cover
Contact Name
Rikha Widiaratih
Contact Email
ijoce@live.undip.ac.id
Phone
+6281310097666
Journal Mail Official
ijoce@live.undip.ac.id
Editorial Address
Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Tembalang, Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah 50275
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Indonesian Journal of Oceanography
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 27148726     DOI : -
Indonesian Journal of Oceanography is published by Department of Oceanography, Universitas Diponegoro. The Indonesian Journal of Oceanography is published four times a year in February, May, August and November containing research articles and literature review on Oceanography and Marine aspects in general. Indonesian Journal of Oceanography (IJOCE) encourages submission of manuscripts dealing with all research papers and review on all aspects of oceanography, coastal management, marine science, marine biology, marine conservation, marine ecology, marine microbiology, marine culture, marine geology, air and ocean dynamics, estuary, renewable energy, disaster mitigation, ocean technology, ocean and coastal resources, ocean satellite, ocean remote sensing, other ocean topics.
Articles 247 Documents
Peramalan Daerah Fishing Ground di Perairan Pulau Weh, Kota Sabang Menggunakan Indikator Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Serta Hubungannya Dengan Kelimpahan Ikan Tongkol Teuku Fauzan Zul Aufar; Kunarso Kunarso; Lilik Maslukah; Dwi Haryo Ismunarti; Anindya Wirasatriya
Indonesian Journal of Oceanography Vol 3, No 2 (2021): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1480.437 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v3i2.11221

Abstract

Fishing ground atau zona penangkapan ikan adalah suatu kawasan perairan yang menjadi sasaran penangkapan ikan. Prediksi zona tangkapan ikan dapat dilakukan dengan cara mendeteksi sebaran klorofil-a dan sebaran suhu permukaan laut (SPL) dari citra Aqua MODIS. Penelitian ini bertujuan mempelajari perkiraan potensi daerah fishing ground pada variasi monsun di perairan  Pulau Weh Kota Sabang dan hubungannya dengan kelimpahan ikan tongkol. Data SPL dan klorofil-a yang digunakan didapatkan dari citra MODIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada monsun Barat-Peralihan I yang terjadi pada Bulan Desember, Januari, Februari, Maret, April, dan Mei merupakan musim dengan jumlah tangkapan ikan tinggi. Bulan Februari merupakan puncak tertinggi hasil tangkapan, dengan luas area tangkapan diprediksi mencapai 455,89 km2. Jumlah hasil tangkapan tongkol tertinggi ditemukan pada musim Barat dan kondisi ini bersamaan dengan tingginya konsentrasi klorofil-a dan rendahnya nilai SPL. Musim Timur-peralihan II yang terjadi pada Bulan Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, dan November merupakan musim dengan tangkapan tongkol rendah. Bulan Juni memiliki hasil tangkapan ikan tongkol paling rendah, dan dari hasil prediksi penentuan daerah potensi fishing ground diperkirakan hanya mencapai 190,19 km2.. Lokasi prediksi fishing ground pada musim Barat-peralihan I dominan disebelah timur Pulau Weh, Provinsi Aceh dan sebaliknya pada musim Timur sampai peralihan II, lokasi fishing ground dominan di sebelah Barat Pulau Weh.
Studi Sebaran Sedimen Dasar di Perairan Sungai Banjir Kanal Timur Semarang, Jawa Tengah Nanda Rahmadi; Sugeng Widada; Jarot Marwoto; Warsito Atmodjo; Rikha Widiaratih
Indonesian Journal of Oceanography Vol 3, No 3 (2021): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (947.225 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v3i3.11707

Abstract

Banjir Kanal Timur merupakan gabungan Tambak Lorok (Kali Banger) dan Kali Tenggang. Adapun sungai Banjir Kanal Timur melintasi kota Semarang bagian timur yang padat pemukiman dan industri. Banyak aktivitas manusia dan industri di sekitar daerah aliran sungai (DAS) ini. antara lain adalah industri tekstil, bahan makanan, bahkan terdapat tempat pelelangan ikan. Banyaknya aktiviitas manusia di sekitar wilayah sungai ini menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan seperti penurunan kualitas air dan peningkatan proses sedimentasi pada mulut muara merupakan permasalahan yang ditimbulkan. Proses sedimentasi di muara sungai yang terjadi terus menerus akan menyebabkan pendangkalan dan sulitnya akses untuk menuju ke laut lepas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis sedimen dasar di Perairan Banjir kanal Timur dan melihat pola arus yang mempengaruhi. Sedimen dasar diambil secara langsung juga melaukan pengukuran batimetri. Terdapat 10 stasiun yang menjadi daerah penelitian dimana 2 stasiun berada di Muara Sungai Banjir Kanal Timur, dan lainnya berada di perairan yang lebih dalam. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa jenis sedimen yang berada di Muara Sungai Banjir Kanal Timur adalah lanau dan daerah yang lebih dalam mengandung pasir. Pola arus pada Perairan Banjir Kanal Timur merupakan arus pasang surut.
Distribusi Kandungan Karbon Total Sedimen Dasar Di Perairan Muara Sungai Kaliboyo, Batang Asri Wahyuningsih; Warsito Atmodjo; Sri Yulina Wulandari; Lilik Maslukah; Muslim Muslim
Indonesian Journal of Oceanography Vol 2, No 1 (2020): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (878.215 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v2i1.7177

Abstract

 Perairan muara Sungai Kaliboyo terletak di sebelah timur Kabupaten Batang, tepatnya di Desa Roban. Daerah sekitar perairan muara Sungai Kaliboyo digunakan berbagai kegiatan masyarakat seperti pemukiman, tempat pelelangan ikan, pertambakan dan tempat keluar masuk perahu nelayan. Tingginya aktivitas di sekitar perairan menjadi jalur masukan limbah domestik ke perairan, yang mengandung bahan organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan karbon total dalam sedimen dan mengetahui distribusi karbon total dalam sedimen. Pengambilan data dilakukan pada bulan September 2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisa deskriptif eksploratif. Metode analisis pengukuran karbon total dalam sedimen menggunakan metode Loss on Ignation (LOI%), sedangkan metode ukuran butir menggunakan metode pengayakan dan pemipetan. Hasil penelitian ini adalah kandungan karbon total pada fraksi pasir berkisar antara 5,89% - 18,53%, sedangkan kandungan karbon total pada fraksi lanau lempungan berkisar antara 15,74 % - 53,33%. Kandungan karbon total lebih tinggi pada fraksi lanau lempungan dibandingkan dengan fraksi pasir. Distribusi kandungan karbon total lebih dipengaruhi jauh dekatnya dari sumber masukan bahan organik, lebih tinggi didaerah muara dan semakin menurun ke arah lepas pantai.Kaliboyo waters is located in the eastern part of the Batang precisely Roban village. The area around the waters of the Kaliboyo waters is used by various community activities such as settlements, fish auction, aquaculture and fishing boats exit. The high activity around the waters becomes the input path for domestic waste into the waters, which contains organic matter. This study was aimed to determine the total carbon content in sediments and determine the distribution of total carbon in sediments. The data were taken on September. The method used in this research is explorative descriptive analysis method. Measuring total carbon in the sediment used loss on ignition (LOI%) method, while sediment particle size analysis used dry sieving and wet sieving method. The result showed concentration of total carbon in sand ranged between 5,89%- 18,53%, while concentration of total carbon in clay silt ranged between 15,74%- 53,33%. The total carbon content was higher in the clay silt fraction compared to the sand fraction. The distribution of total carbon content was influenced more closely by the source of input of matter, higher in the estuary area and lower towards offshore.
Pembuktian Catatan Sejarah dalam Perkembangan Pesisir Jepara Bagian Barat, Jawa Tengah Heryoso Setiyono; Warsito Atmodjo; Rikha Widiaratih
Indonesian Journal of Oceanography Vol 2, No 2 (2020): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5918.807 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v2i2.8077

Abstract

Berdasarkan laporan-laporan perjalanan tentang pelabuhan Jepara, Jawa Tengah tahun 1774 oleh Stockdale (1749-1814) menunjukkan di depan pelabuhan terdapat tiga pulau, yaitu Visschers, De Nis, dan Foul, serta satu batu karang yang tinggi Walvisch. Berdasarkan peta tahuh 1858 di depan pelabuhan Jepara terdapat dua pulau dan satu karang. Berdasarkan Peta Laut tahun 2002 menunjukkan bahwa di depan pelabuhan Jepara hanya terdapat satu pulau dan satu terumbu karang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada satu pulau telah menyatu dengan daratan Jepara dihubungkan oleh tombolo, satu pulau menjadi bagian daratan (proses deposisional), sehingga tersisa satu pulau (Pulau Panjang) dan satu karang (Karang Bokor).  Based on report of journey about Port of Jepara, Central Java at 1774 by Stockdale (1749-1814) that’s there is three islands in front of the port, is Visschers, De Nis, and Foul, and also a high rock Walvisch. Based on map 1858 in the front of the port there is two islands and a reef island. Based on the Map of Sea year 2002 that in front of port of Jepara only one island dan a reef island. Result of the research that’s one island merge  with mainland of Jepara by tombolo with depositional processes (Kelor islands), and others are an island (i.e. Pulau Panjang) and a reef island (Karang Bokor).
Sedimentasi dan Abrasi di Pantai Bandengan, Kabupaten Jepara Daniel Giovanni Sihotang; Heryoso Setiyono; Petrus Subardjo; Alfi Satriadi; Hariyadi Hariyadi; Rikha Widiaratih; Azis Rifai
Indonesian Journal of Oceanography Vol 2, No 4 (2020): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (941.446 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v2i4.8579

Abstract

Pantai Bandengan merupakan salah satu pantai wisata di Kabupaten Jepara dimana terjadi aktifitas pembangunan yang cukup massif sejak beberapa tahun terakhir yang bertujuan untuk menunjang kegiatan rekreasi wisatawan. Namun terdapat ancaman dalam pengembangan sektor wisata tersebut berupa perubahan garis pantai yang disebabkan oleh sedimentasi dan abrasi yang dapat mengganggu perekonomian masyarakat yang memiliki mata pencaharian di wilayah tersebut. Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui dampak sedimentasi dan abrasi terhadap luas daratan serta mengidentifikasi wilayah-wilayah yang rawan terhadap perubahan garis pantai. Metode yang digunakan yaitu interpretasi citra satelit Google Earth Pro serta survei lapangan menggunakan alat Sediment trap dan bola duga. Pengolahan data citra diproses menggunakan software ArcGIS 10.2 untuk mendapatkan luasan wilayah sedimentasi serta abrasi. Sediment trap digunakan untuk mendapatkan laju sedimentasi dan karakteristik sedimen. Berdasarkan hasil penelitian, dalam lima tahun terakhir sejak 2015 hingga 2019 terjadi sedimentasi seluas ± 8062,9 m2, sedangkan abrasi seluas ± 12.502,1 m2. Sedimen penyusun perairan didominasi oleh lanau pasiran serta kecepatan arus permukaan berkisar 0,085 m/s hingga 0,197 m/s.   Bandengan beach is one of the tourist beaches in Jepara Regency where there have been massive development activities since the last few years aimed at supporting tourist recreational activities. However, there is a threat in the development of the tourism sector in the form of changes in the coastline caused by sedimentation and abrasion that can disrupt the economy of people who have a livelihood in the region. The purpose of this research is to determine the impact of sedimentation and abrasion on land area and identify areas that are prone to shoreline changes. The method used is the interpretation of Google Earth Pro satellite imagery and field surveys using a Sediment trap and floating ball. Image data processing is processed using ArcGIS 10.2 software to get the area of sedimentation and abrasion. Sediment traps are used to obtain sedimentation rates and sediment characteristics. Based on the results of the study, in the last five years since 2015 until 2019 there is a sedimentation area of ± 8.062,9 m2, while abrasion area of ± 12.502,1 m2. The constituent sediments of the waters are dominated by the sandy silt and surface current velocity ranges from 0.085 m/s to 0.197 m/s. 
Pengaruh Fenomena IOD (Indian Ocean Dipole) Terhadap Sebaran Temperatur dan Salinitas di Perairan Barat Sumatera Fannia Wahyu Ramadhanty; Muslim Muslim; Kunarso Kunarso; Baskoro Rochaddi; Dwi Haryo Ismunarti
Indonesian Journal of Oceanography Vol 3, No 1 (2021): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v3i1.10494

Abstract

Perairan Barat Sumatera dan sekitarnya mendapatkan pengaruh signifikan dari massa air Samudera Hindia, massa air tersebut memberikan perubahan terhadap kondisi oseanografi seperti temperatur dan salinitas. Fenomena IOD (Indian Ocean Dipole) merupakan fenomena antara lautan-atmosfer yang terjadi di daerah ekuator Samudera Hindia, yang memberikan dampak kekeringan ataupun peningkatan intensitas curah hujan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fenomena IOD terhadap perubahan nilai temperatur dan salinitas, secara vetikal maupun horizontal yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan karakteristik massa air dengan melakukan perhitungan diagram T-S. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan deskriptif. Data temperatur, salinitas, dan kedalaman didapat dari instrumen Argo Float tahun 2014 – 2020. Kemudian untuk mendapatkan sebaran vertikal, horizontal, dan Diagram T-S menggunakan software Ocean Data View (ODV). Beradasarkan hasil olahan tersebut didapatkan sebaran temperatur secara vertikal menunjukkan temperatur di lapisan Mixed Layer (0-25 m) yaitu 27,86-31,4 ̊C, lapisan termoklin (26-180 m) yaitu 14,78-26,05 ̊C, dan lapisan dalam (181-2000 m) 2,63-13,03 ̊C. Sebaran salinitas secara verikal di lapisan Mixed Layer (0-24 m) yaitu 32,5-33,62 psu, lapisan haloklin (25-123 m) 33,7-34,63 psu, lapisan dalam (125-2000 m) 34,8-35,2 psu. Sebaran temperatur dan salinitas secara horizontal dipengaruhi oleh musim, dimana temperatur permukaan tertinggi (31,39 ̊C) terjadi pada musim Peralihan I, sedangkan salinitas permukaan tertinggi (35,6 psu) terjadi pada Peralihan II. Berdasarkan Diagram T-S massa air yang teridentifikasi pada Perairan Barat Sumatera yaitu massa air BBW (Bengal Bay Water), SLW (Subtropical Lower Water), SICW (South Indian Central Water), IEW (Indian Equatorial Water), NSM (Northern Salinity Minimum), dan ASW (Arabian Sea Water). Pada saat IOD positif tertinggi (2019) mengakibatkan penurunan temperatur dan kenaikan rerata salinitas, ketika IOD negatif (2016) mengakibatkan kenaikan temperatur dan penurunan rerata salinitas.
Identifikasi dan Stratifikasi Massa Air di Laut Sulawesi Fareza Andre Pahlevi Panjaitan; Sri Yulina Wulandari; Gentur Handoyo; Gentio Harsono
Indonesian Journal of Oceanography Vol 3, No 3 (2021): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1021.434 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v3i3.12255

Abstract

Tujuan dari penelitian identifikasi dan stratifikasi massa air di Laut Sulawesi ini adalah untuk mengidentifikasi tipe massa air dan mengetahui stratifikasi massa airnya. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data suhu dan salinitas hingga kedalaman 1500 m yang didapat dengan menggunakan alat Conductivity Temperature Depth (CTD). Data suhu dan salinitas digunakan untuk mendapatkan tipe massa air dari hasil diagram TS berdasarkan klasifikasi Wyrtki. Adapun untuk penentuan stratifikasi massa air menggunakan kriteria gradien suhu dengan kriteria untuk lapisan termoklin adalah ≥ 0.05°C/m. Data suhu dan salinitas divisualisasikan menggunakan software ODV 4.7.3. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa massa air di Laut Sulawesi lebih dipengaruhi oleh massa air dari Samudra Pasifik Utara. Tipe massa air yang ditemukan di laut Sulawesi adalah Western North Pasific Subtropical (WNPS), North Pasific Equatorial Water (NPEW), North Subtropical Lower Water (NSLW) dicirikan dengan salinitas maksimum, North Pacific Intermediate Water (NPIW) dicirikan dengan salinitas minimun, dan South Pacific Intermediate Water (SPIW). Strastifikasi massa air di Laut Sulawesi berdasarkan suhu menunjukkan adanya 3 lapisan massa air yang memiliki kedalaman berbeda – beda di tiap stasiun. Lapisan homogen atau tercampur berkisar pada kedalaman permukaan hingga 85 m, kemudian di bawahnya terdapat lapisan termoklin pada kisaran kedalaman 15 – 263 m, dan di bawah lapisan termoklin terdapat lapisan dalam pada kisaran kedalaman 177 - 1500 m.
Karakteristik Upwelling pada Periode Indian Ocean Dipole (IOD) Positif di Perairan Selatan Jawa Barat Dini Oktaviani; Gentur Handoyo; Muhammad Helmi; Kunarso Kunarso; Anindya Wirasatriya
Indonesian Journal of Oceanography Vol 3, No 4 (2021): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (693.107 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v3i4.12081

Abstract

Indian Ocean Dipole (IOD) merupakan suatu pola variabilitas di Samudera Hindia dengan perubahan Suhu Permukaan Laut (SPL) yang lebih rendah daripada biasanya. Secara umum perubahan variabilitas suhu permukaan laut dan persebaran klorofil-a di laut sangat dipengaruhi oleh adanya fenomena Indian Ocean Dipole (IOD). Adanya fenomena IOD ini berpengaruh pada terjadinya upwelling pada perairan selatan Jawa Barat.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan hubungan Indian Ocean Dipole (IOD) dengan upwelling di perairan selatan Provinsi Jawa Barat. Metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif,  metode ilmiah yang dianalisis menggunakan kaidah-kaidah ilmiah yang empiris, rasional dan sistematis. Penelitian ini dilakukan menggunakan data satelit tahun 2008 sampai dengan 2017 . Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Suhu Permukaan Laut (SPL) dan klorofil-a hasil perekaman satelit Aqua MODIS, data Dipole Mode Index (DMI). Data dari satelit diolah menggunakan SeaDas kemudian menggunakan software ArcGIS. Setelah data didapatkan kemudian diolah menggunakan Microsoft Excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  variabilitas IOD mempengaruhi karakteristik upwelling yang terjadi di perairan selatan Jawa Barat. Ketika nilai DMI meningkat maka upwelling menguat yang ditunjukkan indikator SPL menurun dan klorofil-a meningkat. Sebaliknya ketika DMI menurun maka upwelling akan menurun yang ditunjukkan indikator SPL meningkat dan klorofil-a menurun. Upwelling dengan katagori lemah sudah mulai terjadi bulan Mei. Upwelling medium terjadi bulan Juni-Juli dan upwelling kuat umunya terjadi pada bulan Agustus-September.Bulan Oktober-November umumnya upwelling melemah lagi. 
Analisis Peramalan dan Periode Ulang Gelombang di Perairan Bagian Timur Pulau Lirang, Maluku Barat Daya Purwanto Purwanto; Riki Tristanto; Gentur Handoyo; Mukti Trenggono; Agus Anugroho Dwi Suryoputro
Indonesian Journal of Oceanography Vol 2, No 1 (2020): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (702.564 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v2i1.7481

Abstract

Pulau Lirang merupakan salah satu pulau terluar Indonesia terletak di Kabupaten Maluku Barat Daya. Terbatasnya data gelombang menjadi salah satu tantangan dalam melakukan perencanaan, pembangunan dan evaluasi di pesisir dan laut. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peramalan dan periode ulang gelombang. Penelitian dilakukan pada 15–19 April 2016 di Perairan Bagian Timur Pulau Lirang menggunakan ADCP Nortex AS Aquadopp Profiler 2000m kedalaman 11,47 meter. Peramalan gelombang diperoleh dari data angin ECMWF dan Ogimet selama 10 tahun (2006–2015). Periode ulang gelombang diperoleh berdasarkan tinggi gelombang signifikan (Hs) melalui peramalan gelombang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei prediktif dan kuantitatif dengan metode peramalan gelombang Sverdrup Munk Bretschneider (SMB) dan Darbyshire. Tinggi gelombang mencapai 2,672 m (Data ECMWF Metode SMB); 0,251–0,792 m (Data ECMWF Metode Darbyshire); 0,013–2,533 m (Data Ogimet Metode SMB) dan 0,251–6,209 m (Data Ogimet Metode Darbyshire). Tinggi gelombang dari Data ECMWF dengan Metode Darbyshire (MRE maksimum 29,744 %) lebih sesuai digunakan yaitu tinggi gelombang 0,251-0,79 m dengan periode gelombang 3,663 - 4,717 detik. Periode ulang gelombang dengan metode Weibull memiliki standar deviasi lebih kecil dan tingkat kepercayaan 84,7 %. Periode ulang gelombang dengan metode Weibull lebih sesuai digunakan di Perairan Bagian Timur Pulau Lirang, tinggi gelombang signifikan dengan periode ulang (Hsr) selama 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun masing – masing adalah 0,3878 m; 0,4029 m; 0,4166 m; 0,4369 m; 0,4537 m dan 0,4715 m.          Lirang Island is one of the outer island of Indonesia is located in Southwest Maluku. Lack of wave data into one of the challenges in planning, development and evaluation in the coastal areas and the sea. The purpose of this study was to analyze the forecasting and return wave period. The study was conducted on 15-19th April 2016 in the east water of Lirang Island using ADCP Nortex AS Aquadopp Profiler 2000m, depth 11,47 meters. Forecasting wave wind data obtained from ECMWF and Ogimet for 10 years (2006-2015). Retun wave period is obtained based on the significant wave height (Hs) through wave forecasting. The method of study are predictive survey and quantitative with forecasting method are Sverdrup Munk Bretschneider (SMB) and Darbyshire. High waves reaching 2,672 m (ECMWF Data, SMB method); 0,251-0.792 m (ECMWF Data, Darbyshire method); 0,013 to 2,533 m (Ogimet Data, SMB Method) and 0,251-6,209 m (Ogimet Data, Darbyshire Method). High wave from ECMWF data with Darbyshire method (MRE maximum 29,744%) are more appropriate, it is high waves 0,251-0,79 m with wave period 3,663-4,717 second. Return wave period with Weibull method has a smaller standard deviation and the confidence level 84,7%. Return wave period with Weibull method is more appropriate to use in the east water of Lirang Island, significant wave height with return period (HSR) for 2, 5, 10, 25, 50 and 100 years are 0,3878 m; 0,4029 m; 0,4166 m; 0,4369 m; 0,4537 m and 0,4715 m.
Studi Muka Air Laut Rencana Dan Elevasi Puncak Breakwater di Wilayah Pesisir Kecamatan Tugu, Kota Semarang Falah As’adi Bisyri; Alfi Satriadi; Purwanto Purwanto
Indonesian Journal of Oceanography Vol 2, No 2 (2020): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (771.357 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v2i2.7987

Abstract

Semarang juga merupakan salah satu kota dengan tingkat kerentanan, bahaya dan resiko tinggi akibat dampak perubahan iklim (Hartati, 2016). Perubahan iklim dapat mempengaruhi kenaikan muka air laut. Salah satu sektor yang langsung terancam bahaya kenaikan muka air laut adalah sektor pesisir pantai, akibatnya yaitu badai pasut (rob) yang menyebabkan erosi pantai di Wilayah Pesisir Kecamatan Tugu, Kota Semarang. Upaya yang dilakukan dalam melindungi daerah Pesisir Kecamatan Tugu dari dampak negatif erosi yaitu pembangunan breakwater oleh masyarakat dengan bantuan dana dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Tengah. Namun, kondisi breakwater di Kecamatan Tugu saat ini sudah rusak sehingga mengurangi fungsinya sebagai alat pelindung pantai..Tujuan dari dari Penelitian ini yaitu untuk mengetahui muka air rencana yang di tetapkan berdasarkan pasang surut dan dapat di jadikan acuan sebagai penentuan tinggi puncak breakwater yang harus terus di sesuaikan dengan kenaikan muka air laut untuk dapat mempertahankan fungsinya.. Pengambilan data lapangan gelombang diambil menggunakan instrumen ADCP SonTek Argonaut-XR di kedalaman 10 meter di bawah permukaan laut. Analisa gelombang dan pasang surut dilakukan untuk menentukan nilai muka air rencana dan elevasi puncak breakwater dengan menggunakan software Microsoft Excel dan SLP 64.Berdasarkan analisa yang dilakukan didapatkan nilai tinggi muka air rencana yang ideal sebesar 2,87 m - 2,91 m dan elevasi puncak breakwater sebesar 4,02m - 4,38m untuk struktur bangunan blok beton. Semarang is also one of the cities with high levels of vulnerability, danger and risk due to climate change impacts (Hartati, 2016). Climate change can affect sea level rise. One sector that is directly threatened by sea level rise is the coastal sector, the result is a storm of beach (Rob) that causes coastal erosion in the coast area of Tugu District, Semarang. Efforts undertaken in protecting coastal areas of Tugu subdistrict from the negative impact of erosion is the development of breakwater by the community with the assistance of funds from the Environmental Agency (BLH) of Central Java province. However, the condition of the breakwater in Tugu District is currently damaged so that it reduces its function as a protective beach. The purpose of this research is to find out the design water level which is determined based on tides and can be used as a reference to determine the height of the breakwater peak which must be continuously adjusted to the sea level rise to maintain its function. The retrieval of wave field data was taken using the Sontek Argonaut-XR ADCP instrument at a depth of 10 meters below sea level. Wave and tidal analysis was carried out to determine the planned water level and peak breakwater elevation using Microsoft Excel and SLP 64 software. Based on the analysis done obtained the ideal designed water level height was 2.87 m - 2.91 m and peak elevation breakwater is 4.02m - 4.38m for concrete block building structures.     

Page 2 of 25 | Total Record : 247