cover
Contact Name
Sutikno Wijaya
Contact Email
sutiknowijaya777@gmail.com
Phone
+628985035222
Journal Mail Official
sutiknowijaya777@gmail.com
Editorial Address
Jl. Aer Terang No.4, Lingkungan VI, Malalayang Satu Timur, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
ISSN : 27981797     EISSN : 27980642     DOI : https://doi.org/10.53674/teleios
Core Subject : Religion, Education,
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen, merupakan wadah publikasi ilmiah dari hasil penelitian Teologi dan Pendidikan Agama Kristen, yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Transfromasi Indonesia dengan nomor ISSN 2798-0642 (Online) 2798-1797 (Print), serta telah memiliki DOI 10.53674, dan diperuntukkan bagi semua dosen maupun para peneliti di kalangan STT Transformasi dan Institusi lainnya. Jurnal Teleios terbit dua kali dalam setahun (Juni dan Desember). Jurnal Teleios menggunakan sistem double-blind review. Adapun yang menjadi Fokus dan Ruang Lingkup dalam Jurnal Teleios adalah: 1. Teologi Biblika 2. Teologi Historika 3. Teologi Sistematika 4. Teologi Praktika 5. Teologi Kharismatik 6. Pendidikan Agama Kristen
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani" : 7 Documents clear
Karya Pertukaran yang Mulia dari Efesus 1-2: Pemahaman Teologi Keselamatan dan Implikasinya dalam Penginjilan Paulus Kunto Baskoro; Irma Widiyanti
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i1.56

Abstract

Abstract: Christians who go to church have made a decision to follow Christ, but they may not really understand or be unable to explain what the decision to follow Jesus means. Many respond to the altar call to salvation but are unable to articulate the gospel or what it means to be saved, other than knowing God's love for them. Some (if not most) have a partial or incomplete understanding of safety. They may think of salvation as an insurance policy to heaven and still think of good works as a way to get right with God. When everyone surrenders their life to God and accepts Christ as Lord and Savior, a great exchange takes place: Jesus bore the guilt of every believer and forgave him, He paid the price for sin and died for everyone and gave life. The method used in this study is a descriptive qualitative method using extracting text from the literature. And the purpose of this writing is First, to explain the principle of exchange work from the text of Ephesians 1-2. Second, find important principles in exchange works according to Ephesians 1-2. Third, it provides an explanation of the logical implications of evangelism.Abstrak: Orang-orang Kristen yang pergi ke gereja telah membuat keputusan untuk mengikut Kristus, tetapi mereka mungkin tidak benar-benar mengerti atau tidak dapat menjelaskan apa arti keputusan mengikut Yesus. Banyak yang menanggapi panggilan altar untuk keselamatan tetapi tidak dapat mengartikulasikan Injil atau apa artinya diselamatkan, selain mengetahui tentang kasih Allah bagi mereka. Beberapa (jika tidak sebagian besar) memiliki pemahaman keselamatan sebagian atau tidak lengkap. Mereka mungkin menganggap keselamatan sebagai polis asuransi ke surga dan masih memikirkan perbuatan baik sebagai cara untuk menjadi benar dengan Tuhan. Ketika setiap orang menyerahkan hidup kepada Allah dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, terjadi pertukaran yang besar: Yesus menanggung kesalahan setiap orang percaya dan mengampuninya, Dia membayar harga dosa dan mati untuk setiap orang dan memberi hidup. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskritif dengan menggunakan penggalian teks dari pustaka. Dan tujuan dari penulisan ini adalah Pertama, menjelaskan prinsip karya pertukaran dari teks Efesus 1-2. Kedua, menemukan prinsip-prinsip penting dalam karya pertukaran menurut Efesus 1-2. Ketiga, memberikan penjelasan implikasi logis dalam penginjilan.
Metode Picture and Picture dalam Meningkatkan Antusiasme Anak Sekolah Minggu dalam Mendengarkan Firman Tuhan Ferry J N Sumual; Eka Pasolang; Rinawaty Widjaja
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i1.57

Abstract

Abstract: The basis of this writing is unraveled because factually there are still many in the church, children's interest and enthusiasm when hearing the story of God's word is still lacking. This paper aims to find out the increase in the enthusiasm of middle-level Sunday school children in listening to God’s word through the picture and pictures method. Based on the results of field observations, it is know that the enthusiasm of children in listeningto the word does not meet good standards. In thelearning proses in Sunday School, especially in the middle class, Sunday school teacgers still use the methodteacing that is less interesting, makes children bored so they pay less attention to teaching. This study used clasroomaction research with 20 children as a sample. Two cycles with four stages used starting with action planning, action implementation, observation and reflection. Research results so that the enthusiasm of children in listening to the word of God is further increased using the Picture and Picture method. The use of this method also encourages a variety of methods used by teachers, while also creating increased interest and enthusiasm for Sunday school children.Abstrak: Dasariah tulisan ini terurai karena secara faktual masih banyak ditemukan di dalam gereja, minat dan antusiasme anak-anak ketika mendengar cerita firman Tuhan masih kurang. Tulisan ini dibuat untuk mencari tahu peningkatan antusiasme anak sekolah minggu jenjang madya dalam mendengarkan firman Tuhan lewat metode Picture and Picture. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, diketahui bahwa antusiasme anak dalam mendengarkan firman Tuhan belum memenuhi standar yang baik. Dalam mengajar di sekolah Minggu khususnya di kelas tengah, guru masih menggunakan metode pengajaran yang kurang menarik, sehingga membuat anak jenuh dan kurang memperhatikan pengajaran. PTK digunakan dalam penelitian ini dengan sampel 20 anak. Ada empat tahapan dari kedua Siklus yang digunakan yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi dan 4) refleksi. Hasilnya memperlihatkan bahwa dengan menggunakan metode picture and picture membuat semangat anak dalam mendengarkan firman Tuhan lebih meningkat. Penggunaan metode ini juga sekaligus mendorong beragamnya metode yang digunakan guru, sekaligus juga menciptakan minat dan anutisme anak sekolah minggu bertambah
Membaca Narasi Dosa Anak dengan Perspektif John Calvin dari Konteks Gereja Toraja Alvary Exan Rerung; Adelia Paelongan
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i1.59

Abstract

Abstract: This research talks about the reality of problems that often occur in the current church area, namely differences in views on a particular subject of study. One example of this is the Toraja Congregation of Sundung Church, which is the location of this research. There are different views that occur in the Toraja Church of the Sundung Congregation about who bears the sins of children who have not received confirmation of sidi. Most church members admit that it is their parents who bear their sins, and only a few reject this view. It is this difference in views that the author will examine using qualitative narrative methods, literature studies and interviews. Because the Toraja Congregation of Sundung Church is a Calvinist sect, this research will also use the narration of John Calvin's theory about child sin. This research aims to provide understanding to the members of the Toraja Congregation of Sundung Church, that according to John Calvin only Jesus Christ is the only human who has no sin and therefore He deserves to bear and atone for human sins.Abstrak: Penelitian ini berbicara tentang realitas masalah yang sering terjadi di dalam wilayah gereja saat ini, yaitu perbedaan pandangan tentang suatu pokok kajian tertentu. Salah satu contohnya yang terjadi di Gereja Toraja Jemaat Sundung yang menjadi lokasi penelitian ini. Ada perbedaan pandangan yang terjadi di Gereja Toraja Jemaat Sundung tentang siapakah yang menanggung dosa anak yang belum menerima peneguhan sidi. Sebagian besar warga gereja mengaku bahwa orang tualah yang menanggung dosa mereka, dan hanya sedikit yang menolak pandangan tersebut. Perbedaan pandangan inilah yang akan diteliti oleh penulis menggunakan metode kualitatif naratif, studi pustaka dan wawancara. Oleh karena Gereja Toraja Jemaat Sundung merupakan aliran Calvinis, maka penelitian ini juga akan menggunakan narasi teori John Calvin tentang dosa anak. Penelitian ini hendak memberikan pemahaman kepada warga Gereja Toraja Jemaat Sundung, bahwa menurut John Calvin hanya Yesus Kristus satu-satunya manusia yang tidak memiliki dosa dan oleh karena itu Dia layak menanggung serta menebus dosa manusia
Kekristenan di tengah Pluralitas: Analisis 1 Petrus 2:11-17 Vayen Limpele
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i1.54

Abstract

Abstract: Indonesia is a country consisting of various differences (Race, Culture, Ideology, religious). These differences have shaped this country. Pancasila is the basis of Indonesia so this country continues to exist even though there are various differences/diversities. Diversity is certainly beautiful but it is not impossible that in diversity there are conflicts on the basis of differences, then the understanding of pluralism emerges to make the nation aware that even though we are different in ideology, belief, and culture, we are still both human and one nation. So that between us creates a feeling of mutual respect and respect for each other, not bringing each other down. The author uses a descriptive qualitative research method with a literature study approach to see how Christianity is in the midst of plurality. In Christianity, Exclusivism in Christian theology can make Christians mistaken in responding to a plurality of diversity if exclusivism is not properly understood. The author sees that 1 Peter 2:11-17 is the answer to how Christians should behave in the midst of this Plurality, because in this letter it teaches that Christians must abstain from fleshly desires, and emphasizes that as servants of God one must have a good way of life. and righteous before God, in the midst of a nation that does not share one belief regardless of religious differences.Abstrak: Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai perbedaan (Ras, Budaya, Ideologi, religius). Perbedaan itulah yang telah membentuk negara ini. Pancasila sebagai dasar Indonesia membawa negara ini terus eksis manakalah terdapat berbagai perbedaan/keberagaman. Keberagaman tentu indah namun bukan tidak mungkin di dalam keberagaman terjadi konflik atas dasar perbedaan, maka muncul paham pluralisme untuk menyadarkan bangsa bahwa meski berbeda secara ideologi, kepercayaan, dan budaya namun kita tetap sama-sama manusia dan sama-sama satu bangsa, agar di antara kita tercipta perasaan saling menghargai dan saling menghormati bukan saling menjatuhkan. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskripsi dengan pendekatan studi literatur untuk melihat bagaimana Kekristenan di tengah Pluralitas. Di dalam kekristenan, Eksklusivisme teologi Kristen bisa saja membuat orang Kristen keliru dalam menyikapi pluralitas keberagaman jika eksklusivisme itu kurang tepat dipahami. Penulis melihat bahwa 1 Petrus 2:11-17 adalah jawaban mengenai bagaimana sikap orang Kristen di tengah Pluralitas ini, sebab dalam surat ini memberikan pengajaran bahwa orang Kristen harus menjauhkan diri dari keinginan daging, dan menegaskan bahwa sebagai hamba Allah haruslah memiliki cara hidup yang baik dan benar di hadapan Allah, di tengah bangsa yang tidak satu kepercayaan terlepas dari perbedaan agama. 
Signifikansi Pendidikan Seksual oleh Orang Tua terhadap Anak 7-12 tahun Asmat Purba; Alon Mandimpu Nainggolan; Delpi Novianti
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i1.58

Abstract

Abstract: Most parents think that talking about sex with family members, especially children, is taboo. Taboo because they are not used to it and are not trained. This article aims to find appropriate ways for parents to successfully conduct sexual education for their children who are still in elementary school. The research method used is descriptive qualitative, with a qualitative approach to literature research (library research). Through this research it was found that sex education in the middle of the family, sexual education for elementary school students, spiritual education for children in the family context can prevent and overcome children's sexual problems. Children are God's gift entrusted to the family. Before they become girls or adults, they are children under the care of their parents. The church needs to equip parents in the context of sexual education for children. Parents are very strategic in educating their children at home regarding sexual education so that they are not patronized by the media and pornographic films which cause them to misunderstand sexuality which results in falling into sexual sins, pregnancies outside of legal marriage and the possibility of various venereal diseases.Abstrak: Sebagian besar orang tua menganggap bahwa membicarakan seks kepada anggota keluarga, khususnya kepada anak-anak adalah tabu. Tabu karena belum terbiasa dan terlatih. Artikel ini bertujuan untuk menemukan cara yang tepat bagi para orang tua agar berhasil melakukan pendidikan seksual kepada anak-anak mereka yang masih duduk di Sekolah Dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, dengan pendekatan kualitatif studi literatur. Melalui penelitian ini ditemukan bahwa pendidikan seks di tengah keluarga, pendidikan seksual bagi siswa Sekolah Dasar, pendidikan rohani anak di konteks keluarga dapat mencegah dan mengatasi permasalahan anak di bidang seksual. Anak-anak adalah karunia Tuhan yang dipercayakan kepada keluarga. Sebelum mereka menjadi gadis atau dewasa, mereka adalah anak-anak di bawah pengasuhan orang tua. Gereja perlu melengkapi orang tua dalam rangka pendidikan seksual bagi anak. Orang tua sangat strategis mendidik anak usia di jenjang Sekolah Dasar di rumah perihal pendidikan seksual agar mereka tidak digurui oleh media dan film-film porno yang mengakibatkan mereka salah memahami seksual yang mengakibatkan kejatuhan ke dalam dosa seksual, kehamilan di luar pernikahan yang sah dan kemungkinan berbagai penyakit kelamin
Pemanfaatan Media Digital dalam Pelayanan Gerejawi Ricky Joyke Ondang; Samuel Rafly Kalangi
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i1.79

Abstract

Abstract: The use of digital media in ministry can not only be a facility, but can also be a big challenge for the church. Responding to this reality, it is felt that the church needs to show a more optimistic attitude as a real effort to improve the quality and achievements of church services. This research aims to describe and analyze the use of digital media in congregations. The method used by the author in conducting research is a descriptive qualitative research method, which is carried out through library research. By making literature study a target in writing, the author tries to provide awareness and optimism in seeing the progress of media in the world and the church as an opportunity, not just a threat. The results of the research and discussion provide input to the Pastoral Congregation regarding what things need to be addressed or improved in order to optimize the unstoppable use of digital media to support ecclesiastical services. Abstrak: Pemanfaatan media digital dalam pelayanan selain dapat menjadi fasilitas, namun juga sekaligus dapat menjadi sebuah tantangan besar bagi gereja. Menyikapi kenyataan tersebut, gereja dirasa perlu menunjukkan sikap yang lebih optimis sebagai upaya nyata peningkatan mutu dan capaian pelayanan gereja. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan serta menganalisis dari pemanfaatan media digital di jemaat. Metode yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian adalah metode penelitian kualitatif deskriptif yakni dilakukan melalui penelitian pustaka. Dengan menjadikan studi literature sebagai sasaran dalam penulisan, dimana penulis berusaha memberikan sebuah awareness dan optimisme dalam melihat kemajuan media di dunia dan gereja merupakan sebuah peluang bukan sekedar ancaman. Hasil penelitian dan pembahasan memberi input kepada Gembala jemaat mengenai hal-hal apa yang harus dibenahi atau ditingkatkan untuk dapat mengoptimalkan pemanfaatan media digital yang tak terbendung itu agar mendukung pelayanan gerejawi.
Tinjauan Teologis terhadap Mazmur Kutukan Yaaro Harefa
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i1.55

Abstract

Abstract: Pour out your wrath, let destruction come upon him, and let him perish. Phrases like these can be found in the book of Psalms. Psalms like these are classified as curse Psalms by interpreters. The existence of such Psalms in the Bible evokes various reactions from interpreters, especially since the words in these Psalms are very harsh. Some argue that Christians should not pray psalms like these in this day and age. The author therefore researched this topic, using the expositional method and also collaborated with several other writings related to this topic. Based on the results of the research, the author found that Psalms of curses are still relevant for Christians today. This statement is supported by a theological analysis of the curse psalms based on the covenant and the purpose of the psalms themselves. As a result, since the psalmists were praying in reaction to God's covenant with His people, it is not wrong for them to ask God to fulfill the promise. Praying for justice is not wrong, in fact, Christians should do so.Abstrak: Tumpahkanlah murka-Mu, biarlah kebinasaan menimpanya, dan biarlah dia binasa. Frasa seperti itu dapat ditemukan dalam kitab Mazmur. Mazmur seperti ini diklasifikasikan sebagai Mazmur kutukan oleh para penafsir. Keberadaan Mazmur-mazmur seperti ini di dalam Alkitab menimbulkan berbagai reaksi dari para penafsir, terutama karena kata-kata dalam Mazmur-mazmur ini sangat keras. Ada yang berpendapat bahwa orang Kristen tidak boleh mendoakan mazmur seperti ini pada zaman sekarang ini. Oleh sebab itu penulis meneliti topik ini, dengan menggunakan metode ekposisi dan juga penulis berkolaborasi dengan beberapa tulisan lain yang berkaitan dengan topik ini. Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan bahwa Mazmur kutukan masih relevan bagi orang Kristen pada masa kini. Pernyataan ini didukung oleh analisis teologis tentang mazmur-mazmur kutukan berdasarkan perjanjian dan tujuan mazmur itu sendiri. Sebagai hasilnya, karena para pemazmur berdoa sebagai reaksi atas perjanjian Allah dengan umat-Nya, maka tidak salah jika mereka meminta Allah untuk menggenapi janji tersebut. Berdoa untuk keadilan tidaklah salah, bahkan, orang Kristen harus melakukannya. 

Page 1 of 1 | Total Record : 7