperti gereja dan parachurch menempatkan servant leadership, khususnya yang mengacu pada pengajaran Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya dalam Matius 20:25-28, Markus 10:42-45 dan Lukas 22:24-27. Artikel disusun menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka. Hasil pembahasan berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Matius 20:25-28, Markus 10:42-45 dan Lukas 22:24-26, disamping sebagai suatu gaya kepemimpinan, Alkitab menunjukkan servant leadership lebih jauh merupakan karakteristik atau ciri utama yang akan tetap ditampilkan, terlepas gaya kepemimpinan yang sedang digunakan dalam suatu organisasi Kristen. Dengan menempatkan servant leadership sebagai karakteristik atau ciri utama, setiap anggota organisasi Kristen secara keseluruhan akan dibawa pada perubahan untuk menuju keserupaan dengan Kristus. 
Penghayatan Umat Paroki St. Antonius Padua Pasuruan atas Makna Paroki menurut KHK 515 Vinsensius Rixnaldi Masut; Elfridus Cancang
Jurnal Teologi Praktika Vol 2, No 2 (2021): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tenggarong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51465/jtp.v2i2.34

Abstract

The focus of this study is to describe how the parishioners of St. Antony of Padua Parish, Pasuruan, understand the parish as a community of the Christian faithful according to Can. 515. This understanding is inspired by the spirit of Vatican II which views the Church as a community of God's people on pilgrimage in the world. The methodology used in this study is a qualitative and phenomenological research exploring their daily way of life. The author conducted in-depth interviews with the parishioners of St. Antony of Padua, Pasuruan. The interview results were then elaborated on the meaning of a parish according to Can. 515. The findings of this study are: (1) The parish as a community of Christian believers plays an important role in realizing the Church as a communion of God's people. (2) The parishioners awareness is revealed in active participation in church activities and pastoral care.AbstrakFokus studi ini ialah mendeskripsikan penghayatan umat Paroki St. Antonius Padua Pasuruan terhadap pengertian paroki sebagai komunitas kaum beriman Kristiani menurut KHK 515. Pemaknaan ini diinsipirasi oleh semangat Konsili Vatikan II yang merefleksikan Gereja sebagai persekutuan umat Allah yang sedang berziarah di dunia. Paroki sebagai bagian dari Gereja universal mempunyai peranan yang sangat penting dalam menghantar umat untuk mewujudkan persekutuan tersebut. Metodologi yang digunakan dalam studi ini ialah penelitian kualitatif dan fenomenologis yang menggali mental atau aktus kehidupan manusia dalam keseharian hidupnya. Penulis melakukan depth interview (wawancara mendalam) terhadap umat Paroki St. Antonius Padua Pasuruan. Hasil wawancara kemudian dielaborasi dengan pengertian paroki menurut KHK 515. Temuan dari studi ini ialah: (1) Paroki sebagai komunitas kaum beriman Kristiani memainkan peran penting dalam mewujudkan persekutan umat Allah sebagaimana makna Gereja itu sendiri. (2) Kesadaran umat akan makna paroki terungkap dalam partisipasi aktif dalam kegiatan menggereja dan reksa pastoral.
Peran Orang Tua dalam Pendidikan Agama Kristen Menurut Kitab Amsal Bagi Anak Usia 7-12 Tahun Paulus Kunto Baskoro; Hardi Budiyana
Jurnal Teologi Praktika Vol 2, No 2 (2021): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tenggarong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51465/jtp.v2i2.36

Abstract

Family is the most comfortable palce in a chlid’s education. Because children have a lot of time in a family. Chlirdren’s education is the most important part in life in the future. Especially in Christian religious education. Parents must play an active role in educating their their children to grow spiritually in Christ. Christian regilious education for children cannot be ruled out. Some parents think that their children’s education in Christianity is not primary. As evidenced by several cases, parents are more focused on work, career, position rather than focusing on Christian religious education. Some also stated that the role of educating children could be left to the church. Trough this wiritng, the author would like to remind again how important the role of parents for Christian religious education for their children aged 7-12 years according to the Book of Provebs. This writing uses the mothed of descriptive literature. The goal is that through writing, First, to awaken every Christian parent to play an active role in Christian religious education for their children. Second, parents practice the role system of Christian religious education for children according to Bible truth. Third, children of believers experience early spiritual growth, so that their future is strong in God.Abstrak:Keluarga adalah tempat yang paling nyaman dalam sebuah pendidikan anak. Sebab anak memiliki banyak waktu dalam sebuah keluarga. Pendidikan anak merupakan bagian terpenting dalam kehidupan di masa depan. Terutama dalam pendidikan agam Kristen. Orang tua harus berperan aktif dalam mendidik anaknya untuk bertumbuh secara rohani dalam Kristus. Pendidikan agama Kristen terhadap anak, tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Beberapa orang tua menganggap bahwa pendidikan anak pada agama Kristen adalah hal yang tidak primer. Terbukti dengan beberapa kasus yang terjadi, orang tua lebih fokus kepada pekerjaan, karir, jabatan daripada fokus kepada pendidikan agama Kristen. Beberapa juga menyatakan bahwa peran mendidik anak bisa diserahkan kepada gereja. Lewat penulisan ini, penulis mau kembali mengingatkan betapa pentingnya peran orang tua bagi pendidikan agama Kristen bagi anak-anaknya di usia 7-12 tahun menurut Kitab Amsal. Penulisan ini menggunakan metode deskritif literatur. Tujuannya supaya lewat penulisan yaitu Pertama, menyadarkan setiap orang tua Kristen untuk berperan aktif dalam pendidikan agama Kristen terhadap anak. Kedua, orang tua mempraktekkan sistem peran pendidikan agama Kristen bagi anak menurut kebenaran Alkitab. Ketiga, anak-anak orang percaya mengalami pertumbuhan rohani secara dini, sehingga masa depan mereka kuat di dalam Tuhan. 
Single Meaning Dan Multiple Meaning dalam Interpretasi Injil Yohanes 4:21-24 dan Implikasinya Bagi Gereja Masa Kini Kristien Oktavia; Robinson Rimun
Jurnal Teologi Praktika Vol 2, No 2 (2021): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tenggarong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51465/jtp.v2i2.37

Abstract

The interpretation of the meaning of the Gospel of John 4: 21-24 is not fully understood by some theologians and church circles today, which only includes a single meaning in a category, namely the category of ways or actions, the category of expression or power of the Spirit, the category of places of worship (practice), and the category of places of worship (practice). Right on target (pattern) in worship of God, so that this meaning does not cover the entire meaning and purpose of the Gospel of John (John 20:31), which should be analyzed as a whole in the Gospel of John. 4: 1-42, according to the interpretation of the Bible which clarifies or clarifies the meaning of language by means of precise and clear analysis. with the meaning contained is it only limited to single meaning or multiple meaning? namely a single meaning that is expanded in terms of language, so it is often understood as a double meaning. The most important thing as a complete understanding is that the Bible is single meaning or multiple meaning, which means one interpretation, but many applications  Therefore the author uses a qualitative research design, which is not experimental oriented with the type of biblical theological research, on the basis of the use of descriptive analysis methods from various data sources. The method used is biblical research (exegesis), namely the principles of hermeneutics. With the aim of this research is to know the various interpretations and interpretations of the Gospel of John 4: 21-24, so as to know the implications for the church today. So that it can be revealed that the various interpretations of theologians have not completely covered the meaning contained in the Gospel of John 4: 1-42, because they only highlight one of the limited meanings of verses 23-24. Where as a whole speaks of a single commandment in carrying out the mission of Jesus, with eight meanings contained in the entire historical journey of Jesus. The meaning of this single commandment has implications for the church today in broad understanding of the Gospel of John 4: 1-42.AbstrakInterpretasi pada makna Injil Yohanes 4:21-24 dipahami kurang menyeluruh oleh beberapa teolog dan kalangan gereja masa kini, yang hanya mencakup sebatas kategori yaitu kategori cara atau tindakan, kategori ekspresi atau kuasa Roh, kategori tempat ibadah (praktik), dan kategori tepat sasaran (pola) dalam penyembahan kepada Tuhan, sehingga makna ini tidak mencakup seluruh makna dan tujuan Injil Yohanes (Yoh. 20:31), yang seharusnya di analisa secara keseluruhan pada Injil Yoh. 4:1-42, sesuai dengan interpretasi Injil yang memperjelas atau menjernihkan makna bahasa dengan sarana analisis yang tepat dan jelas. Dengan makna yang terkandung apakah hanya sebatas single meaning atau multiple meaning yang artinya makna tunggal yang diperluas dalam segi kebahasaan, sehingga sering dipahami sebagai makna ganda. Hal terpenting sebagai pemahaman secara utuh, bahwa Alkitab bersifat single meaning atau multiple meaning, yang berarti satu tafsiran, namun banyak pengertian Oleh karena itu penulis menggunakan rancangan penelitian kualitatif, yang berorientasi bukan eksperimental dengan jenis riset teologi biblika, dengan dasar penggunaan metode deskriptif analisis dari berbagai sumber data. Metode yang dipakai adalah penyelidikan Alkitabiah (eksegesis) yaitu dengan prinsip-prinsip hermeneutika. Dengan tujuan penelitian ini adalah mengetahui ragam tafsiran dan interpretasi Injil Yohanes 4 : 21-24, sehingga dapat mengetahui implikasi bagi gereja masa kini. Sehingga dapat mengungkapkan bahwa ragam tafsiran para teolog belum mencakup secara menyeluruh tentang makna yang terkandung dalam Injil Yohanes 4:1-42, karena hanya menyoroti salah satu makna sebatas ayat 23-24. Dimana secara keseluruhan berbicara tentang perintah tunggal dalam melaksanakan misi Yesus, dengan delapan makna yang terkandung di dalam seluruh historis perjalanan Yesus. Makna perintah tunggal ini dapat menjadi implikasi bagi gereja masa kini untuk dapat mengetahui makna secara luas tentang Injil Yohanes 4: 1-42.
Keluarga Rancangan Allah Dan Implikasinya Dalam Pedidikan Keluarga Kristen Tri Astuti Yeniretnowati; Yakub Hendrawan Perangin Angin
Jurnal Teologi Praktika Vol 2, No 2 (2021): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tenggarong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51465/jtp.v2i2.35

Abstract

Many problems occur in Christian marriages and families. One of the main causes of the many problems that plague Christian marriages and some divorces is the lack of understanding of the meaning of the vision and mission of marriage as God's design. Christian marriage vocation should reflect a holistic unity. Christian families must be alert to the challenges they face. The method in this research is a qualitative methodology with a literature study approach. As for the results of this study, there are five implications of understanding the meaning of the vision and mission of the family designed by God in Christian family education, namely: First, the means for parents to help children's perspective. Second, build a strong and healthy and successful marriage vision. Third, make wise marriage choices. Fourth, take root, grow, and bear fruit with a partner. Fifth, serve the couple.Abstrak:Banyak permasalahan terjadi dalam pernikahan dan keluarga Kristen. Salah satu penyebab utama banyaknya persoalan yang melanda pernikahan Kristen dan beberapa perceraian karena kurangnya memahami makna visi dan misi pernikahan sebagai rancangan Allah. Panggilan pernikahan Kristen seharusnya dapat mencerminkan kesatuan yang besifat holistis. Keluarga Kristen harus waspada terhadap tantangan yang dihadapi. Metoda dalam penelitian ini adalah dengan metodologi kualitatif pendekatan studi pustaka. Adapun hasil dari penelitiam ini adanya lima implikasi dari pemahaman makna visi dan misi keluarga rancangan Allah ini dalam pendidikan keluarga Kristen yaitu: Pertama, Sarana orang uua membantu cara pandang anak. Kedua, Membangun visi pernikahan yang kuat dan sehat serta berhasil. Ketiga, Membuat pilihan pernikahan yang bijak. Keempat, Berakar, bertumbuh, dan berbuah bersama pasangan. Kelima, Melayani pasangan
Peran Pendidikan Kristen dalam Memerangi Kekerasan pada Anak (Violance Against Child) Andreas Fernando; Yonatan Alex Arifianto; Sumiyati Sumiyati
Jurnal Teologi Praktika Vol 2, No 2 (2021): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tenggarong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51465/jtp.v2i2.44

Abstract

Many children have experienced violence both in closed spaces and in open spaces and nowadays this incident can be a frightening specter for children if the violence is recorded in the digital world. Child abuse is a serious problem for the whole family. Because often found child abuse occurs in the family and close people. This article written using descriptive qualitative research methods with a literature study approach. So, it can be concluded that the role of Christian education in combating the behavior and impact of violence against children, firstly: providing understanding to Christians about the nature of violence against children. Second, with this understanding, it was found that the role of Christian education in preventing and overcoming violence against children from a biblical perspective can be applied. Then the third is to provide education for parents the importance of taking care of and nurturing children in a good and right attitude. And have an attitude of rejecting violence against children regardless of the arguments and forms.AbstrakBanyak anak mengalami kekerasan baik di ruang tertutup maupun di ruang terbuka dan saat ini kejadian itu bisa menjadi momok menakutkan bagi anak bila kekerasan tersebut terekam di dunia digital. Kekerasan anak adalah persoalan serius bagi seluruh keluarga. Sebab sering ditemukan kekerasan anak terjadi dalam keluarga dan orang terdekat. Artikel ini ditulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskritif dengan pendekatan studi pustaka. Maka, dapat disimpulkan bahwa peran pendidikan Kristen dalam memerangi perilaku dan dampak kekerasan terhadap anak, pertama: memberikan pengertian kepada orang Kristen tentang hakikat kekerasan terhadap anak. Kedua, dengan adanya pengertian tersebut didapat adanya peran pendidikan Kristen dalam mencegah dan menanggulangi kekerasan terhadap anak dalam perspektif Alkitab dapat diterapkan. Kemudian ketiga memberikan edukasi bagi orangtua pentingnya menjaga dan memelihara anak dalam sikap yang baik dan benar. Serta memiliki sikap menolak terhadap kekerasan terhadap anak apapun dalil dan bentuknya.
Kasih Sejati: Memahami Misi Secara Teks, Konteks, dan Komunitas Berdasarkan Yohanes 17:18 Pada PTT/AK Sensius Amon Karlau
Jurnal Teologi Praktika Vol 1, No 1 (2020): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tenggarong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51465/jtp.v1i1.12

Abstract

The existence of God is in essence impossible to shift, but, in fact seems to experience a shift that appears in human efforts to respond to the mission call. Efforts to "narrow" the meaning, purpose and impact of understanding the "true love and mission" for His people here are in contrast to God's love that cannot be separated from His essence. God himself wants His love to be part of His ransom people, so this is where "mission" becomes the logical implication of God's existence as a mission initiator that has been, is being, and continues to be done through His chosen people in every age in (community). The author used qualitative method with text and language analysis approaches. Based on research results in the "text" it can be understood that God's love enables Him to send His only begotten Son to fulfill His mission. Then in His grace; The Son continues the Father's mandate to disciples to become a "community" sharing the love of God the Father. This task is then passed on to the present generation specifically for graduates of Theological/Christian Religious College.
Signifikansi Pelayanan Pastoral Terhadap Jemaat Usia Lanjut Luther Lawing
Jurnal Teologi Praktika Vol 1, No 1 (2020): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tenggarong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51465/jtp.v1i1.1

Abstract

Based on the research entitled Significance of Pastoral Services to Elderly People, it is found that there is a significance of pastoral care to elderly people on the grounds that old age is vulnerable to suffering (physical mental), old age is vulnerable to problems (emotionally unstable, senile) so that through pastoral care pastors are expected to be able to answer the needs of elderly church members. Through pastoral care, pastors can get to know situations and conditions of old age more closely, entertain, give hope, and guide. Pastoral care performed by Pastors can have an impact / influence on old age, including: there is joy, comfort, hope, and can be more calm and ready to face physical death. Pastors need to implement pastoral care strategies that are relevant to old age by: personal visits to elderly homes, joint visits (BPJ / Assembly Team), guidance counseling, and social services. The method used in this research is to use quantitative and library research. Quantitative method is done by collecting data from pastors, church leaders in the congregation, and elderly members of the congregation as samples through a questionnaire distributed to the research object. Library research is carried out by exploring the basic theories put forward by experts in the fields related to this research as supporters. Based on the theory, it was found that the pastoral care of the elderly is significant. Berdasarkan penelitian yang berjudul Signifikansi Pelayanan Pastoral Terhadap Usia Lanjut ini, ditemukan fakta bahwa terdapat signifikansi pelayanan pastoral terhadap usia lanjut dengan alasan bahwa usia lanjut rentan penderitaan (fisik batin), usia lanjut rentan masalah (emosi tidak stabil, pikun) sehingga melalui pelayanan pastoral gembala diharapkan dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan anggota jemaat usia lanjut. Melalui pelayanan pastoral, gembala dapat mengetahui situasi dan kondisi usia lanjut lebih dekat, menghibur, memberi pengharapan, dan membimbing. Pelayanan pastoral yang dilakukan gembala dapat memberikan dampak/pengaruh kepada usia lanjut, antara lain: ada sukacita, penghiburan, pengharapan, dan dapat lebih tenang serta siap menghadapi kematian jasmani. Gembala perlu menerapkan strategi pelayanan pastoral yang relevan terhadap usia lanjut dengan cara: kunjungan pribadi ke rumah-rumah lansia, kunjungan bersama (tim BPJ/Majelis), bimbingan penyuluhan (konseling), dan pelayanan sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metodologi kuantitatif dan metodologi library research (penelitian perpustakaan). Metode kuantitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari gembala, tokoh-tokoh gereja dalam jemaat, dan anggota jemaat usia lanjut sebagai sampel melalui angket yang diedarkan kepada objek riset. Penelitian perpustakaan dilakukan dengan cara menggali teori-teori dasar yang dikemukakan oleh pakar pada bidang yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai pendukung. Berdasarkan teori, ditemukan bahwa pelayanan pastoral terhadap usia lanjut adalah sigfnifikan.